Jakarta (Antara Babel) - Direktur Eksekutif Institute for Development of
Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati mengatakan pemerintah
perlu melakukan terobosan dan strategi konkret dalam penganggaran
terkait dengan pencapaian asumsi pertumbuhan ekonomi RAPBN 2018 sebesar
5,4 persen.
"Persoalannya, ketika target 5,4 persen, postur anggarannya tidak
ada terobosan. Strategi yang diusulkan juga tidak ada hal yang
spektakuler," kata Enny dalam sebuah diskusi di Jakarta, Sabtu.
Ia mengatakan pemerintah perlu merumuskan strategi-strategi yang
mampu mengakselerasi pertumbuhan, mengingat pertumbuhan ekonomi pada
semester pertama 2017 masih berada di kisaran 5,01 persen.
"Kalau misalnya target hanya dokumen dan tidak mampu terealisasi,
yang menjadi korban adalah masyarakat. Misalnya, daya belinya yang
menurun atau kesulitan mendapat lapangan kerja. Urusan rakyat inilah
yang merupakan urusan konkret," ucapnya.
Enny memandang perlu pemerintah menimbang pilihan strategi untuk
mengakselerasi pertumbuhan. Misalnya, dengan melihat apakah lebih
efektif memperbesar belanja pemerintah atau memberikan insentif terhadap
dunia usaha.
"Pemeritah perlu melakukan strategi yang smart untuk membutikan apa yang telah dijanjian dalam RAPBN 2018," ucap Enny.
Sementara itu, ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro menilai tantangan
pertumbuhan ekonomi pada tahun 2018 adalah akselerasi belanja pemerintah
yang masih rendah, dilihat berdasarkan kinerjanya pada Semester I
2017.
"Sudah kami pantau sejak 2015 bahwa belanja pemerintah punya peran
makin besar karena menopang konsumsi rumah tangga di tengah melemahnya
harga komoditas. Pada tahun 2017, akselerasi spending pemerintah masih
lemah," katanya.
Namun, Andry memandang belanja pemerintah pada Semester II 2017 akan
lebih tinggi dan mampu mendorong konsumsi rumah tangga. Hal tersebut
berpeluang menciptakan pertumbuhan ekonomi 5,1 s.d. 5,2 persen di akhir
tahun.
Sebelumnya, pemerintah telah mengumumkan RAPBN tahun 2018 dengan
postur pendapatan sebesar Rp1.878,4 triliun dan belanja negara sebesar
Rp2.204,4 triliun sehingga defisit anggaran direncanakan sekitar Rp325,9
triliun atau setara dengan 2,19 persen dari produk domestik bruto
(PDB).
Rencana belanja negara sebesar Rp2.204,4 triliun terdiri atas
belanja pemerintah pusat sebesar Rp1.443,3 triliun, serta transfer ke
daerah dan dana desa sebesar Rp761,1 triliun.
Pemerintah juga menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4 persen
dalam RAPBN 2018 melalui dukungan konsumsi masyarakat yang terjaga,
peningkatan investasi, serta perbaikan kinerja ekspor dan impor.
Ekonom: Penganggaran Pemerintah Perlu Terobosan
Sabtu, 19 Agustus 2017 17:47 WIB