Denpasar (Antara Babel) - Pertemuan Pimpinan Pramuka se-Asia Pasifik Ke-9
diikuti 152 delegasi dan tamu dari 30 negara yang diselenggarakan di
Sanur, Bali selama empat hari hingga 25 April 2017.
Ketua Kwartir Nasional (Kwarnas) Pramuka Adhyaksa Dault pada acara
pembukaan di Sanur, Sabtu mengatakan pihaknya berbangga dan senang
dengan terlaksananya kegiatan Pertemuan Pimpinan Pramuka se-Asia-Pasifik
(APR Scout Leaders Summit 2017) di Bali.
"Indonesia terpilih sebagai tuan rumah pertemuan pimpinan pramuka
se-Asia Pasifik merupakan kehormatan sekaligus kebanggaan bagi Gerakan
Pramuka, karena itu harus dilakukan dengan sebaik-baiknya," katanya.
Adhyaksa berharap Gerakan Pramuka bisa terus mengambil peran penting dalam kegiatan kepanduan dunia.
"Pramuka ini kegiatan internasional. Saya hanya ada di Indonesia.
Jadi ini bagian dari diplomasi pendidikan kita ke dunia internasional.
Apalagi kita dianggap memiliki anggota terbesar di dunia," ujarnya.
Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga itu mengatakan bahwa anggota
Gerakan Pramuka Indonesia diharapkan bertambah menjadi satu juta
sehingga menjadi 22,7 juta anggota pada 2023.
Ia mengatakan pertemuan tiga tahunan tersebut dimaksudkan untuk
menentukan arah kebijakan pembinaan pramuka di masing-masing negara.
Fokusnya adalah menyelesaikan tantangan dan hambatan serta menyepakati
arah dan langkah Pramuka se-Asia Pasifik.
Dikatakan acara ini semakin strategis karena digelar menjelang
Konferensi Pramuka se-Dunia Ke-41 (41st World Scout Conference) di Baku,
Azerbaijan pada Agustus 2017, dan Konferensi Pramuka se Asia-Pasifik
ke-27 (27th APR Scout Conference) di Filipina tahun 2018.
Pramuka Indonesia memang sangat diperhitungkan di dunia, karena
merupakan satu-satunya organisasi pramuka, dari 162 NSO anggota "World
Organization of Scout Movement" (WOSM) atau Organisasi Gerakan Pramuka
Dunia yang memiliki anggota terbesar di dunia, yaitu 17.200.595 anggota
(data Munas 2013), atau 21.842.404 anggota (data WOSM 2017).
Adhyaksa menjelaskan pertemuan ini secara khusus dihadiri 25
pimpinan pramuka se-Asia Pasifik dari 25 NSO (National Scout
Organization) setara Chief Commissioner (Ketua Kwarnas), International
Commissioner (Waka Hubungan luar negeri) dan Chief Executive (Sekretaris
jenderal).
Adapun negara-negara yang hadir adalah Australia, Bangladesh,
Bhutan, Brunei, Fiji, Hongkong, India, Indonesia, Japan, Kamboja,
Kiribati, Korea Selatan, Malaysia, Maldives, Mongolia, Maldive,
Mongolia, Myanmar, Nepal, New Zealand, Pakistan, Papua Nugini,
Singapura, Sri Langka, Taiwan, Thailand, serta tamu-tamu Pramuka dari
Polandia, Spanyol, Ghana, Mesir, Timor Leste, dan Macau.
Sementara Ketua Panitia Kegiatan, Brata T. Hardjosubroto mengatakan
dalam diskusi yang terjadi, pada tahun 2023 Indonesia diharapkan dapat
mencapai target 22,7 juta anggota dari total upaya pencapaian Visi WOSM
2023, yakni mencapai 100 juta anggota Pramuka seluruh dunia.
"Indonesia memiliki tingkat densitas (kepadatan) paling tinggi di
dunia. Dari 109 juta anak muda di Indonesia usia pramuka, 21,8 juta di
antaranya adalah anak pramuka. Rasionya 1 berbanding 5. Artinya, satu
dari lima anak muda Indonesia adalah anggota pramuka," ujarnya.
Ia mengatakan sekadar perbandingan, menduduki posisi kedua setelah
Indonesia adalah Hongkong dan Bhutan. Namun densitasnya terpaut jauh.
Pramuka Hongkong tercatat memiliki 97 ribu anggota dari 1,6 juta anak
muda usia pramuka.
Rasionya, 1 berbanding 17. Artinya, dari 17 anak muda di Hongkong,
satu di antaranya anggota pramuka. Adapun anggota yang kecil sekaligus
densitas paling rendah adalah pramuka Papua Nugini.
Jumlah anggota pramuka hanya 4.900 anggota dari 3,6 juta anak muda
usia pramuka. Rasionya 1 berbanding 727. Artinya, dari 727 anak muda
Papua Nugini hanya satu orang yang tercatat sebagai anggota pramuka.
(T.I020/N005)
Pertemuan Pimpinan Pramuka Asia-Pasifik di Bali
Sabtu, 22 April 2017 22:48 WIB