Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dalam keputusan terbarunya nomor 1026/2021 di masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 3 untuk periode hingga 30 Agustus 2021 akan memperbolehkan anak-anak yang duduk di bangku sekolah untuk melakukan pembelajaran tatap muka.

Dinas Pendidikan DKI Jakarta masih merancang aturan yang tepat untuk diterapkan di sekolah-sekolah agar kegiatan pembelajaran tatap muka bisa berjalan sejalan dengan penanganan pandemi COVID-19 yang masih berlangsung saat ini.

Ada pun keputusan yang tertulis dalam Kepgub 1026/2021 adalah maksimal kapasitas kelas terisi 50 persen mulai dari tingkat SD hingga SMA. Sementara untuk PAUD maksimal kapasitas ruangan menampung sebanyak 33 persen.

Berbeda lagi kebijakannya untuk Sekolah Luar Biasa yang diperbolehkan menampung 66 hingga 100 persen muridnya dan tentunya sekolah tatap muka itu wajib menerapkan protokol kesehatan.

Selain menunggu keputusan dari para pemangku kepentingan, ada baiknya orang tua juga menyiapkan buah hati untuk memulai kembali intosial di luar rumahnya setelah selama hampir dua tahun terakhir anak hanya memiliki interaksi di lingkungan rumah saja.

Perlindungan utama yang bisa disiapkan oleh orang tua bagi anaknya menyambut kegiatan belajar adalah seperti memberikan vaksin COVID-19 untuk anaknya yang minimal berusia 12 tahun dan mengajarkan anak agar bisa menggunakan masker dan menerapkan protokol kesehatan secara baik dan benar saat berada di lingkungan sekolah.

Mengutip saran yang diberikan oleh Asisten Profesor Spesialis Kesehatan Anak dari Universitas John Hopkins Kate Connor dalam News Medical, Rabu (25/8), orang tua harus memastikan masker yang diberikan merupakan dua lapis sehingga bisa memutus potensi penyebaran COVID-19.

Dua hal tersebut adalah strategi terpenting untuk mencegah penyebaran COVID-19 di sekolah, selain itu bisa menjaga anak- anak tetap aman saat belajar langsung di sekolah. Tentunya menggunakan masker tidak hanya berfungsi mencegah COVID-19 tapi juga virus lainnya yang mungkin menyebabkan anak- anak bisa sakit, kata Kate.

Sebelum memutuskan mengirim anak ke sekolah, orang tua ada baiknya melakukan pengecekan ke sekolah anak terlebih dahulu.

Pengecekan dilakukan untuk memastikan penerapan dan pengawasan protokol kesehatan di sekolah berjalan dengan baik sehingga anak tetap aman saat berinteraksi dengan teman- teman atau pun warga sekolah lainnya seperti guru atau pekerja di lingkungan sekolah.

Setelah anak akhirnya menjalani masa pembelajaran di sekolah secara langsung, pastikan orang tua masih tetap mengecek kondisi kesehatan mental anak dan memastikan emosinya tetap stabil dan baik.

Anak- anak mungkin saja mengalami kesulitan untuk kembali berinteraksi atau pun terhubung secara sosial dan secara langsung karena dalam dua tahun terakhir interaksi terbatas di rumah saja.

Kate menyarankan agar orang tua bisa berkomunikasi dengan tenang dan memberikan informasi yang menenangkan agar anak bisa tetap patuh menjalani protokol kesehatan saat jauh dari pengawasan orang tua.

Pada saat anak pulang sekolah, orang tua bisa memberikan dukungan emosi dengan menanyakan bagaimana kondisinya di sekolah.

Ada perubahan yang besar pada rutinitas anak, kembali ke sekolah secara langsung tentu membutuhkan penyesuaian bagi anak-anak, kata psikolog anak yang juga berasal dari John Hopkins Andrea Young.

Jika di kemudian hari anak mengalami perasaan sedih atau ketakutan yang berlebih, ada baiknya orang tua mengajak anaknya ke dokter anak atau pakar kesehatan mental untuk bisa mengatasi kondisi itu.

Andrea juga berpendapat jika ternyata orang tua mengalami ketakutan untuk kembali mengirim anaknya sekolah langsung di saat ini, ada baiknya orang tua tetap membiarkan anak mengikuti pembelajaran jarak jauh.

Hal tersebut agar orang tua juga tidak mengalami tekanan berlebih yang tidak diperlukan di masa yang sulit ini.

Selanjutnya persiapan yang harus dilakukan orang tua untuk menyambut masa sekolah tatap muka secara langsung adalah menyiapkan anak bisa istirahat lebih awal di malam hari.

Setiap malam ajak anak untuk memajukan jam tidur setiap 10 menit dalam 1 minggu sebelum mulai mengikuti sekolah tatap muka agar nantinya anak bisa terbiasa untuk bangun lebih pagi dan mendapatkan istirahat yang maksimal.

Selain memastikan vaksin COVID-19, orang tua juga harus memastikan anaknya menerima vaksin rutin lainnya agar kesehatan anak terjaga secara maksimal sebelum masuk sekolah dan bertemu dengan rekan sebayanya.

Dalam satu hingga satu setengah tahun terakhir, pandemi telah membawa arus emosi tidak hanya untuk orang tua tapi juga anak- anak. Kembali ke sekolah tentunya akan menjadi hal yang membutuhkan lebih banyak tenaga dari segi kesehatan, edukasi, dan seluruh aspek yang dimiliki oleh pelajar. Jadi sebagai orang tua kita harus menyiapkan sebisa mungkin kebutuhan yang bisa menjadi pengaman terbaik saat anak kembali bersekolah di ruang kelas, tutup Kate.

Preventif lainnya yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk menjaga kondisi anak tetap prima saat kembali menjalani kegiatan sekolah tatap muka adalah dengan melakukan tes COVID-19 yang rutin.

Dengan demikian, jika ternyata anak terpapar maka orang tua bisa mencegah penyebarannya baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan rumah dan bisa merawat anak hingga sembuh.

Pengetesan rutin menjadi hal yang penting mengingat anak- anak yang terpapar COVID-19 kerap kali tidak bergejala atau bergejala ringan sehingga sering kali mendapatkan penanganan terlambat saat mengalami perburukan kondisi.

Tentunya selain menanti aturan yang tegas dari Pemerintah Daerah dan Pusat terkait metode pembelajaran tatap muka, orang tua juga harus terus menjaga agar buah hati dapat tetap mendapatkan edukasi secara aman di masa yang mementingkan kesehatan baik fisik dan mental seperti saat ini.

Pewarta: Livia Kristianti

Editor : Rustam Effendi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2021