Banyumas (Antara Babel) - Upaya penjemputan dan evakuasi terhadap seorang
pendaki dari Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Indonesia (Mapala UI)
yang mengalami kecelakaan di Gunung Slamet masih berlangsung, kata
Komandan Taruna Siaga Bencana (Tagana) Banyumas Heriyana Ady Chandra.
"Tadi, sekitar pukul 07.40 WIB, tim SAR (Search and Rescue) yang naik ke atas sudah menjangkau korban. Ini masih dikoordinasikan dulu, kita lihat kondisi korban termasuk 12 temannya bagaimana," katanya di Baturraden, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Senin.
Ia mengatakan jika sudah siap, korban atas nama Irfan (19) bersama 12 rekannya akan segera diturunkan dari Gunung Slamet.
Menurut dia, pihaknya terus berkomunikasi dengan tim SAR yang berada di atas meskipun jaringan komunikasinya sering mengalami gangguan.
"Kita upayakan turunkan pagi hari ini melalui jalur Baturraden. Diperkirakan akan sampai Baturraden dalam waktu empat hingga enam jam sesuai perlakuan dengan orang yang masih hidup," katanya.
Saat ditanya mengenai adanya kabar bahwa korban atas nama Irfan telah meninggal dunia, dia mengatakan bahwa kabar tersebut tidak benar.
"Masih hidup. Informasi terakhir, dia masih hidup, masih sadar," tegasnya.
Lebih lanjut, Ady mengakui bahwa medan pada jalur Baturraden sangat ekstrem sehingga memiliki tingkat kesulitan yang tinggi karena ada medan yang terjal, turunan yang curam, dan banyak akar pohon besar yang menghalangi jalan.
Kendati demikian, dia mengatakan bahwa tim SAR gabungan tetap mengupayakan penjemputan dan evakuasi melalui jalur Baturraden meskipun jalur Bambangan, Kabupaten Purbalingga, relatif lebih aman.
"Kalau lewat Bambangan harus naik gunung lagi, pertimbangannya itu, sehingga lewat Baturraden. Kemudian, tim yang menangani juga lebih siap di Baturraden termasuk penyiapan personel antaretape di pos-pos pendakian dan kami sudah menyiapkan peralatan," katanya.
Selain itu, kata dia, jalur Baturraden memiliki jarak tempuh yang lebih cepat jika dibanding dengan melalui jalur Bambangan yang medannya relatif lebih mudah dilalui.
Irfan (19), salah seorang anggota Mapala UI, dilaporkan mengalami kecelakaan saat mendaki Gunung Slamet bersama 12 rekannya.
Informasi mengenai kecelakaan yang dialami pendaki tersebut pertama kali diterima oleh Satuan Penanganan Bencana (Satgana) Palang Merah Indonesia (PMI) Tegal yang diteruskan ke Posko PMI Banyumas pada Minggu (17/4), sekitar pukul 10.00 WIB.
Rombongan Mapala UI yang berjumlah 13 orang terdiri atas sembilan laki-laki dan empat perempuan melakukan pendakian Gunung Slamet melalui jalur Guci, Kabupaten Tegal, dan berencana akan turun melalui jalur Baturraden, Banyumas.
Akan tetapi sesampainya di areal pasir atau sekitar puncak Gunung Slamet dalam perjalanan dari jalur Guci menuju Baturraden, korban terjatuh dan terguling sehingga mengalami luka di sekitar kepala, kaki, dan tulang rusuk serta dalam kondisi setengah sadar.
Korban selanjutnya dibawa rekan-rekannya menuju areal vegetasi di sekitar Pos Plawangan.
Terkait hal itu, tim SAR gabungan yang terdiri atas Tagana Banyumas, PMI Banyumas, Organisasi Amatir Radio Indonesia (Orari), Radenpala, Pramuka Peduli, Banser, SAR Sekolah Pelayaran Maritim Purwokerto, dan sejumlah potensi SAR lainnya melalukan upaya penjemputan dan evakuasi terhadap korban beserta 12 rekannya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2016
"Tadi, sekitar pukul 07.40 WIB, tim SAR (Search and Rescue) yang naik ke atas sudah menjangkau korban. Ini masih dikoordinasikan dulu, kita lihat kondisi korban termasuk 12 temannya bagaimana," katanya di Baturraden, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Senin.
Ia mengatakan jika sudah siap, korban atas nama Irfan (19) bersama 12 rekannya akan segera diturunkan dari Gunung Slamet.
Menurut dia, pihaknya terus berkomunikasi dengan tim SAR yang berada di atas meskipun jaringan komunikasinya sering mengalami gangguan.
"Kita upayakan turunkan pagi hari ini melalui jalur Baturraden. Diperkirakan akan sampai Baturraden dalam waktu empat hingga enam jam sesuai perlakuan dengan orang yang masih hidup," katanya.
Saat ditanya mengenai adanya kabar bahwa korban atas nama Irfan telah meninggal dunia, dia mengatakan bahwa kabar tersebut tidak benar.
"Masih hidup. Informasi terakhir, dia masih hidup, masih sadar," tegasnya.
Lebih lanjut, Ady mengakui bahwa medan pada jalur Baturraden sangat ekstrem sehingga memiliki tingkat kesulitan yang tinggi karena ada medan yang terjal, turunan yang curam, dan banyak akar pohon besar yang menghalangi jalan.
Kendati demikian, dia mengatakan bahwa tim SAR gabungan tetap mengupayakan penjemputan dan evakuasi melalui jalur Baturraden meskipun jalur Bambangan, Kabupaten Purbalingga, relatif lebih aman.
"Kalau lewat Bambangan harus naik gunung lagi, pertimbangannya itu, sehingga lewat Baturraden. Kemudian, tim yang menangani juga lebih siap di Baturraden termasuk penyiapan personel antaretape di pos-pos pendakian dan kami sudah menyiapkan peralatan," katanya.
Selain itu, kata dia, jalur Baturraden memiliki jarak tempuh yang lebih cepat jika dibanding dengan melalui jalur Bambangan yang medannya relatif lebih mudah dilalui.
Irfan (19), salah seorang anggota Mapala UI, dilaporkan mengalami kecelakaan saat mendaki Gunung Slamet bersama 12 rekannya.
Informasi mengenai kecelakaan yang dialami pendaki tersebut pertama kali diterima oleh Satuan Penanganan Bencana (Satgana) Palang Merah Indonesia (PMI) Tegal yang diteruskan ke Posko PMI Banyumas pada Minggu (17/4), sekitar pukul 10.00 WIB.
Rombongan Mapala UI yang berjumlah 13 orang terdiri atas sembilan laki-laki dan empat perempuan melakukan pendakian Gunung Slamet melalui jalur Guci, Kabupaten Tegal, dan berencana akan turun melalui jalur Baturraden, Banyumas.
Akan tetapi sesampainya di areal pasir atau sekitar puncak Gunung Slamet dalam perjalanan dari jalur Guci menuju Baturraden, korban terjatuh dan terguling sehingga mengalami luka di sekitar kepala, kaki, dan tulang rusuk serta dalam kondisi setengah sadar.
Korban selanjutnya dibawa rekan-rekannya menuju areal vegetasi di sekitar Pos Plawangan.
Terkait hal itu, tim SAR gabungan yang terdiri atas Tagana Banyumas, PMI Banyumas, Organisasi Amatir Radio Indonesia (Orari), Radenpala, Pramuka Peduli, Banser, SAR Sekolah Pelayaran Maritim Purwokerto, dan sejumlah potensi SAR lainnya melalukan upaya penjemputan dan evakuasi terhadap korban beserta 12 rekannya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2016