Berbekal pengetahuan saat bergabung menjadi anggota Kelompok Tani di Bangka Barat, Yulis (40) memulai usahanya sendiri untuk budidaya jamur tiram putih pada tahun 2019 silam.

Usaha budidaya jamurnya ini terinspirasi dari rekannya, dengan semangat dan pengetahuan yang dimiliki ia mulai merintis usahanya. Tak mudah memang mengembangkan usahanya, dirinya tak memiliki cukup modal. 

Yulis memanfaatkan Program Pendanaan Usaha Mikro Kecil (PUMK) dari PT Timah Tbk untuk memulai usahanya. Dana ini digunakannya untuk membeli berbagai peralatan dan kebutuhan budidaya jamur. Usaha Yulis berbuah manis, budidaya jamur tiram putih yang dikembangkannya terus berkembang. 

"Pertama memulai usaha jamur tiram putih dari kelompok tani, lalu ada keinginan untuk mengembangkan sendiri. Karena perlu modal, saya mengajukan pinjaman ke CSR PT Timah, dan dikabulkan melalui program PUMK. Dari modal itu saya buat rumah produksi pembuatan jamur dan  untuk membeli bahan baku jamur tiram putih," kata Yulis. 

Berkat keuletan Yulis, dari usaha budidaya jamur tiram putih ini dirinya bisa membantu dan meningkatkan perekonomian keluarga. Ia bahkan sudah memiliki pelanggan tetap dan produk jamurnya juga telah dipasarkan ke berbagai wilayah. 

Jamur merupakan salah satu komoditas yang cukup diminati masyarakat, sedangkan produsen budidaya jamur terbilang belum banyak. Dimana jamur memiliki kandungan protein yang tinggi. Tak ayal, usaha budidaya jamur yang digelutinya ini memiliki prospek bisnis yang kinclong. 

"Berkat modal  pinjaman awal itu usaha terus berkembang, dapat meningkatkan ekonomi keluarga. Ternyata jamur memiliki pelanggan tersendiri, peminatnya banyak, selalu laris di pasaran, karena menurut pelanggan jamur ini memiliki nilai protein yang tinggi, harga jual jamur Rp 40 ribu perkilogram," kata istri Abdul Aziz ini. 

Melihat kemajuan usahanya, dirinya berniat untuk mengembangkan usaha lainnya untuk membantu melengkapi peralatan tangkap suaminya yang berprofesi sebagai nelayan. Untuk itulah, dirinya kembali memanfaatkan program PUMK untuk kembali menambah modal. 

"Usai melunasi pinjaman pertama, lalu mengajukan pinjaman kedua kemudian dikabulkan. Selain untuk mengembangkan jamur, juga untuk membeli mesin dan perahu nelayan karena suami  saya nelayan," paparnya.

Ia menceritakan, dalam menjalani usaha budidaya jamur tiram putih ini mengalami beberapa kendala seperti bahan baku, bahkan bisa saja mengalami gagal panen. 

"Bahan baku untuk budidaya Jamur adalah serbuk kayu yang kita dapat di panglong (usaha kayu),  Ada beberapa jenis serbuk  kayu yang cocok untuk jamur. Disitu kendala kita bila serbuk kayu salah dan ada pencemaran di serbuk, jamur tidak akan tumbuh dan mati. Ini menyebabkan usaha gagal dan merugi," jelasnya.

Kedepan ia berharap, PT Timah Tbk tidak hanya membantu dirinya dari sisi permodalan, namun juga membantu alat produksi serbuk kayu, yaitu mesin pembuat serbuk kayu dan mesin penebang kayu, agar serbuk kayu sesuai dengan kualitas untuk budidaya jamur.

"Kami berharap nanti semoga ada bantuan lagi dari PT Timah Tbk, selain bantuan permodalan. Semoga PT Timah Tbk tetap bisa mendukung usaha kami ini," tutupnya.

Pewarta: Aprionis

Editor : Adhitya SM


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2021