Pekanbaru, 15/2 (Antara Babel) - Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi mengatakan angka kematian ibu melahirkan dan kematian bayi yang dilahirkan masih tinggi.
"Kasus ini terjadi lebih akibat perdarahan dan ibu yang menikah melahirkan dalam usia terlalu muda, terlalu rapat dan terlalu banyak melahirkan," katanya dalam rakornas percepatan pencapaian target MDGs bidang KB dan kesehatan reproduksi menyikapi hasil sementara SDKI tahun 2012, di Pekanbaru, Jumat.
Rakornas dihadiri 180 peserta dari perwakilan BKKBN dan Dinas Kesehatan se-Indonesia.
Menkes mengatakan, angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) di Indonesia tinggi karena persalinan masih banyak dilakukan di rumah.
Berdasarkan hasil SDKI tahun 2007 tercatat bahwa angka ibu melahirkan sebesar 228 per 100 ribu kelahiran dan angka kematian bayi sebesar 34 per seribu kelahiran hidup.
Namun hasil SDKI 2012 tercatat sudah mulai turun perlahan bahwa angka kematian ibu melahirkan tercatat sebesar 102 per seratus ribu kelahiran hidup dan angka kematian bayi sebesar 23 per seribu kelahiran hidup.
Pemicu tingginya angka kematian ibu melahirkan juga akibat usia ibu terlalu tua, dan kondisi ini justru memicu banyak ibu-ibu melahirkan anak cacat.
"Karena itu mari bersama-sama semua pihak terkait agar serius mencarikan solusinya dengan tetap memperkuat koordinasi, singkroninasi dan sinergis seluruh bangsa," katanya upaya ini memang tidak mudah namun demikian kerja keras perlu dilakukan dan daerah harus membuat terobosan.
Karenanya, pemerintah kabupaten dan kota perlu memperkuat sarana dan fasilitas sembari memetakan persoalan termasuk mengatasi kekurangan penyuluh lapangan KB.
Jika kerja sama sungguh-sungguh dapat dilakukan maka kejayaan masa sepuluh tahun terakhir bisa diraih kembali sembari tetap menggaungkan imbauan bahwa dua anak cukup.
"Peran tokoh masyarakat, tokoh agama untuk tetap menggencarkan imbau tentang pembangunan KB guna mencapai target MDGs dan RPJM bidang KB dan kesehatan reproduksi," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2013
"Kasus ini terjadi lebih akibat perdarahan dan ibu yang menikah melahirkan dalam usia terlalu muda, terlalu rapat dan terlalu banyak melahirkan," katanya dalam rakornas percepatan pencapaian target MDGs bidang KB dan kesehatan reproduksi menyikapi hasil sementara SDKI tahun 2012, di Pekanbaru, Jumat.
Rakornas dihadiri 180 peserta dari perwakilan BKKBN dan Dinas Kesehatan se-Indonesia.
Menkes mengatakan, angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) di Indonesia tinggi karena persalinan masih banyak dilakukan di rumah.
Berdasarkan hasil SDKI tahun 2007 tercatat bahwa angka ibu melahirkan sebesar 228 per 100 ribu kelahiran dan angka kematian bayi sebesar 34 per seribu kelahiran hidup.
Namun hasil SDKI 2012 tercatat sudah mulai turun perlahan bahwa angka kematian ibu melahirkan tercatat sebesar 102 per seratus ribu kelahiran hidup dan angka kematian bayi sebesar 23 per seribu kelahiran hidup.
Pemicu tingginya angka kematian ibu melahirkan juga akibat usia ibu terlalu tua, dan kondisi ini justru memicu banyak ibu-ibu melahirkan anak cacat.
"Karena itu mari bersama-sama semua pihak terkait agar serius mencarikan solusinya dengan tetap memperkuat koordinasi, singkroninasi dan sinergis seluruh bangsa," katanya upaya ini memang tidak mudah namun demikian kerja keras perlu dilakukan dan daerah harus membuat terobosan.
Karenanya, pemerintah kabupaten dan kota perlu memperkuat sarana dan fasilitas sembari memetakan persoalan termasuk mengatasi kekurangan penyuluh lapangan KB.
Jika kerja sama sungguh-sungguh dapat dilakukan maka kejayaan masa sepuluh tahun terakhir bisa diraih kembali sembari tetap menggaungkan imbauan bahwa dua anak cukup.
"Peran tokoh masyarakat, tokoh agama untuk tetap menggencarkan imbau tentang pembangunan KB guna mencapai target MDGs dan RPJM bidang KB dan kesehatan reproduksi," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2013