Pangkalpinang (Antar Babel) - Petani lada putih di Pulau Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel), masih enggan menjual hasil panen ladanya karena harga komoditas di tingkat pedagang yang masih rendah.
"Saat ini, harga lada putih masih bertahan rendah Rp140 ribu per kilogram dibandingkan harga bulan lalu mencapai Rp180 ribu," kata salah seorang petani Desa Tempilang, Muhiddin, di Pangkalpinang, Minggu.
Menurut dia, harga lada sekarang belum sebanding dengan biaya pengelolaan dan pemeliharaan tanaman lada yang tinggi.
"Modal untuk 1.000 batang tanaman lada mencapai Rp50 juta lebih, sementara harga lada rendah. Ini jelas merugikan petani," katanya.
Untuk itu, kata dia, petani memilih menyimpan hasil panen lada dan menjual hasil panen apabila harga sudah kembali naik.
"Jika tempat penyimpanan baik, maka lada ini bisa disimpan hingga 20 tahun, jadi kami tidak khawatir lada akan mengalami penurunan kualitas," ujarnya.
Sementara itu, Ellan, pedagang pengumpul lada putih mengatakan, harga lada masih bertahan rendah dan transaksi lada di tingkat pedagang pengumpul sepi.
"Dalam beberapa pekan terakhir ini, kami hanya mampu mengumpulkan 10 hingga 20 kilogram lada dibandingkan saat harga lada tinggi mencapai 1,5 ton per hari," ujarnya.
Ia berharap harga lada ini kembali naik, sehingga transaksi komoditas ekspor tersebut kembali bergairah dan pedagang pengumpul kembali mendapatkan keuntungan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
"Saat ini, kondisi ekonomi keluaga semakin sulit, apalagi petani belum berminat jual ladanya," ujarnya.
Petani Lada Bangka Enggan Jual Hasil Panen
Minggu, 12 April 2015 19:48 WIB
"Saat ini, harga lada putih masih bertahan rendah Rp140 ribu per kilogram dibandingkan harga bulan lalu mencapai Rp180 ribu,