Kepala Dinas Tenaga Kerja, Perindustrian dan Perdagangan, Kabupaten Bangka, Kepulauan Bangka Belitung, Thony Marza, mengatakan pemerintah tidak menetapkan harga eceran tertinggi untuk jenis komoditi bawang maupun cabe.

Dikatakannya di Sungailiat, Minggu, dengan tidak ditetapkan HET pada komoditi itu karena harga di pasar dipengaruhi oleh musim panen dari daerah pemasok.

"Keberhasilan panen daerah pemasok seperti dari pulau Jawa akan berdampak pada harga eceran di pasar tradisional, pada saat musim panen gagal tentu akan berdampak meningkatnya harga di pasaran," katanya.

Untuk mengantisipasi lonjakan harga di pasar, dia meningkatkan koordinasi dengan Satuan tugas (Satgas) pangan untuk berupaya mengendalikan harga sehingga tidak berimbas pada daya beli kebutuhan masyarakat di bulan ramadhan.

"Tingginya harga bawang, cabe dan ikan akan mempengaruhi tingkat inflasi di daerah," katanya.

Untuk memenuhi kebutuhan bawang di masyarakat, kata Thony, pihak distributor lebih mengutamakan bawang dari pulau Jawa dibanding bawang yang di impor dari luar negeri.

Hanya saja, jika terjadi kekurangan pasokan dari pulau Jawa, biasanya distributor memasok bawang impor karena jangan sampai terjadi kelangkaan bawang di pasar.

Secara umum dia mengatakan, kebutuhan pangan masyarakat selama bulan Ramadhan dipastikan aman meskipun sebagian besar kebutuhan pangan masyarakat di pulau Bangka dipasok dari luar.

"Saya sudah berkoordinasi dengan sejumlah distributor untuk memastikan kebutuhan pangan aman selama bulan Ramadhan," jelasnya.

Sementara menurut pelaku distributor holtikultura, Awi mengatakan untuk memenuhi kebutuhan bawang pada bulan Ramadhan dirinya telah menyiapkan 25 ton bawang.

"Sekitar 25 ton bawang dari pulau Jawa dan  yang diimpor dari luar negeri," katanya.

Pewarta: Kasmono

Editor : Adhitya SM


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2019