Jakarta (Antara Babel) - Perdana Menteri Israeli Benjamin Netanyahu
menghadapi tekanan yang terus meningkat setelah mengambil langkah
keamanan baru di situs suci tiga agama, Yerusalem, terutama akibat
kekerasan yang meluas yang sejauh ini sudah merenggut delapan nyawa.
Banyak yang khawatir kekerasan bakal membesar.
Para pejabat
Israel telah mengisyaratkan untuk mengubah sikapnya di kompleks Masjid
Haram al-Sharif yang disebut umat Yahudi sebagai Gunung Kuil. Belum lama
ini pemerintah Israel memasang detektor logam pada pintu masuk-pintu
masuk masjid itu menyusul serangan yang menewaskan dua polisi Israel.
Pemasangan detektor logam ini memicu kemarahan warga Palestina.
Netanyahu menggelar rapat kabinet Minggu pagi dan akan bertemu dengan tim keamanannya pada hari yang sama.
Detektor
logam itu masih terpasang sampa Minggu pagi, sedangkan kamera CCTV
dipasang paling sedikit pada satu pintu masuk ke komplek di Kota Tua
Yerusalem itu. Kemungkinan Israel mengganti detektor logam dengan kamera
CCTV
Mayor Jenderal Yoav Mordechai --kepala COGAT, badan di
bawah kementerian pertahanan yang bertanggung jawab dalam urusan sipil
di wilayah Palestina-- sudah mengisyaratkan bahwa Israel akan mengubah
kebijakannya.
"Kami tengah mempelajari opsi-opsi dan
alternatif-alternatif lain yang akan menjamin keamanan," kata Mordechai
dalam wawancara dengan Al-Jazeera seperti dikutip AFP.
Namun
Menteri Keamanan Publik Gilad Erdan menyatakan akan terus mendukung
kebijakan pemasangan detektor logam sampai polisi memberikan alternatif
yang memuaskan.
Krisis ini sendiri telah beresonansi ke dunia internasional.
Dewan Keamanan PBB akan menggelar pertemuan tertutup esok Senin mengenai
menyebarnya kekerasan setelah Mesir, Prancis dan Swedia menginginkan
diadakan sebuah pertemuan darurat "untuk membahas bagaimana
seruan-seruan de-eskalasi di Yerusalem bisa didukung".
PM Israel Tertekan, Detektor Logam di Al-Aqsa Mungkin Dilepas
Minggu, 23 Juli 2017 21:52 WIB