Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, menyebutkan bahwa kawasan mangrove Tanjungpunai cocok untuk pengembangan budi daya kepiting belangkas atau tapal kuda.
"Karakter mangrove dan lumpur di pesisir Tanjungpunai cocok untuk budi daya belangkas, kami akan usahakan warga di daerah itu untuk bisa memanfaatkan peluang tersebut," kata Kepala Bidang Budi Daya Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Barat, Wiratmo di Mentok, Selasa.
Menurut dia, usaha budi daya kepiting tapal kuda di lokasi itu juga akan mendukung upaya warga dalam pengembangan pariwisata dengan memanfaatkan mangrove yang sudah dibangun.
"Nanti akan saling melengkapi, ada wisata mangrove ada juga budi daya yang bisa dijadikan tempat belajar dan pendukung ekonomi warga," katanya.
Baca juga: Wisata Mangrove, harapan baru warga pesisir Tanjungpunai Bangka Barat
Menurut dia, kepiting tapal kuda atau belangkas memiliki nilai ekonomi tinggi karena jenis kepiting tersebut sangat dibutuhkan dalam dunia kesehatan.
Kepiting tapal kuda menghasilkan darah biru yang mengandung sel "amebocyte" yang dibutuhkan untuk bahan industri obat-obatan, makanan dan alat-alat kesehatan.
"Kebetulan kepiting jenis itu sudah ada dan hidup di beberapa lokasi di kawasan itu, jika dikembangkan dengan pola budi daya tentunya akan lebih mudah dan menghasilkan," katanya.
Wiratmo mengatakan, Pemkab Bangka Barat akan terus mendukung berbagai usaha budi daya yang dikembangkan masyarakat pesisir guna meningkatkan perekonomian.
"Untuk tahun ini memang bantuan budi daya kepiting tapal kuda belum teranggarkan, namun kami akan berkoordinasi dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan agar bisa memfasilitasi kebutuhan warga di lokasi itu," katanya.
Dengan budi daya yang unik dan khas tersebut diharapkan terjadi kolaborasi yang baik antara upaya pengembangan pariwisata dan budi daya perikanan dengan memanfaatkan kawasan mangrove.
Baca juga: Mangrove Tanjungpunai jadi destinasi wisata baru di Bangka Barat
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2020
"Karakter mangrove dan lumpur di pesisir Tanjungpunai cocok untuk budi daya belangkas, kami akan usahakan warga di daerah itu untuk bisa memanfaatkan peluang tersebut," kata Kepala Bidang Budi Daya Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Barat, Wiratmo di Mentok, Selasa.
Menurut dia, usaha budi daya kepiting tapal kuda di lokasi itu juga akan mendukung upaya warga dalam pengembangan pariwisata dengan memanfaatkan mangrove yang sudah dibangun.
"Nanti akan saling melengkapi, ada wisata mangrove ada juga budi daya yang bisa dijadikan tempat belajar dan pendukung ekonomi warga," katanya.
Baca juga: Wisata Mangrove, harapan baru warga pesisir Tanjungpunai Bangka Barat
Menurut dia, kepiting tapal kuda atau belangkas memiliki nilai ekonomi tinggi karena jenis kepiting tersebut sangat dibutuhkan dalam dunia kesehatan.
Kepiting tapal kuda menghasilkan darah biru yang mengandung sel "amebocyte" yang dibutuhkan untuk bahan industri obat-obatan, makanan dan alat-alat kesehatan.
"Kebetulan kepiting jenis itu sudah ada dan hidup di beberapa lokasi di kawasan itu, jika dikembangkan dengan pola budi daya tentunya akan lebih mudah dan menghasilkan," katanya.
Wiratmo mengatakan, Pemkab Bangka Barat akan terus mendukung berbagai usaha budi daya yang dikembangkan masyarakat pesisir guna meningkatkan perekonomian.
"Untuk tahun ini memang bantuan budi daya kepiting tapal kuda belum teranggarkan, namun kami akan berkoordinasi dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan agar bisa memfasilitasi kebutuhan warga di lokasi itu," katanya.
Dengan budi daya yang unik dan khas tersebut diharapkan terjadi kolaborasi yang baik antara upaya pengembangan pariwisata dan budi daya perikanan dengan memanfaatkan kawasan mangrove.
Baca juga: Mangrove Tanjungpunai jadi destinasi wisata baru di Bangka Barat
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2020