Jakarta (Antara Babel) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank
di Jakarta, Selasa pagi, bergerak menguat sebesar empat poin menjadi
Rp13.271 dibandingkan sebelumnya Rp13.275 per dolar Amerika Serikat
(AS).
"Mata uang rupiah menguat terhadap dolar AS bersamaan dengan
mayoritas kurs di kawasan Asia," kata Ekonom Samuel Sekuritas Rangga
Cipta di Jakarta, Selasa.
Ia mengatakan bahwa pasar yang ragu kenaikan suku bunga acuan
Amerika Serikat (Fed Fund Rate/FFR) menjadi salah satu faktor yang
menahan laju dolar AS.
Ia menambahkan bahwa aliran dana asing yang masih masuk ke pasar
surat utang negara (SUN) juga turut menjadi salah satu penopang utama
bagi fluktuasi nilai tukar rupiah di tengah meningkatnya permintaan
barang impor jelang Hari Raya Lebaran.
"Optimisme pelaku pasar uang juga bertambah setelah pemerintah akan meningkatkan belanja di APBN-P 2017," katanya.
Kendati demikian, menurut dia, laju rupiah dapat tertahan seiring
dengan harga minyak mentah dunia yang masih berada di level 50 dolar AS
per barel.
Terpantau harga minyak jenis WTI Crude pada Selasa pagi ini berada
di level 44,27 dolar AS per barel, dan Brent Crude di posisi 47,02 dolar
AS per barel.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menambahkan bahwa
penguatan mata uang di kawasan Asia, termasuk rupiah juga terimbas dari
optimisme pasar keuangan di kawasan Eropa menyusul disetujuinya dana
talangan lanjutan untuk Yunani.
"Disetujuinya dana talangan itu membuat laju mata uang euro menguat
terhadap dolar AS dan berimbas positif pada mata uang di kawasan Asia,"
katanya.
Rupiah Selasa Pagi Rp 13.271 Per Dolar AS
Selasa, 20 Juni 2017 10:56 WIB
Mata uang rupiah menguat terhadap dolar AS bersamaan dengan mayoritas kurs di kawasan Asia,