Mohammad Al-Homsi, pria berusia 50 tahun yang tinggal di Kota Masyaf, Suriah, masih ingat betul apa yang terjadi saat Israel melancarkan serangan udara sepanjang malam di sejumlah area di dekat kota tersebut.
"Sekitar pukul 23.00, terdengar suara ledakan tak jauh dari tempat kami. Lalu, drone-drone mulai melakukan pengeboman," tutur Al-Homsi kepada Xinhua. "Ledakan demi ledakan terdengar, setiap lima hingga sepuluh menit. Orang-orang terbangun dalam kondisi panik. Warga lanjut usia, wanita, dan anak-anak semuanya menangis ketakutan."
Pada Minggu (8/9) malam waktu setempat, Israel menyerang situs-situs militer di Provinsi Hama, Suriah tengah. Aksi tersebut menyebabkan 18 orang, termasuk empat warga sipil, tewas dan 37 lainnya luka-luka, dengan enam di antaranya masih dalam kondisi kritis, menurut data terbaru yang dirilis oleh Kementerian Luar Negeri Suriah.
Syrian Observatory for Human Rights (SOHR), lembaga pemantau perang yang berbasis di Inggris, melaporkan bahwa serangan tersebut merupakan salah satu yang paling intens dalam beberapa bulan terakhir. Sejumlah pejabat resmi setempat melaporkan bahwa serangan udara itu menyebabkan kerusakan signifikan pada infrastruktur krusial, mengganggu sistem telekomunikasi, listrik, dan distribusi air.
Saat mengunjungi lokasi penyerangan, tim reporter Xinhua melihat sejumlah warga setempat sibuk memperbaiki kerusakan, sementara pegawai pemerintah berupaya memperbaiki layanan air, telekomunikasi, dan listrik. Hutan yang hangus dan kendaraan yang rusak dapat terlihat, dengan beberapa warga masih menilai cakupan kerusakan.
"Kami sudah pernah mengalami serangan sebelumnya, tetapi tidak dengan intensitas seperti ini. Kali ini, situasinya berbeda," kata Al-Homsi.
Dia mengatakan bahwa serangan udara itu mengakibatkan kegelisahan di kalangan warga.
Karam Kahwaji, seorang warga berusia 16 tahun, menceritakan ketakutan yang dirasakannya saat mendengar pengeboman ketika dirinya berada di luar rumah.
"Saya sedang berbaring lalu keluar saat mendengar bunyi ledakan dan penembakan. Deru pesawat (yang terdengar) sangat menakutkan," kata Kahwaji kepada Xinhua.
Dia menambahkan bahwa beberapa kerabatnya menjadi sasaran saat mengendarai motor mereka. "Ketika mereka menyalakan lampu, mereka dibom. Bunyinya sangat mengerikan."
Menteri Kesehatan Suriah Hassan Al-Ghabbash mengatakan kepada Xinhua bahwa semua tenaga kesehatan di provinsi Hama, Tartous, dan Homs sudah dikerahkan pascaserangan tersebut.
Kementerian Luar Negeri Suriah mengutuk serangan itu, menyebutnya sebagai kelanjutan "agresi" Israel yang bertujuan untuk mengeskalasi ketegangan di kawasan itu.
SOHR mengatakan bahwa serangan itu merupakan bagian dari serangan Israel yang masih berlangsung di Suriah, dengan laporan 64 serangan sejauh ini pada 2024.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2024
"Sekitar pukul 23.00, terdengar suara ledakan tak jauh dari tempat kami. Lalu, drone-drone mulai melakukan pengeboman," tutur Al-Homsi kepada Xinhua. "Ledakan demi ledakan terdengar, setiap lima hingga sepuluh menit. Orang-orang terbangun dalam kondisi panik. Warga lanjut usia, wanita, dan anak-anak semuanya menangis ketakutan."
Pada Minggu (8/9) malam waktu setempat, Israel menyerang situs-situs militer di Provinsi Hama, Suriah tengah. Aksi tersebut menyebabkan 18 orang, termasuk empat warga sipil, tewas dan 37 lainnya luka-luka, dengan enam di antaranya masih dalam kondisi kritis, menurut data terbaru yang dirilis oleh Kementerian Luar Negeri Suriah.
Syrian Observatory for Human Rights (SOHR), lembaga pemantau perang yang berbasis di Inggris, melaporkan bahwa serangan tersebut merupakan salah satu yang paling intens dalam beberapa bulan terakhir. Sejumlah pejabat resmi setempat melaporkan bahwa serangan udara itu menyebabkan kerusakan signifikan pada infrastruktur krusial, mengganggu sistem telekomunikasi, listrik, dan distribusi air.
Saat mengunjungi lokasi penyerangan, tim reporter Xinhua melihat sejumlah warga setempat sibuk memperbaiki kerusakan, sementara pegawai pemerintah berupaya memperbaiki layanan air, telekomunikasi, dan listrik. Hutan yang hangus dan kendaraan yang rusak dapat terlihat, dengan beberapa warga masih menilai cakupan kerusakan.
"Kami sudah pernah mengalami serangan sebelumnya, tetapi tidak dengan intensitas seperti ini. Kali ini, situasinya berbeda," kata Al-Homsi.
Dia mengatakan bahwa serangan udara itu mengakibatkan kegelisahan di kalangan warga.
Karam Kahwaji, seorang warga berusia 16 tahun, menceritakan ketakutan yang dirasakannya saat mendengar pengeboman ketika dirinya berada di luar rumah.
"Saya sedang berbaring lalu keluar saat mendengar bunyi ledakan dan penembakan. Deru pesawat (yang terdengar) sangat menakutkan," kata Kahwaji kepada Xinhua.
Dia menambahkan bahwa beberapa kerabatnya menjadi sasaran saat mengendarai motor mereka. "Ketika mereka menyalakan lampu, mereka dibom. Bunyinya sangat mengerikan."
Menteri Kesehatan Suriah Hassan Al-Ghabbash mengatakan kepada Xinhua bahwa semua tenaga kesehatan di provinsi Hama, Tartous, dan Homs sudah dikerahkan pascaserangan tersebut.
Kementerian Luar Negeri Suriah mengutuk serangan itu, menyebutnya sebagai kelanjutan "agresi" Israel yang bertujuan untuk mengeskalasi ketegangan di kawasan itu.
SOHR mengatakan bahwa serangan itu merupakan bagian dari serangan Israel yang masih berlangsung di Suriah, dengan laporan 64 serangan sejauh ini pada 2024.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2024