Kala itu, musik tradisional Khmer yang bergema di Hall C Chroy Changvar Convention Center, Phnom Penh, Kamboja, tiba-tiba berhenti sejenak, lalu berganti dengan lagu "Indonesia Raya".

Ya, tandanya, ada medali emas yang diraih Indonesia di arena pertandingan itu, arena pertandingan cabang olahraga Kamboja, kun bokator.

Lampu sorot memancarkan cahayanya ke arah podium yang diisi oleh para pemenang yang berbalut bendera nasional negara perwakilannya masing-masing. Tak jarang, rasa haru ikut menyertai prosesi ketika bendera Merah Putih dikibarkan ke tiang tertinggi itu.

Hingga perlombaan cabor ini berakhir, timnas kun bokator secara total menyumbangkan setidaknya tiga emas, dua perak, dan enam perunggu untuk Indonesia di SEA Games ke-32 Kamboja.


Prestasi

Tren positif pencapaian Indonesia di cabang olahraga bela diri tradisional asal tuan rumah itu dimulai dari perolehan medali perak dari Alfadhila Ramadhan pada nomor bokator spirit form perseorangan putra. Dia tampil baik di hadapan penonton, termasuk Ketua Komite Olimpiade Indonesia (KOI) atau NOC Indonesia Raja Sapta Oktohari, dengan mengumpulkan nilai 7,67.

Tak hanya menjadi yang pertama meraih medali di tim kun bokator Kontingen Merah-Putih, Alfadhila juga merupakan atlet pertama yang mempersembahkan medali pertama bagi Indonesia secara keseluruhan.

Setelah itu, atlet kun bokator Indonesia lainnya menambah lima perunggu melalui Riana Oktavia (bokator spirit form perseorangan putri), Gema Nur Arifin (bamboo shield form perseorangan putra), Delsya Anggraeni (bamboo shield form perseorangan putri), Dzaki Fadhlurrohman (bare hands form perseorangan putra), dan Dwi Jayanti (bare hands form perseorangan putri).

Indonesia pun terus memanen medali di cabor yang diyakini sudah eksis sejak seribu tahun lalu itu. Emas pertama didapatkan di nomor Bare Hand Form Grup Putra dengan formasi Muhammad Martin Ramadhan, Tedi Hidayat, dan Sendiagi Putra. Tim tersebut mencatatkan skor 8,75 alias unggul 0,25 poin dari tim tuan rumah Kamboja.

Tak hanya tim putra, tim putri Indonesia untuk nomor yang sama juga mendapatkan emas. Tim tersebut diperkuat oleh penampilan solid dari Rana Oktavia, Riva Hijriah, dan Eni Tri Susilowati. Indonesia berhasil unggul kembali dari Kamboja, dimana Skuad Merah-Putih mengoleksi skor 8,5, sementara tim lawan dengan skor 8,33.

Tidak berhenti sampai di situ, tim yang diisi oleh Gema Nur Arifin dan Yazid Hanifam Kurniawan juga membawa pulang emas untuk nomor Duo Group Performance Putra dengan skor 8,67, lagi-lagi kembali mengungguli tim tuan rumah yang harus puas di posisi kedua dengan skor 8,5.

Selain medali emas, Indonesia juga meraih medali perak melalui Yazid Hanifam Kurniawan di nomor Phkak Form Tunggal Putra. Ia kalah tipis dari rivalnya, yakni tuan rumah Kamboja (7,5) dengan skor 7,33.

Lebih lanjut, medali perunggu pun ikut diraih oleh tim Indonesia untuk nomor Grup Campuran (1 Putri, 2 Putra) Performance.

Lalu, tim nasional kun bokator Indonesia kembali menyumbangkan tiga medali perak untuk tiga nomor tanding lainnya pada SEA Games 2023 Kamboja.

Ketiga medali perak itu sendiri didapatkan oleh Ade Permana (Combat 50 kg Putra), Kamal Mulansyah (Combat 60 kg Putra), dan Yudi Cahyadi (combat 65 kg Putra).


Perdana

Kun bokator, seni bela diri kuno yang berasal dari kerajaan Khmer, ditampilkan untuk pertama kalinya di SEA Games. Debutnya di perhelatan olahraga terbesar se-Asia Tenggara itu seakan menjadi wajah untuk mengenalkan kebudayaan kuno Kamboja, yang diyakini berasal dari Kerajaan Khmer.

Selama enam hari di ajang olahraga dua tahunan itu, olahraga dan seni bela diri khas Kamboja dengan sejarah lebih dari seribu tahun ini dipamerkan kepada khalayak modern.

Kun bokator dipercaya bertujuan untuk mengembangkan kekuatan mental dan fisik serta disiplin para atletnya melalui teknik pertahanan diri dan filosofi tanpa kekerasan.

Pelatihan Kun bokator tidak hanya tentang teknik dan keterampilan fisik, tetapi juga tentang disiplin mental tentang bagaimana menghormati alam dan berperilaku sopan santun dalam masyarakat.

Di Kamboja, kun bokator sendiri masih aktif dipentaskan sebagai bagian dari ritual persembahan kepada dewa setempat dan dalam acara perayaan lainnya, bersama dengan unsur-unsur lain, seperti tarian, musik, dan pengobatan tradisional.

Pelatih timnas Indonesia asal Kamboja, Pok Eang mengatakan pencapaian tim yang turut ia asuh sehingga bisa memperoleh banyak medali untuk Skuad Garuda, merupakan bentuk nilai kerja keras dan kegigihan yang merupakan tujuan utama dari bela diri itu sendiri.

Pok Eang sangat bahagia karena atlet Indonesia bisa diandalkan dan memiliki semangat yang bagus, meskipun mempelajari kun bokator dari awal penuh dengan tantangan.


Potensi

Pelatih timnas kun bokator Indonesia Agus Nanang Sunarya menilai potensi atlet nasional di cabang olahraga asal Kamboja itu bisa dikembangkan lebih jauh lagi.

Mungkin saya pikir sudah mulai harus dipertimbangkan karena kita bisa lihat sendiri seperti apa kualitas atlet Indonesia dan kualitas atlet-atlet pesaing kita. Mungkin dengan hasil ini, kalau ada support untuk pengembangan cabor ini kami akan tingkatkan agar bisa lebih baik, kata Agus kepada ANTARA.

Perjalanan timnas kun bokator pertama Indonesia dimulai pada Oktober 2022 dan persiapan berlanjut hingga setidaknya enam bulan kemudian menjelang SEA Games 2023 yang digelar pada Mei.

Diharapkan nantinya dengan persiapan yang lebih matang, timnas kun bokator dapat menunjukkan prestasi yang terus meningkat dan terlihat di kancah internasional lainnya.

Jika nanti ke depan dipertandingkan kembali, kemungkinan yang sebelumnya mendapatkan medali perunggu, bisa jadi emas ke depannya.

Agus, Pok Eang, dan atlet-atlet kun bokator Indonesia pun memiliki harapan yang sama: ingin "Indonesia Raya" kembali berkumandang dengan lantang di banyak ajang internasional.

SEA Games Kamboja, bisa dibilang merupakan langkah pertama dari perjalanan dan impian itu, harapan yang juga didambakan oleh masyarakat Indonesia, sekaligus menjadi ajang pemersatu Indonesia dengan bangsa-bangsa lain.

Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira

Editor : Rustam Effendi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2023