Paris (Antara Babel) - Presiden Prancis Emmanuel Macron menyampaikan
kekhawatirannya terhadap munculnya ketegangan di kawasan Teluk kepada
putera mahkota Abu Dhabi Sheikh Mohammed bin Zayed Al-Nahyan seraya
menegaskan Prancis tak akan berkompromi dalam perang melawan terorisme.
"Prancis akan tanpa kompromi dalam perjuangannya melawan terorisme
dan pendanaan terorisme," kata seorang pejabat di Kantor Presiden
Prancis, mengutip apa yang Macron katakan pada putra mahkota Abu Dhabi, Selasa (6/6).
Macron
sebelumnya secara terpisah bertelepon dengan emir Qatar Sheikh Tamim
bin Hamad al-Thani dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan terkait
keretakan hubungan antara negara-negara Teluk.
Macron menekankan dalam pembicaraan dengan putra mahkota Abu
Dhabi, salah satu bagian dari Uni Emirat Arab (UEA), bahwa penting untuk
menjaga stabilitas di kawasan Teluk.
Ia juga menegaskan
mendukung semua inisiatif untuk meredakan ketegangan yang meletus antara
Qatar dan negara-negara Arab tetangga.
Uni Emirat Arab, bersama dengan Bahrain, Mesir dan Arab Saudi,
memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar pada Senin. Mereka menuduh
Qatar mendukung terorisme.
Libya dan Yaman kemudian ikut memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar.
Sementara itu, Perdana Menteri Irak Haider Al-Abadi menyesalkan
krisis saat ini antara Arab Saudi serta sekutunya dan Qatar, dan
berikrar akan bekerja sama dengan setiap negara untuk mengalahkan
petempur ISIS.
Perdana Menteri Irak tersebut merujuk kepada krisis antara beberapa
negara Arab dan Qatar, ketika Arab Saudi serta sekutunya memutuskan
hubungan diplomatik dengan Qatar dalam peningkatan pergolakan kekuasaan
di Timur Tengah.
Banyak pengamat berpendapat krisis itu menciptakan celah dalam Dewan Kerja Sama Teluk (GCC).
Negara-negara di Timur Tengah telah menyadari tak ada negara yang jauh dari terorisme, demikian laporan Xinhua.
Al-Abadi
juga mengatakan Pemerintah Irak takkan membiarkan setiap kekuatan Irak
melintasi perbatasan Suriah untuk memerangi petempur ISIS di negara
tetangganya itu.
Satuan paramiliter Irak itu melancarkan operasi besar yang
dirancang untuk mengamankan daerah perbatasan dennggan Suria guna
memutus jalur pasokan ISIS antara Moosul dan Kota Raqqa di Suriah,
markas ISIS, yang diproklamasikan secara sepihak.
Pada 29 Mei, satuan tersebut untuk pertama kali tiba di perbatasan
Irak-Suriah dan terus membersihkan puluhan desa di daerah berbukit
antara Provinsi Nineveh di Irak Utara dan Provinsi Anbar di bagian
baratnya.
Operasi di dekat perbatasan Suriah itu dilancarkan saat pasukan
keamanan Irak, yang didukung oleh koalisi internasional pimpinan AS,
secara serentak melancarkan serangan besar untuk mengusir ISIS dari sisa
kubu mereka di pinggir barat Mosul.
Macron: Prancis Tak Akan Kompromi Perangi Terorisme
Rabu, 7 Juni 2017 20:12 WIB
Prancis akan tanpa kompromi dalam perjuangannya melawan terorisme dan pendanaan terorisme.