Dubai (Antara Babel) - Pemimpin tertinggi Iran pada Rabu menyatakan bahwa
rudal adalah kunci bagi masa depan Republik Islam, bukan pada
perundingan politik ataupun ekonomi dengan negara-negara lain.
"Mereka yang menyatakan bahwa masa depan Iran bergantung pada perundingan, bukan rudal, adalah orang bodoh atau pengkhianat," kata Khamenei, Pemimpin Agung Iran yang mempunyai kewenangan untuk memutuskan semua hal-hal kenegaraan, dalam laman resminya.
Pernyataan Khamenei tersebut merupakan bentuk dukungan bagi kelompok konservatif Garda Revolusi yang baru-baru ini memicu kritik besar dari negara-negara Barat karena menjalankan uji coba rudal balistik.
Pernyataan itu juga merupakan perubahan sikap dari Khamenei yang tahun lalu mendukung kesepakatan nuklir dengan negara-negara kuat, termasuk musuh lama Amerika Serikat. Namun sejak saat itu, dia mendesak Iran untuk menghindari pemulihan hubungan lebih lanjut dengan Washington.
"Jika Republik Islam mengupayakan perundingan tanpa pertahanan militer yang kuat, maka Iran hanya akan menyerah terhadap ancaman dari negara-negara lemah," kata dia.
Sejumlah pihak menduga komentar Khamenei tersebut ditujukan kepada mantan Presiden Akbar Hashemi Rafsanjani, pemimpin de facto aliansi kelompok moderat, yang pada pekan lalu menulis dalam akun Twitternya bahwa "masa depan ada dalam dialog, bukan rudal."
Pada awal bulan ini, Garda Revolusi Iran menggelar uji coba rudal balistik. Tindakan tersebut melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB yang melarang Iran untuk melakukan tes rudal berkemampuan hulu ledak nuklir.
Meski demikian, Rusia yang merupakan pemegang hak veto dalam Dewan Keamanan, menyatakan bahwa uji coba tersebut tidak melanggar Resolusi 2231.
Iran sendiri dengan tegas membantah bahwa rudal-rudal tersebut tidak didesain untuk berhulu ledak nuklir, demikian Reuters.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2016
"Mereka yang menyatakan bahwa masa depan Iran bergantung pada perundingan, bukan rudal, adalah orang bodoh atau pengkhianat," kata Khamenei, Pemimpin Agung Iran yang mempunyai kewenangan untuk memutuskan semua hal-hal kenegaraan, dalam laman resminya.
Pernyataan Khamenei tersebut merupakan bentuk dukungan bagi kelompok konservatif Garda Revolusi yang baru-baru ini memicu kritik besar dari negara-negara Barat karena menjalankan uji coba rudal balistik.
Pernyataan itu juga merupakan perubahan sikap dari Khamenei yang tahun lalu mendukung kesepakatan nuklir dengan negara-negara kuat, termasuk musuh lama Amerika Serikat. Namun sejak saat itu, dia mendesak Iran untuk menghindari pemulihan hubungan lebih lanjut dengan Washington.
"Jika Republik Islam mengupayakan perundingan tanpa pertahanan militer yang kuat, maka Iran hanya akan menyerah terhadap ancaman dari negara-negara lemah," kata dia.
Sejumlah pihak menduga komentar Khamenei tersebut ditujukan kepada mantan Presiden Akbar Hashemi Rafsanjani, pemimpin de facto aliansi kelompok moderat, yang pada pekan lalu menulis dalam akun Twitternya bahwa "masa depan ada dalam dialog, bukan rudal."
Pada awal bulan ini, Garda Revolusi Iran menggelar uji coba rudal balistik. Tindakan tersebut melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB yang melarang Iran untuk melakukan tes rudal berkemampuan hulu ledak nuklir.
Meski demikian, Rusia yang merupakan pemegang hak veto dalam Dewan Keamanan, menyatakan bahwa uji coba tersebut tidak melanggar Resolusi 2231.
Iran sendiri dengan tegas membantah bahwa rudal-rudal tersebut tidak didesain untuk berhulu ledak nuklir, demikian Reuters.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2016