Kelompok perlawanan di Lebanon, Hizbullah, pada Jumat malam (20/9) mengonfirmasi bahwa komandan militer utamanya, Ibrahim Aqil, tewas dalam serangan udara Israel di pinggiran Beirut selatan.

Hizbullah menyatakan berduka atas kematian Aqil, yang mereka sebut sebagai salah satu "pemimpin utama, yang menjadi syuhada di jalan menuju Yerusalem" --mengacu pada dukungan Hizbullah bagi Palestina dalam menghadapi serangan Israel di Jalur Gaza.

Serangan udara itu menewaskan sedikitnya 14 orang dan melukai 66 lainnya, sementara sembilan orang berada dalam kondisi kritis, menurut Kementerian Kesehatan Lebanon.

Media resmi pemerintah Lebanon, Kantor Berita Nasional, melaporkan bahwa serangan itu menghantam sebuah apartemen di sebuah bangunan tempat tinggal di daerah Jamous.

Tentara Israel mengonfirmasi bahwa mereka membunuh Aqil serta komandan senior Pasukan Radwan elite kelompok itu.

Serangan itu merupakan yang ketiga kalinya dilancarkan Israel di pinggiran selatan sejak gelombang kekerasan, yang sedang berlangsung, mulai muncul hampir setahun yang lalu.

Serangan sebelumnya yang menggemparkan termasuk pembunuhan wakil kepala biro politik Hamas Saleh al-Arouri pada 2 Januari dan pembunuhan pemimpin terkemuka Hizbullah Fouad Shukr pada 30 Juli.

Serangan udara itu terjadi di tengah gelombang baru eskalasi Israel di Lebanon. Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengumumkan pada Kamis (19/9) bahwa konflik dengan Hizbullah telah memasuki "tahap baru."

Serangan pada Jumat (20/9) terjadi di tengah peningkatan perang lintas perbatasan dengan Israel sejak pasukan Israel mulai menggempur Jalur Gaza. 

Hampir 41.300 korban, yang sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak, telah tewas dalam pembantaian oleh Israel setelah kelompok Palestina, Hamas, melancarkan serangan lintas batas ke Israel pada 7 Oktober 2023.


Sumber: Anadolu

Pewarta: Cindy Frishanti Octavia

Editor : Bima Agustian


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2024