Jakarta (Antara Babel) - Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu
menginginkan pesawat terbang tanpa awak (PPTA) atau drone bisa digunakan
untuk keperluan tempur, yang dilengkapi senjata dan bom.
"Pesawat terbang tanpa awak yang dibuat atas kerja sama Balitbang
Kemhan dengan industri pertahanan dalam negeri sudah bagus, dengan jarak
tempuh hingga 200 kilometer dan bisa digunakan selama 20 jam. Luar
biasa itu," kata Menhan usai menyaksikan uji coba pesawat tanpa awak
hasil kerja sama kementerian pertahan (Kemhan) dan industri pertahanan
di Lapangan Terbang Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis.
Ke depan, lanjut Ryamizard, tak terlalu sering memakai pesawat yang
menggunakan awak karena cost relatif mahal, dan penggunaannya pun
terbatas. Namun, pesawat tanpa awak bisa digunakan setiap saat dan
relatif lebih murah.
"Kemungkinan kecelakaan sangat kecil. Kalau pun ada kecelakaan tidak ada korban jiwa," katanya.
Pesawat terbang tanpa awak ini nantinya bisa di-update untuk
dipasang alat tembak dan bom, serta bisa digunakan siang dan malam hari.
"Ini nggak kalah lagi dengan dari luar. Kemudian akan ditingkatkan
terus. Itu kalau pakai satelit, jaraknya bisa 500 kilometer," kata
mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Kasad) ini.
Purnawirawan Jenderal bintang empat ini berharap nantinya pesawat
tanpa awak dapat dimaksimalkan untuk menjaga perbatasan, bahkan dapat
digunakan untuk mencegah peredaran narkoba.
"Iya pasti (akan dimaksimalkan) di perbatasan mau lihat di mana
tukang narkoba itu bawa narkoba. Semuanya lah. Curi-curi ikan segala
macam. Nanti di kapal angkatan laut juga ada drone, penanganan bencana,
segala macam lah," katanya.
Kendati demikian, tambah dia, pihaknya tetap akan membeli beberapa
drone militer dari China guna menambah pengetahuan teknologi mengenai
drone.
"Jadi begini. Kita, orang China, orang manapun, beli pasti dia
bedah itu barang untuk dipelajari. Kita juga beli sedikit satu-dua,
kemudian kita pelajari untuk menambah kecanggihan itu. Semuanya begitu,"
jelasnya.
Pesawat yang diujiterbangkan bernama Rajawali 720, yang merupakan
hasil kerja sama Balitbang Kemhan dengan PT Bhineka Dwi Persada. PPTA
Rajawali 720 termasuk ke dalam kategori Unmanned Aerial Vehicle (UAV)
atau juga disebut Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) dan merupakan PPTA
bersayap tetap (fixed wing).
PPTA tersebut memiliki kemampuan terbang Iebih dari 24 jam dengan
misi radius jelajah 20 km sampai dengan 1000 km, dan ketinggi jelajah
8000 meter dan kecepatan hingga 135 km/jam (73 knots). PPTA Rajawali 720
tersebut juga mampu tinggal landas dan landing dengan Iandasan yang
cukup pendek.
PPTA Rajawali 720 dirancang dengan misi utama sebagai pesawat
pengintai, yang dilengkapi dengan sistem gimbal dan kamera yang dapat
mengirimkan hasil pantauan, baik gambar maupun video secara real time ke
darat melalui Ground Control Station (GCS).
Sehingga, PPTA Rajawali 720 dapat menjadi salah satu altematif yang
handal dalam melakukan pengawasan dalam berbagai keperluan, seperti
melakukan pemantauan di daerah perbatasan, lautan ataupun hutan.
Selain PPTA Rajawali 720, kata Kapuskom Publik Kemhan Brigjen TNI
Totok Sugiharto, juga akan diuji coba beberapa pesawat tanpa awak
lainnya, yakni Pesawat Udara Tanpa Awak (Puna) Alap-Alap, Wulung (PT
Carita Boat Indonesia), Elang Laut (PT DI), dan Mission System (PT LEN
Industri), serta Target Drone (PT Indo Pacific Communication dan
Defence), M3LSU03 (PT Mandiri Mitra Muhibbah).
Menhan Inginkan Pesawat Tanpa Awak Dilengkapi Persenjataan
Kamis, 27 Juli 2017 17:07 WIB
Pesawat terbang tanpa awak yang dibuat atas kerja sama Balitbang Kemhan dengan industri pertahanan dalam negeri sudah bagus, dengan jarak tempuh hingga 200 kilometer dan bisa digunakan selama 20 jam. Luar biasa itu,