Pengembangan pariwisata dan pertambangan dapat berjalan beriringan untuk menguatkan potensi wisata dan memanfaatkan sumber daya alam yang dimiliki. Berbicara wisata bukan hanya sekedar objek wisata tapi juga budaya. 
Mentor Desa Wisata Institute, Doto Yugantoro mengatakan pariwisata adalah budaya yang dijaga dan terpelihara. Budaya bukan hanya kesenian, tapi juga kehidupan masyarakat. Pariwisata hanya salah satu alat untuk kesejahteraan. 

Provinsi Kepualuan Bangka Belitung kata dia sejak dulu sudah dikenal dengan daerah yang kaya dengan timah, tapi timah ini kan tidak lestari. Sehingga perlu pengganti, dengan membidik pariwisata.

“Pariwisata harus bersahabat, tidak bisa saling mematikan. Menunggu titik temu antara pariwsata dan pertambangan yang telah turun temurun dan pariwisata yang tengah bergairah, harus ada mediasi caranya dengan memilihara budaya, merawat masyarakat, dan pemerintah membaca sebagai pembuat regulasi kapan ini akan seimbang, dari akademisi membuat kajian sehingga bisa memunculkan pariwisata berbudaya yang berbasis masyarakat,” katanya.

Menurutnya, sebelumnya Gubernur Bangka Belitung pernah mewacanakan untuk membuat wisata tambang,  terutama untuk tambang-tambang yang telah tidak beroperasi seperti Open Pit Nam Salu, yang bisa dijadikan potensi pariwisata berbasis sejarah.

Bangka kata dia masih memiliki banyak tambang, karena dinilai masih bisa menghidupi. Pariwisata, masih membutuhkan waktu yang lama untuk dibangun. Ia mencontohkan, di Yogya dalam mengelola wisata pihaknya harus berhadapan dengan gunung Merapi dan Taman Nasional.

“Tapi kita harus yakin bahwa Merapi adalah bagian dari budaya kita, sehingga di Merapi ada penambang pasir, ada peternakan, ada Taman Nasional. Justru itu membuatnya menjadi menarik,” sebutnya.   

Menurutnya, dalam mengembangkan pariwisata tidak hanya objek tapi juga pengembangan sumber daya manusia yang harus siap. Dukungan dari berbagai sektor dan pengembangan 

“Cerita tentang timah tentu memiliki segment pasarnya yang banyak, seperti di Nam Salu. Kemudian wisata yang berbasis tambang, kita jual ceritanya dan bikin ceritanya, misalnya kalau penambangan itu bikin pantai keruh, pintar-pintar ke cerita apakah pantai itu harus bening kan tidak juga, inilah kehidupan, ditambah kehidupan budaya orang Bangka,” jelasnya. 

Selain itu menurutnya, aktivitas masyarakat pertimahan itu akan menjadi daya tarik tersendiri dan akan menjadi spot yang akan dijual. Apalagi timah menjadi kebutuhan internasional untuk membuat barang elektronik akan menjadi ketertarikan sendiri. 

Untuk membangun pariwisata, kata dia tidak selalu mahal dan harus dilakukan berbarengan dengan berbagagi pihak, termasuk unsur perusahaan melalui dana CSR nya. Sehingga diperlukan kolaborasi dari berbagai pihak untuk membangun pariwisata yang berkelanjutan. 

“Yang perlu dibangun juga SDMnya, kita tidak bisa mengandalkan pemerintah saja apalagi di situasi covid ini, kan bisa saja dari dana CSR, kalau CSR enggak ada kita pakai dana desa. Kalau itu jalan, tinggal nanti media yang ekspose, kalau produknya bagus maka orang akan meliput,” ujarnya. 

Menurutnya, dari sisi kebijakan pemerintah pusat sudah sangat mendukung untuk pengembangan pariwisata bahkan hingga lintas kementerian hingga trik untuk mengembangkan pariwisata. Tinggal pemerintah provinsi dan kabupaten untuk menangkap peluang ini. 

“Kalau untuk desa wisata mandiri itu dibawah binaan pemerintah provinsi, tapi kalau untuk dea wisata rintisan itu pembinaanya pemerintah kabupaten/kota. Sehingga tidak tumpang tindih, kalau yang mandiri harus disupport promosi digital. Kalau untuk rintisan masih ke pembuatan paket. Masyarakatnya juga harus mau diarahkan,” jelasnya. 

Menurutnya, tambang pasti akan habis, sehingga perlu dipersiapkan penggantinya tanpa harus langssung menghentikan tambang, karena membangun pariwisata juga membutuhkan modal baik besar maupun kecil. 

 “Pendapatan pariwisata itu enggak bisa langsung, sekarang kan masih ada tambang, coba perusahaannya itu melalui CSR nya misalnya bangun toilet, selain bangun toilet, SDM yang mengelola toiletnya juga dilatih, bagaimana seharusnya toilet itu sehingga ketika orang datang ke objek wisata punya kesan yang bagus,” tutupnya.

Pewarta: Aprionis

Editor : Rustam Effendi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2020