Direktur Keuangan PT Timah Tbk (TINS) Wibisono meyakini pada paruh kedua tahun ini harga logam timah akan membaik dan membantu pemulihan pasar timah dunia.

"Kami optimistis bahwa harga logam timah akan pulih di semester II2020. Ini akan berdampak positif terhadap kinerja perusahaan," ujar Wibisono saat paparan publik secara virtual di Jakarta, Jumat.

Harga logam timah di London Metal Exchange (LME) berangsur membaik dengan ratarata harga pada Juni 2020 sebesar 17,12 dolar AS atau naik 9 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Sinyal positif tersebut menumbuhkan optimisme akan pulihnya pasar timah dunia setelah terpukul beberapa waktu akibat COVID19.

Sebagai produsen terbesar timah dunia, PT Timah menjadi salah satu merek yang paling digemari di industri timah dengan merek dagang yang sudah terdaftar di London Metal Exchange. Menurut Wibisono, hal tersebut menjadi keunggulan kompetitif bagi TINS untuk mewujudkan strategi penetrasi ke pasar-pasar baru.

Pada semester pertama 2020, PT Timah mencatat produksi bijih timah sebesar 24.990 ton atau turun 47,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya 47.423 ton. Adapun produksi logam turun 26,2 persen menjadi 27.833 ton, serta penjualan logam turun 0,3 persen menjadi 31.508 ton.

Dalam kurun waktu tersebut PT Timah mencatatkan ekspor timah sebesar 98,3 persen dengan lima negara tujuan ekspor terbesar diantaranya Singapura sebesar 17,9 persen, Korea 16,2 persen, China 14,8 persen, Amerika Serikat 11,2 persen, dan India 11,2 persen. Total kontribusi ekspor timah ke lima negara tersebut mencapai 71,3 persen.

Sampai dengan Juni 2020 tercatat pendapatan PT Timah sebesar Rp7,98 triliun atau turun 18,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Harga pokok produksi turun sebesar 13,5 persen menjadi Rp7,73 triliun.

Bila dilihat dari perspektif kuartal II dibandingkan kuartal I, perbaikan yang nampak diantaranya adalah pada Gross Profit Margin (GPM) yang naik menjadi lebih kurang 3,1 persen dari sebelumnya minus 4 persen. Pada kuartal II tercatat laba kotor sebesar Rp249,94 miliar atau naik signifikan dari kuartal I sebesar minus Rp173,6 miliar.

Di samping itu, Net Profit Margin (NPM) naik menjadi minus 4,9 persen dari sebelumnya minus 9,4 persen. Pada kuartal II tercatat rugi bersih sebesar Rp390,07 miliar berhasil ditekan dari posisi kuartal I sebesar Rp412,86 miliar.

Pada semester I2020 tercatat kenaikan signifikan pada arus kas operasi menjadi Rp3,17 triliun dibandingkan periode yang sama tahun 2019 sebesar minus Rp3,33 triliun. Membaiknya arus kas operasi merupakan indikator sehatnya finansial emiten, sehingga {T Timah mampu membayar sebagian kewajiban jangka pendeknya. Posisi utang bank jangka pendek mampu turun 37 persen menjadi Rp5,56 triliun.

Secara operasional PT Timah terus melakukan rencana aksi berupa efisiensi di setiap lini bisnis, optimalisasi alat produksi, serta menjaga kinerja produksi dan penjualan agar arus kas tetap optimal. Di samping itu, biaya bahan baku yang berkontribusi besar terhadap struktur biaya disiasati melalui thirdparty renegotiation untuk kompensasi yang lebih ekonomis.

PT Timah memanfaatkan pula backlog atau persediaan timah setengah jadi untuk dilebur kembali menjadi logam timah dengan spesifikasi standar LME, sehingga memberikan kontribusi positif terhadap penerimaan perusahaan.

"Efektivitas manajemen biaya yang saat ini dilakukan akan mulai terlihat pada laporan finansial kuartalkuartal berikutnya," ujar Wibisono.

Dengan demikian, lanjut Wibisono, potensi perbaikan performa PT Timah masih terbuka lebar, ditambah dengan pulihnya harga logam timah di London Metal Exchange (LME) akan semakin menguatkan optimisme dan harapan baik untuk PT Timah pada semester II2020.

Pewarta: Citro Atmoko

Editor : Rustam Effendi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2020