Surabaya (Antara Babel) - Gubernur Jawa Timur Soekarwo meminta seluruh pihak membiasakan proses ekspor dan impor demi kebutuhan, termasuk cabai yang saat ini harganya melonjak.
"Kalau saya, jangan halal atau haramkan ekspor maupun impor karena terpenting harga terjangkau, terutama cabai yang sekarang ini," ujarnya kepada wartawan di Surabaya, Rabu.
Menurut dia, jika di Indonesia kekurangan, tak ada salahnya impor, begitu juga saat kelebihan, seharusnya melakukan ekspor.
Pakde Karwo, sapaan akrabnya, mengaku sudah berbicara dengan Menteri Perdagangan terkait hal ini dan menyerahkan sepenuhnya karena merupakan kewenangan Pemerintah Pusat.
Menyoroti harga cabai yang tinggi di pasaran, orang nomor satu di Pemprov Jatim tersebut sudah memerintahkan Dinas Perindustrian dan Perdagangan untuk mencari cabai dari luar Jatim, salah satunya Gorontalo, meski jumlahnya terbatas.
Ke depan, kata dia, harus dilakukan riset karena yang membuat cabai dengan kualitas jelek adalah jamur setelah turun hujan sehingga keropos dan mudah kusut.
"Harus ada riset bagaimana mengatasi jamur itu, atau mungkin menutupnya dengan plastik," ucapnya.
Selain itu, Pemprov Jatim memastikan bekerja sama dengan Perhutani untuk menanami klaster cabai di kawasan Jember, Banyuwangi dan Lumajang karena masih kosong sampai saat ini.
Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur M. Ardi Prasetyawan mengaku berupaya menstabilkan harga cabai lewat jalinan kerja sama dengan beberapa pihak.
"Kami bekerja sama dengan Bulog dan PT PPI melaksanakan stabilisasi harga di beberapa pasar di Jatim," katanya.
Ia juga mengaku mendapat cabai dari luar provinsi seperti Gorontalo dengan harga setiap kilogram mencapai Rp67 ribu sehingga bisa dijual di pasaran dengan harga Rp75 ribu yang berarti jauh dari harga pasaran sekarang yakni mendekati Rp100 ribu, bahkan lebih.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2017
"Kalau saya, jangan halal atau haramkan ekspor maupun impor karena terpenting harga terjangkau, terutama cabai yang sekarang ini," ujarnya kepada wartawan di Surabaya, Rabu.
Menurut dia, jika di Indonesia kekurangan, tak ada salahnya impor, begitu juga saat kelebihan, seharusnya melakukan ekspor.
Pakde Karwo, sapaan akrabnya, mengaku sudah berbicara dengan Menteri Perdagangan terkait hal ini dan menyerahkan sepenuhnya karena merupakan kewenangan Pemerintah Pusat.
Menyoroti harga cabai yang tinggi di pasaran, orang nomor satu di Pemprov Jatim tersebut sudah memerintahkan Dinas Perindustrian dan Perdagangan untuk mencari cabai dari luar Jatim, salah satunya Gorontalo, meski jumlahnya terbatas.
Ke depan, kata dia, harus dilakukan riset karena yang membuat cabai dengan kualitas jelek adalah jamur setelah turun hujan sehingga keropos dan mudah kusut.
"Harus ada riset bagaimana mengatasi jamur itu, atau mungkin menutupnya dengan plastik," ucapnya.
Selain itu, Pemprov Jatim memastikan bekerja sama dengan Perhutani untuk menanami klaster cabai di kawasan Jember, Banyuwangi dan Lumajang karena masih kosong sampai saat ini.
Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur M. Ardi Prasetyawan mengaku berupaya menstabilkan harga cabai lewat jalinan kerja sama dengan beberapa pihak.
"Kami bekerja sama dengan Bulog dan PT PPI melaksanakan stabilisasi harga di beberapa pasar di Jatim," katanya.
Ia juga mengaku mendapat cabai dari luar provinsi seperti Gorontalo dengan harga setiap kilogram mencapai Rp67 ribu sehingga bisa dijual di pasaran dengan harga Rp75 ribu yang berarti jauh dari harga pasaran sekarang yakni mendekati Rp100 ribu, bahkan lebih.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2017