Merawang (Antara) - Masyarakat Kecamatan Merawang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) melestarikan tradisi unik yaitu mandi belimau untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadhan.
"Secara harafiah tradisi ini merupakan upaya membersihkan diri sebelum menjalankan ibadah puasa sebulan penuh," jelas Ketua Adat Merawang Kabupaten Bangka, H Ilyas di Merawang, Rabu.
Ia menambahkan, masyarakat harus bisa mengambil nilai positif dari kegiatan adat tersebut.
"Kegiatan ini mempererat silaturahmi karena di tempat ini masyarakat banyak berkumpul dari berbagai penjuru," katanya.
Ia menjelaskan, tradisi ini merupakan ritual pahlawan rakyat Bangka Depati Bahrin beserta pasukannya saat menyambut datangnya bulan suci Ramadhan untuk menyucikan lahir dan batin menyambut datangnya bulan mulia tersebut.
"Tradisi mandi belimau yang merupakan salah satu event wisata Kabupaten Bangka ini diawali dengan pembacaan surah Yassin, menaburkan bunga di makam Depati Bahrin dan melakukan pembasuhan bagian tubuh yaitu kaki, tangan dan kepala," katanya.
Ia menjelaskan, dalam kesempatan tersebut, keturunan Depati Bahrin dari Depati Amir yang diasingkan Belanda ke Kupang NTT pada masa penjajahan Belanda datang berkunjung bersilahturahmi dengan keturunan Depati Bahrin yang ada di Pulau Bangka.
"Tradisi ini selain mengandung nilai religi juga mengandung nilai sejarah dan silahturahmi. Melalui acara ini keturunan Depati Bahrin dari Kupang NTT, Jakarta dan Bali datang ke Babel bersilaturahmi dengan keturunan Depati Bahrin di sini," jelasnya.
Selain itu, sebagian masyarakat yang datang mempercayai air ritual tersebut memiliki keampuhan untuk mengobati berbagai penyakit.
"Air ritual di masukkan ke dalam guci khusus yang telah berumur ratusan tahun dan berukirkan tulisan arab dan air tersebut dicampur dengan ramuan khusus untuk mandi Belimau," jelasnya.
Kegiatan mandi belimau berlangsung pada tanggal 1 Juni 2016 di Makam Pahlawan Depati Bahrin, Desa Kimak, Kabupaten Bangka.
Masyarakat Merawang Lestarikan Adat Mandi Belimau
Rabu, 1 Juni 2016 23:46 WIB
Secara harafiah tradisi ini merupakan upaya membersihkan diri sebelum menjalankan ibadah puasa sebulan penuh.