Banjarmasin, 9/2 (Antara) - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan segera melaksanakan program gerakan antiputus sekolah bagi pelajar sekolah dasar hingga sekolah menengah atas melalui pemberian beasiswa secara terus-menerus.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh di Banjarmasin, Sabtu mengatakan, saat ini, angka putus sekolah di Indonesia masih relatif cukup tinggi sehingga perlu ada gerakan yang didukung oleh seluruh pihak terkait, baik melalui pendekatan program maupun sosial.
Pendekatan program dimaksud, kata dia, antara lain dengan memberikan beasiswa bagi anak-anak dari keluarga miskin mulai SD hingga SMP bahkan SMA.
"Selama ini, anak-anak yang mendapatkan beasiswa di SD masih merasa khawatir kalau melanjutkan ke SMP atau SMA, tidak memiliki jaminan mendapatkan beasiswa kembali," katanya.
Kekhawatiran tersebut, kata dia, membuat angka putus sekolah--mulai tingkat SD hingga SMA--masih relatif sangat tinggi, apalagi yang bisa melanjutkan ke perguruan tinggi, angkanya masih sangat jauh.
Mendikbud menggambarkan, pada tahun 2007, dari 100 persen anak-anak yang masuk SD, yang melanjutkan sekolah hingga lulus hanya 80 persen, sedangkan 20 persen lainnya putus sekolah.
Dari 80 persen yang lulus SD, hanya sekitar 61 persen yang melanjutkan ke SMP maupun sekolah setingkat lainnya, kemudian dari jumlah tersebut yang sekolah hingga lulus hanya sekitar 48 persen.
"Tentu ini adalah jumlah yang sangat memprihatinkan, mengingat pendidikan SD--SMP merupakan pendidikan dasar yang seharusnya dimiliki oleh seluruh generasi muda Indonesia saat ini," katanya.
Sementara itu, dari 48 persen tersebut, yang melanjutkan ke SMA tinggal 21 persen dan berhasil lulus hanya sekitar 10 persen, sedangkan yang melanjutkan ke perguruan tinggi hanya sekitar 1,4 persen.
Selanjutnya, berdasarkan penelitan pada tahun 2011, terjadi sedikit peningkatan anak yang melanjutkan ke SMP dari 61 persen menjadi sekitar 70 persen, dan yang masuk perguruan tinggi menjadi 4,4 persen.
Menekan angka putus sekolah tersebut, kata dia, perlu gerakan serempak, bukan hanya dilakukan oleh pemerintah kabupaten, provinsi, maupun pemerintah pusat, melainkan juga oleh guru, kepala sekolah, dan pihak sekolah lainnya.
Setiap sekolah, kata dia, harus memiliki data anak didikinya, dan mengawal mereka hingga lulus sekolah dan melanjutkan ke jenjang berikutnya.
"Sekolah wajib ada catatan dan keterangan, seluruh anak didiknya yang lulus SD atau SMP, melanjutkan ke mana," katanya.
Bila ada yang tidak melanjutkan, kepala sekolah atau guru wajib mendatangi ke rumahnya dan mengantarkan langsung untuk mendaftar ke sekolah yang diinginkan karena telah ada jaminan beasiswa yang secara otomatis berkesinambungan.
"Jemput anak-anak yang tidak melanjutkan sekolah dan antar serta daftarkan, ini adalah tanggung jawab sosial kita," katanya.
Menurut Nuh, pendidikan merupakan jalur terbaik untuk memperbaiki kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat karena biasanya anak miskin yang tidak sekolah akan menikah dengan orang miskin juga, yang pada akhirnya juga akan melahirkan anak-anak yang lebih miskin.
"Rantai kemiskinan ini yang harus kita putus melalui pendidikan," kata Nuh.
Kedatangan Mendikbud ke Banjarmasin dalam rangka sosialisasi kurikulum perubahan 2013 kepada ribuan guru se-Kalsel yang dilaksanakan di Mahligai Pancasila Banjarmasin.
Selain Mendikbud, juga hadir Menteri Riset dan Teknologi Gusti Muhammad Hatta bersama istri.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2013
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh di Banjarmasin, Sabtu mengatakan, saat ini, angka putus sekolah di Indonesia masih relatif cukup tinggi sehingga perlu ada gerakan yang didukung oleh seluruh pihak terkait, baik melalui pendekatan program maupun sosial.
Pendekatan program dimaksud, kata dia, antara lain dengan memberikan beasiswa bagi anak-anak dari keluarga miskin mulai SD hingga SMP bahkan SMA.
"Selama ini, anak-anak yang mendapatkan beasiswa di SD masih merasa khawatir kalau melanjutkan ke SMP atau SMA, tidak memiliki jaminan mendapatkan beasiswa kembali," katanya.
Kekhawatiran tersebut, kata dia, membuat angka putus sekolah--mulai tingkat SD hingga SMA--masih relatif sangat tinggi, apalagi yang bisa melanjutkan ke perguruan tinggi, angkanya masih sangat jauh.
Mendikbud menggambarkan, pada tahun 2007, dari 100 persen anak-anak yang masuk SD, yang melanjutkan sekolah hingga lulus hanya 80 persen, sedangkan 20 persen lainnya putus sekolah.
Dari 80 persen yang lulus SD, hanya sekitar 61 persen yang melanjutkan ke SMP maupun sekolah setingkat lainnya, kemudian dari jumlah tersebut yang sekolah hingga lulus hanya sekitar 48 persen.
"Tentu ini adalah jumlah yang sangat memprihatinkan, mengingat pendidikan SD--SMP merupakan pendidikan dasar yang seharusnya dimiliki oleh seluruh generasi muda Indonesia saat ini," katanya.
Sementara itu, dari 48 persen tersebut, yang melanjutkan ke SMA tinggal 21 persen dan berhasil lulus hanya sekitar 10 persen, sedangkan yang melanjutkan ke perguruan tinggi hanya sekitar 1,4 persen.
Selanjutnya, berdasarkan penelitan pada tahun 2011, terjadi sedikit peningkatan anak yang melanjutkan ke SMP dari 61 persen menjadi sekitar 70 persen, dan yang masuk perguruan tinggi menjadi 4,4 persen.
Menekan angka putus sekolah tersebut, kata dia, perlu gerakan serempak, bukan hanya dilakukan oleh pemerintah kabupaten, provinsi, maupun pemerintah pusat, melainkan juga oleh guru, kepala sekolah, dan pihak sekolah lainnya.
Setiap sekolah, kata dia, harus memiliki data anak didikinya, dan mengawal mereka hingga lulus sekolah dan melanjutkan ke jenjang berikutnya.
"Sekolah wajib ada catatan dan keterangan, seluruh anak didiknya yang lulus SD atau SMP, melanjutkan ke mana," katanya.
Bila ada yang tidak melanjutkan, kepala sekolah atau guru wajib mendatangi ke rumahnya dan mengantarkan langsung untuk mendaftar ke sekolah yang diinginkan karena telah ada jaminan beasiswa yang secara otomatis berkesinambungan.
"Jemput anak-anak yang tidak melanjutkan sekolah dan antar serta daftarkan, ini adalah tanggung jawab sosial kita," katanya.
Menurut Nuh, pendidikan merupakan jalur terbaik untuk memperbaiki kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat karena biasanya anak miskin yang tidak sekolah akan menikah dengan orang miskin juga, yang pada akhirnya juga akan melahirkan anak-anak yang lebih miskin.
"Rantai kemiskinan ini yang harus kita putus melalui pendidikan," kata Nuh.
Kedatangan Mendikbud ke Banjarmasin dalam rangka sosialisasi kurikulum perubahan 2013 kepada ribuan guru se-Kalsel yang dilaksanakan di Mahligai Pancasila Banjarmasin.
Selain Mendikbud, juga hadir Menteri Riset dan Teknologi Gusti Muhammad Hatta bersama istri.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2013