Jakarta (Antara Babel) - Rencana Dewan Pers memberikan barcode kepada media massa yang sudah diverifikasi harus diiringi dengan peningkatan kualitas jurnalis untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat pada media arus utama, kata Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Eni Maryani.
"Adanya barcode bagus, tetapi praktisi dan jurnalis juga harus meningkatkan idealisme, kompetensi dan profesionalisme," ujar dia dihubungi di Jakarta, Sabtu.
Jurnalis, menurut dia, seharusnya membangun solidaritas agar idealismenya tidak ditekan pemilik media serta memiliki posisi tawar sehingga lebih dihargai.
Praktisi di bidang media juga sebaiknya bekerja sesuai dengan kode etik dan dan menjalankan perannya sebagai "watchdog".
Selain jurnalis, Eni berpendapat diperlukan juga membangun kesadaran masyarakat agar mengerti berita dari sumber yang tidak terverifikasi tidak perlu disebarkan.
Sosialisasi diharapkan juga dilakukan kepada masyarakat luas agar mengerti bagaimana memanfaatkan barcode untuk mengetahui media yang sudah terverifikasi oleh Dewan Pers dan menghindari media abal-abal yang menyebarkan berita bohong.
Data mengenai media yang sudah terverifikasi, kata dia, dapat membantu masyarakat menyeleksi media yang dapat dipercaya.
"Dengan barcode, paling tidak orang tahu ada reaksi komunitas pers yang konsen pada berita yang seenaknya," tutur dia.
Dewan Pers akan memberikan barcode kepada media massa yang sudah diverifikasi untuk melawan media abal-abal yang menyebarkan berita bohong.
Barcode nantinya dapat dipindai dengan telepon pintar, selanjutnya terkoneksi data Dewan Pers yang menunjukkan data-data media terverifikasi, antara lain penanggung jawab serta alamat kantor.
Langkah pemberian barcode akan dilakukan secara bertahap mulai 9 Februari 2017 saat penyelenggaraan Hari Pers Nasional (HPN) di Ambon.
Akademisi: Barcode Diiringi Peningkatan Kualitas Jurnalis
Sabtu, 7 Januari 2017 23:32 WIB
Adanya barcode bagus, tetapi praktisi dan jurnalis juga harus meningkatkan idealisme, kompetensi dan profesionalisme.