Jakarta (Antara Babel) - Sekitar 23 hak cipta buku dari beberapa
penerbit Indonesia sukses terjual ke sejumlah penerbit luar negeri dalam
gelaran Internasional Book Fair (IIBF) yang digelar di Jakarta
Convention Center pada 28 - 30 September 2016.
Ketua Panitia IIBF Kuslistyarini mengatakan penerbit Indonesia yang
berhasil menjual hak cipta mereka dalam gelaran ini adalah penerbit
Kesaint Blanc yang menjual beberapa hak ciptanya ke dua penerbit China.
"Sembilan judul hak ciptanya dijual ke Southern Publishing Media dan
tujuh judul ke Sinolingua," kata Kuslistyarini di Jakarta, Sabtu.
Selain itu, penerbit Rosda juga berhasil menjual tujuh judul buku cerita anak Islam ke Pakistan.
"Gramedia juga menjual tujuh judul hak cipta bukunya," kata dia.
Diakui dia, buku yang banyak terjual dalam pameran kali ini adalah
buku-buku yang bertema cerita anak, wisata Indonesia, cerita binatang
langka Indonesia, cerita anak Muslim, hingga buku pelajaran bahasa
Indonesia.
Kegiatan jual beli hak cipta ini juga bertujuan untuk mengembangkan
dan meningkatkan jual beli hak cipta terkait literasi di Indonesia.
"Sebelumnya IIBF juga telah memfasilitasi penerbit antar-negara untuk
bertemu dalam kegiatan business macth making," ucap dia.
Berdasarkan catatan pihaknya, setiap hari hampir 2000 pengunjung
yang datang ke IIBF untuk sekadar melihat, membeli buku, berwisata
literasi, atau melakukan kegiatan bisnis.
IIBF memang tak hanya menyajikan buku dengan harga murah, tetapi
menyediakan akses bagi industri penerbitan untuk saling bertransaksi
dalam bisnis melalui Indonesia Rights Fair (IRF).
IIBF menyediakan 27 stan khusus untuk penerbit dalam dan luar negeri
melakukan transaksi jual-beli hak cipta buku antar negara.
Penerbit asing yang turut berpartisipasi dalam kegiatan jual beli
hak cipta ini antara lain Malaysia, China, Singapura, India, Thailand,
Vietnam, Belanda, Bosnia, dan Jerman.
Claudia Kaiser dari Frankfurt Book Fair yang memandu kegiatan ini
menuturkan para perwakilan penerbit yang datang mulanya memilih jenis
buku mana yang akan difokuskan.
"Kemudian peserta akan diberi suplemen awal terkait cara menjual hak cipta," kata Kaiser.
Nung Antasa dari Borobudur Literacy Agency menuturkan yang paling penting dalam penjual hak cipta adalah kesabaran.
"Karena hak cipta membutuhkan proses panjang, bahkan ada yang sampai dua tahun," kata Nung.
Bisnis match macing dibuat untuk membantu para penerbit dapat
mengetahui dan mengerti cara menjual atau membeli hak cipta buku dengan
penerbit asing.
Sebelum business match making, IIBF juga telah melakukan kegiatan
diskusi Sukses Menjual Rights dan Buku Digital pada 27 September lalu.
Kegiatan ini merupakan pemanasan awal bagi para penerbit Indonesia
agar lentur saat menghadapi business macth making pada 29 September
2016.
23 Judul Buku Indonesia Dibeli Penerbit Luar
Minggu, 2 Oktober 2016 0:05 WIB