Presiden AS Joe Biden berencana memanfaatkan sisa waktunya di Gedung Putih untuk memastikan Ukraina berada dalam "posisi terbaik untuk menang" dalam perang melawan Rusia, kata Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan pada Sabtu (14/9).
Berbicara dari jarak jauh di sebuah forum di Kiev, ibu kota Ukraina, Sullivan memastikan bahwa Biden akan bertemu Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di acara Majelis Umum PBB di New York akhir bulan ini untuk membahas dukungan lanjutan dari AS.
"Presiden Zelenskyy mengatakan bahwa pada akhirnya perang ini harus diakhiri melalui negosiasi, dan kami perlu memastikan mereka kuat dalam negosiasi tersebut," kata Sullivan, menekankan bahwa Ukraina akan menentukan waktu untuk pembicaraan dengan Rusia.
Pengumuman itu mencuat setelah pertukaran tahanan yang dimediasi oleh Uni Emirat Arab antara Rusia dan Ukraina, serta serangan Rusia yang sedang berlangsung di Ukraina timur.
Sullivan mengakui adanya keterlambatan dalam pengiriman bantuan, dengan alasan tantangan logistik, bukan keraguan politik.
"Ini bukan masalah kehendak politik," kata Sullivan. "Namun mengingat apa yang sedang dihadapi Ukraina, kita harus berbuat lebih banyak, dan kita harus melakukannya dengan lebih baik."
Dengan kian mendekatnya pemilihan umum AS pada musim gugur ini, penerus Biden akan melanjutkan kebijakannya melalui Wakil Presiden dari Demokrat, Kamala Harris, atau mungkin mengubah haluan di bawah calon dari Partai Republik, mantan Presiden Donald Trump, yang mengisyaratkan ingin konflik Rusia-Ukraina berakhir, tetapi lebih condong pada sikap pro-Rusia.
Masa jabatan Biden berakhir pada Januari, menjadikannya presiden yang dikenal sebagai "lame duck." (presiden, yang masih menjabat tetapi masa jabatannya akan segera berakhir, dan dia tidak lagi memiliki kekuatan politik yang sama seperti sebelumnya).
Setelah penampilan yang buruk dalam debat calon presiden Juni lalu melawan Trump, Biden keluar dari arena pemilihan presiden AS dan mendukung Harris sebagai calon dari Partai Demokrat.
Sumber: Anadolu
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2024
Berbicara dari jarak jauh di sebuah forum di Kiev, ibu kota Ukraina, Sullivan memastikan bahwa Biden akan bertemu Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di acara Majelis Umum PBB di New York akhir bulan ini untuk membahas dukungan lanjutan dari AS.
"Presiden Zelenskyy mengatakan bahwa pada akhirnya perang ini harus diakhiri melalui negosiasi, dan kami perlu memastikan mereka kuat dalam negosiasi tersebut," kata Sullivan, menekankan bahwa Ukraina akan menentukan waktu untuk pembicaraan dengan Rusia.
Pengumuman itu mencuat setelah pertukaran tahanan yang dimediasi oleh Uni Emirat Arab antara Rusia dan Ukraina, serta serangan Rusia yang sedang berlangsung di Ukraina timur.
Sullivan mengakui adanya keterlambatan dalam pengiriman bantuan, dengan alasan tantangan logistik, bukan keraguan politik.
"Ini bukan masalah kehendak politik," kata Sullivan. "Namun mengingat apa yang sedang dihadapi Ukraina, kita harus berbuat lebih banyak, dan kita harus melakukannya dengan lebih baik."
Dengan kian mendekatnya pemilihan umum AS pada musim gugur ini, penerus Biden akan melanjutkan kebijakannya melalui Wakil Presiden dari Demokrat, Kamala Harris, atau mungkin mengubah haluan di bawah calon dari Partai Republik, mantan Presiden Donald Trump, yang mengisyaratkan ingin konflik Rusia-Ukraina berakhir, tetapi lebih condong pada sikap pro-Rusia.
Masa jabatan Biden berakhir pada Januari, menjadikannya presiden yang dikenal sebagai "lame duck." (presiden, yang masih menjabat tetapi masa jabatannya akan segera berakhir, dan dia tidak lagi memiliki kekuatan politik yang sama seperti sebelumnya).
Setelah penampilan yang buruk dalam debat calon presiden Juni lalu melawan Trump, Biden keluar dari arena pemilihan presiden AS dan mendukung Harris sebagai calon dari Partai Demokrat.
Sumber: Anadolu
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2024