Jakarta (Antara Babel) - Layaknya tuan rumah yang menyambut para tamu di
depan pintu gerbang kediaman secara suka cita, Presiden Joko Widodo
(Jokowi) menerima para tamu yang bersilaturahim saat Idul Fitri 1438
Hijriah di Istana Negara, Jakarta, Minggu.
Suka cita dan suasana hatinya senang jelas terlihat dari senyum yang
tak pernah lepas dari wajah Presiden Jokowi saat menerima tamu di
kediaman secara terbuka (open house) bagi para pejabat negara,
duta besar negara sahabat, hingga masyarakat kebanyakan di gedung yang
dulunya dikenal dengan sebutan Istana Rijswijk.
Open house tersebut juga kali pertama dilakukan Presiden
Jokowi di Kompleks Istana Kepresidenan sejak menjadi Kepala Negara
sekaligus Kepala Pemerintahan Republik Indonesia pada 2014.
Dalam
perayaan Idul Fitri 2015, Presiden Jokowi bersama masyarakat di Banda
Aceh. Saat Lebaran 2016, Presiden Jokowi memilih di tengah warga Padang,
Sumatera Barat. Baru tahun ini giliran warga ibu kota negara dapat
bersalaman sekaligus menikmati sajian Lebaran di Istana Negara.
Tentu saja Presiden Jokowi tidak sendirian saat menjadi tuan rumah
bersilaturahim di istana. Masih mengenakan busana saat menjalani Salat
Idul Fitri di Masjid Istiqlal --kemeja putih dan jas hitam dipadu sarung
cokelat dan selop hitam beserta kopiah hitam-- Presiden ditemani Ibu
Negara Iriana Joko Widodo, yang bergamis ungu dilengkapi kerudung.
Wakil
Presiden M. Jusuf Kalla (JK) --berkemeja putih dilengkapi jas hitam dan
bersarung serta kopiah hitam- bersama Ibu Mufidah Kalla yang bergamis
putih gading berpayet turut menemani pasangan Presiden Jokowi-Ibu Negara
Iriana Joko Widodo menerima tamu.
Tampak kompak dalam menyambut
tamu Lebaran, Presiden-Wakil Presiden mendapat tamu pertama dari
kalangan wartawan yang biasa bertugas di Istana Kepresidenan. Presiden
Jokowi mendatangi para wartawan dan langsung menyalami satu per satu.
Senyum pun selalu tersungging di bibir orang nomor satu di negeri ini.
Sekira pukul 09.00 WIB, Menteri Sekretaris Negara Pratikno bersama
dengan keluarga serta Sekretaris Kabinet Pramono Anung dan keluarga
menjadi tamu pasangan Presiden Jokowi dan Ibu Negara Iriana bersama
pasangan Wapres JK dan Ibu Mufidah Kalla.
Kemudian tampak para menteri Kabinet Kerja dengan keluarga ikut
bersalaman dan mengucapkan "Minal Aidin Wal Faidzin" kepada Presiden.
Mereka, antara lain Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, Menteri
Pertahanan Ryamizard Ryacudu, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi,
Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dakiri, Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo, Menteri Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Muhadjir Effendy.
Selanjutnya ada Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara,
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri ESDM Ignatius Jona, Menteri
Kesehatan Nila Moeloek, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawangsa,
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan, Menteri
Perdagangan Enggartiasto Lukito, Menteri Keuangan Sri Mulyani serta
menteri lainnya.
Tidak ketinggalan Ketua DPR Setya Novanto beserta keluarga, ketua DPD
Oesman Sapta Odang, Jaksa Agung Prasetyo, Ketua Mahkamah Agung Hatta
Ali, Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian, Kapolda Metro Jaya Irjen
Mochamad Iriawan, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, Kepala Staf TNI
Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Hadi Tjahjanto, Kepala Badan Ekonomi
Kreatif Triawan Munaf yang datang bersama anaknya penyanyi Sherina Munaf
serta para pejabat lainnya seperti Duta Besar Vatikan untuk Indonesia
Antonio Guido Filipazzi.
Sejumlah tamu yang sempat mendapat perhatian khusus dari khalayak
adalah kedatangan pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur Daerah Khusus Ibu
Kota (DKI) Jakarta terpilih Anies Baswedan dan Sandiaga Uno. Mereka
tampak kompak mengenakan sarung dan hadir beserta keluarga
masing-masing.
"Satu, dua, tiga," kata Presiden Jokowi, menghitung anak-anak Anies Baswedan yang ikut dibawa bersilaturahim.
Anies
datang bersama dengan istrinya, Fery Farhati Ganis, dan anak-anak
mereka, yaitu Mutiara Annisa Baswedan, Mikail Azizi Baswedan, Kaisar
Hakam Baswedan dan Ismail Hakim Baswedan, semua mengenakan baju warna
putih.
"Minal Aidin Wal Faidzin," kata Anies.
Tepat di belakang Anies dan keluarga, Sandiaga Uno beserta dengan
istrinya, Nur Asia, dan anaknya Amyra Atheefa Uno. Sandiaga dan keluarga
juga mengenakan kostum putih saat bersalaman dengan Presiden.
"Tadi saling mengucapkan selamat hari raya, mengucapkan maaf lahir dan batin, tidak ada pesan khusus. Tidak ada ngomong kerjaan. Ini lagi Lebaran," kata Anies, seusai bertemu Presiden.
Tidak lama kemudian, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) bersama istrinya,
Annisa Pohan, dan adiknya Edhi Baskoro (Ibas) Yudhoyono ditemani istri,
Siti Rubi Aliya Radjasa, ikut bersilaturahim ke Presiden. AHY dan Ibas
agaknya sekaligus mewakili kedua orang tuanya, Susilo Bambang Yudhoyono
(SBY) dan Ani Yudhoyono, yang juga pendahulu pasangan Jokowi dan Iriana
Joko Widodo di lingkup Istana Presiden RI periode 2004--2009 dan
2009--2014.
Bila Anies dan Sandiaga tampak berpakaian santai, sebaliknya AHY dan
Ibas tampil berseragam batik biru lengan panjang rapi, sedangkan Annisa
dan Rubi selaras berkebaya biru dipadu kain tenun. Keempatnya tampak
gemerlap, namun bersahaja.
Tentu bukan hanya para petinggi yang mendapat jatah salaman dan
senyuman dari Presiden, masyarakat biasa pun dapat menemui setelah
mengantri di Kantor Sekretariat Negara (Setneg). Warga pun ada yang
mengenakan sarung dan sandal, meski tidak sedikit yang mengenakan gamis.
Mereka
yang sudah selesai bersalaman dengan Presiden Jokowi dapat menikmati
sajian khas Istana RI, seperti somay, bakso, bakwan malang hingga
kue-kue kering di depan Wisma Negara.
Tidak hanya itu, Presiden juga menyediakan buah tangan bagi tamunya
berupa beras, gula, teh dan minyak goreng ditambah roti dalam bungkusan
merah putih yang dibagikan di depan Gedung II Setneg.
Bagi mereka
yang bersabar, Biro Pers Kepresidenan juga mencetak foto saat
masing-masing warga bersalaman dengan Presiden Jokowi, dan semuanya
cuma-cuma.
Ternyata, tidak hanya Presiden yang memberikan bingkisan lantaran ada
juga anggota masyarakat yang memberikan buah tangan kepada Presiden
Jokowi, seperti amplop berisi surat dan cakram digital lagu.
Meski
sempat beristirahat selama sekitar 10 menit untuk duduk dan melemaskan
tangan, Presiden Jokowi bersama Ibu Negara Iriana dan Wapres Kalla
bersama Ibu Mufidah mengakhiri kegiatan silaturahim secara terbuka
sekira pukul 11.30 WIB.
Silaturahim itu pun agaknya berhasil
mendekatkan pihak yang jauh dan menyatukan yang dekat. Makna menjalin
persatuan dan kesatuan terasa kental saat berlebaran dengan Presiden
Jokowi.
Pesan kesatuan itu juga kental terdengar dalam khotbah Shalat Idul Fitri
yang dibawakan oleh pendiri Pusat Studi Al Quran KH Quraish Shihab di
Masjid Istiqlal.
"Tanah Air kita terbentang dari Sabang sampai Merauke harus dibangun
dan dimakmurkan serta dipelihara persatuan dan kesatuannya," katanya.
Pesan
itu didengar oleh Presiden Jokowi dan Wapres Kalla di tengah ribuan
umat muslim yang berada di masjid terbesar di Asia Tenggara itu.
Persatuan dan kesatuan, menurut Quraish, adalah anugerah Tuhan yang
tidak ternilai karena sebaliknya, perpecahan dan tercabik-cabiknya
masyarkat adalah bentuk siksa Allah SWT. Kesatuan itu sendiri pun
dikemukakannya punya tiga arti.
"Pertama, kesatuan seluruh makhluk karena semua makhluk kendati
berbeda-beda, namun semua diciptakan dan di bawah kendali Allah," ungkap
Quraish.
Arti kedua, menurut pakar tafsir Al Quran itu, karena semua manusia
berasal dari tanah sehingga semua manusia harus dihormati kemanusiannya,
baik yang masih hidup maupun yang telah wafat walau mereka durhaka.
"Memang jika ada manusia yang menyebarkan teror, mencegah tegaknya
keadilan, menempuh jalan yang bukan jalan kedamaian, maka kemanusiaan
harus mencegahnya," ujar alumni Universitas Al Azhar Kairo, Mesir, itu.
Arti ketiga, ditambahkannya, adalah kesatuan bangsa meski berbeda agama, suku, kepercayaan maupun pandangan politik.
"Mereka semua bersaudara, berkedududukan sama dari kebangsaan.
Kesadaran tentang kesatuan dan persatuan itulah yang mengharuskan kita
duduk bersama bermusyawarah demi kemaslahanan dan itulah makna
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan," ujarnya.
Dampak dari tiga arti kesatuan itu, diungkapkannya, adalah
mengantarkan manusia menjadi utuh sehingga tidak terjadi pemisahan
antara keimanan dan pengamalan, tidak juga perasaan dan perilaku,
perbuatan dengan moral, idealitas dengan realitas, tapi masing-masing
merupakan bagian yang saling melengkapi.
"Manusia yang ber-Idul Fitri kembali ke asal kejadiannya. Anda
menemukan dia teguh dalam keyakinan. Teguh, tapi bijaksana. Senantiasa
bersih, walau miskin. Hemat dan sederhana, walau kaya. Murah hati dan
murah tangan, tidak menghina dan tidak mengejek, tidak menyebar fitnah,
tidak menuntut yang bukan haknya dan tidak menahan hak orang lain,"
katanya.
Al Quran mengajarkan bahwa sebelum manusia ditugaskan ke bumi, Tuhan
memerintahkannya transit lebih dulu di surga agar Adam dan Hawa
memperoleh pelajaran berharga di sana.
"Situasi demikian, dialami oleh manusia modern pertama itu bukan saja
agar jika mereka tiba di bumi mereka rindu kepada surga, tapi juga agar
beruwaha mewujudkan bayang-bayang surga itu ke dalam kehidupan di bumi
ini, yakni hidup sejahtera, terpenuhi kebutuhan pokok setiap individu
dalam suasana damai bebas dari rasa takut yang mencekam, bebas dari
kesedihan yang berlarut," katanya.
Ia pun mengingatkan agar manusia tidak terperdaya dengan tipu daya iblis dan mengalami kepahitan akibat menurutinya.
"Saudara, kata Iblis diambil dari bahasa Yunani Kuno, yakni Diabolos
yang berarti sosok yang memfitnah, yang memecah belah dan menanamkan
prasangka buruk. Dengan ber-Idul Fitri hendaknya kita sadar tentang
peranan Iblis dan pengikut-pengikutnya dalam menyebar fitnah dan hoax, menanamkan buruk, serta memecah belah kesatuan," demikian Quraish Shihab.
Idul Fitri akhirnya menjadi momentum untuk membina dan memperkukuh
ikatan kesatuan dan persatuan, menyatupadukan hubungan kasih sayang
antara sebangsa dan setanah air tentu tidak ketinggalan harus dengan
senyum dan salaman dalam keikhlasan umati yang hakiki.
Senyum dan Salaman Lebaran ala Presiden Jokowi
Minggu, 25 Juni 2017 22:52 WIB