London (Antara Babel) - Pemanasan di Kutub Utara mempengaruhi cuaca
dingin ekstrem di beberapa bagian dunia, demikian satu studi yang
disiarkan daring pada Rabu (26/10) di jurnal Nature Climate Change.
Studi tersebut, yang dilakukan oleh satu tim peneliti internasional,
mendapati bahwa penyebab musim dingin parah baru-baru ini di beberapa
tempat seperti bagian timur Amerika Serikat dan Inggris, dapat dilacak
sampai perubahan alam pada "jet stream", yang bertambah kuat oleh
pemanasan di Kutub Utara.
"Jet stream" terdiri atas rangkaian angin sangat kuat yang
menggerakkan sistem cuaca di seluruh dunia. Arus kuat itu ditemukan
berada sembilan sampai 16 kilometer di atas permukaan Bumi.
Posisi "jet stream" beragam di dalam fluktuasi alamiah lingkungan
hidup. Arus itu disebabkan oleh perbedaan temperatur antara massa udara
tropis dan massa udara kutub.
Beberapa studi sebelumnya telah memperlihatkan beberapa episode lagi
cuaca dingin parah akan menjerumuskan Kutub Utara ke dalam
lintang-tengah, sebab "jet stream" jadi bergelombang.
"Kita selalu menghadapi tahun-tahun angin jet stream yang
bergelombang dan tidak terlalu bergelombang. Tapi dalam satu atau dua
dasawarsa belakangan, Kutub Utara yang memanas dapat memperkuat dampak
pola gelombang," kata Profesor Edward Hanna dari University of
Sheffield, di dalam siaran pers universitas itu, sebagaimana dikutip
Xinhua di Jakarta, Kamis siang. Hanna adalah salah seorang penulis studi
itu.
"Ini mungkin telah memberi dampak pada beberapa pola musim dingin
ekstrem baru-baru ini di sepanjang dasar laut timur Amerika Serikat, di
Asia Timur, dan kadangkala di Inggris," kata Hanna.
Profesor Hanna juga menyatakan bahwa meningkatnya kemampuan untuk
memperkirakan bagaimana perubahan iklim mempengaruhi "jet stream" akan
membantu meningkatkan prakiraan lama cuaca musim dingin di beberapa
wilayah yang paling padat penduduk di dunia.
Perubahan Iklim di Kutub Utara Sebabkan Cuaca Dingin Ekstrem
Kamis, 27 Oktober 2016 15:25 WIB