Sejumlah orang tua wali murid di Kota Kupang, NTT menilai bahwa materi belajar daring yang diberikan guru saat belajar di rumah sangat banyak dan membebani anak dengan tidak mempertimbangkan kemampuan anak untuk menyerap materi yang diberikan.
Canza Liza Dewi Purba seorang ibu yang ditemui di Kupang, Senin (27/7) mengatakan bahwa anaknya saat ini berada di bangku sekolah dasar (SD) kelas II, dan setiap hari harus mengerjakan tugas serta selalu mendapatkan materi dari wali kelasnya dalam jumlah yang banyak.
"Akibatnya anak lebih banyak jenuhnya, kemudian juga susah diatur," katanya kepada ANTARA terkait sistem belajar dari rumah yang selama ini sudah diterapkan oleh pihak sekolah setelah adanya imbauan dari pemerintah Kota Kupang untuk memperpanjang sistem belajar dari rumah mencegah penyebaran COVID-19.
Ia menjelaskan bahwa, materi yang dikirimkan dilakukan secara daring, begitu pula dengan materi pekerjaan rumah atau PR. Namun sistem pengumpulan PRnya dilakukan secara manual yakni orang tua harus datang ke sekolah untuk mengumpulkan.
Sementara ujian sekolah tetap dijadwalkan yakni setiap hari Sabtu, untuk menguji kemampuan anak setelah dalam beberapa hari itu mendapatkan materi yang dikirim oleh guru atau wali kelasnya.
Namun kata Liza, walaupun bagus dan mencegah penyebaran COVID-19, namun ia mengeluhkan materi yang diberikan sangat banyak sehingga terkadang tak semua materi diserap.
Hal ini juga kata dia menjadi keluhan seluruh orang tua wali murid karena memang materi dan tugas yang ada cukup membebani anak dan juga orang tuanya.
"Tetapi mau bagaimana lagi, ini harus dijalani. Dan saya lebih memilih anak saya belajar di rumah saja, dari pada harus belajar di sekolah di tengah pandemi ini. Tetapi harapan saya, agar materi yang diberikan dikurangi, sehingga anak tak jenuh dan lebih mudah untuk diatur," ujar dia.
Hal yang sama juga diakui oleh Giran Bere seorang kepala keluarga di Kota Kupang yang mengaku tak mengizinkan anaknya belajar di sekolah karena bahaya COVID-19 masih ada.
"Saya lebih memilih anak saya belajar di rumah saja. Apalagi lagi salah satu anak saya juga ada sakit asma dan paru-paru. Lebih baik menjaga dan dari pada harus membebaskan sekolah," tutur dia.
Giran mengatakan bahwa bersyukur karena istrinya adalah seorang guru juga sehingga proses belajar di rumah ditangani langsung oleh istrinya bagi dua anaknya yang masing-masing berada di kelas 2 dan kelas 6 SD.
Sistem belajar di rumah juga dilakukan dengan cara guru mengirimkan materi secara daring serta dipelajari kemudian diujikan. Ia berharap agar pandemi ini segera berakhir sehingga aktivitas belajar di sekolah bisa kembali lagi.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2020
Canza Liza Dewi Purba seorang ibu yang ditemui di Kupang, Senin (27/7) mengatakan bahwa anaknya saat ini berada di bangku sekolah dasar (SD) kelas II, dan setiap hari harus mengerjakan tugas serta selalu mendapatkan materi dari wali kelasnya dalam jumlah yang banyak.
"Akibatnya anak lebih banyak jenuhnya, kemudian juga susah diatur," katanya kepada ANTARA terkait sistem belajar dari rumah yang selama ini sudah diterapkan oleh pihak sekolah setelah adanya imbauan dari pemerintah Kota Kupang untuk memperpanjang sistem belajar dari rumah mencegah penyebaran COVID-19.
Ia menjelaskan bahwa, materi yang dikirimkan dilakukan secara daring, begitu pula dengan materi pekerjaan rumah atau PR. Namun sistem pengumpulan PRnya dilakukan secara manual yakni orang tua harus datang ke sekolah untuk mengumpulkan.
Sementara ujian sekolah tetap dijadwalkan yakni setiap hari Sabtu, untuk menguji kemampuan anak setelah dalam beberapa hari itu mendapatkan materi yang dikirim oleh guru atau wali kelasnya.
Namun kata Liza, walaupun bagus dan mencegah penyebaran COVID-19, namun ia mengeluhkan materi yang diberikan sangat banyak sehingga terkadang tak semua materi diserap.
Hal ini juga kata dia menjadi keluhan seluruh orang tua wali murid karena memang materi dan tugas yang ada cukup membebani anak dan juga orang tuanya.
"Tetapi mau bagaimana lagi, ini harus dijalani. Dan saya lebih memilih anak saya belajar di rumah saja, dari pada harus belajar di sekolah di tengah pandemi ini. Tetapi harapan saya, agar materi yang diberikan dikurangi, sehingga anak tak jenuh dan lebih mudah untuk diatur," ujar dia.
Hal yang sama juga diakui oleh Giran Bere seorang kepala keluarga di Kota Kupang yang mengaku tak mengizinkan anaknya belajar di sekolah karena bahaya COVID-19 masih ada.
"Saya lebih memilih anak saya belajar di rumah saja. Apalagi lagi salah satu anak saya juga ada sakit asma dan paru-paru. Lebih baik menjaga dan dari pada harus membebaskan sekolah," tutur dia.
Giran mengatakan bahwa bersyukur karena istrinya adalah seorang guru juga sehingga proses belajar di rumah ditangani langsung oleh istrinya bagi dua anaknya yang masing-masing berada di kelas 2 dan kelas 6 SD.
Sistem belajar di rumah juga dilakukan dengan cara guru mengirimkan materi secara daring serta dipelajari kemudian diujikan. Ia berharap agar pandemi ini segera berakhir sehingga aktivitas belajar di sekolah bisa kembali lagi.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2020