Jakarta (Antara Babel)  - Mantan Presiden Amerika Serikat Barack Obama, yang baru 10 hari meninggalkan Gedung Putih, akhirnya buka suara dan turut mengutuk kebijakan presiden penggantinya, Donald Trump, terkait larangan imigran yang menuai kontroversi.

"Mantan presiden (Obama) secara mendasar tidak setuju dengan perilaku diskriminatif terhadap seseorang hanya karena kepercayaan atau agama mereka," kata juru bicara Obama, Kevin Lewis, sebagaimana dilansir Guardian, Selasa WIB.

Sebelumnya, Obama sempat menyebutkan beberapa isu yang mungkin akan membuatnya kembali terlibat dalam keriuhan politik saat menyampaikan konferensi pers terakhirnya sebagai Presiden AS awal Januari lalu.

"Ada perbedaan antara fungsi-fungsi normal politik dan isu-isu ataupun momen tertentu yang saya pikir bakal mempertaruhkan nilai-nilai dasar kita," kata Obama kala itu.

"Termasuk di dalamnya, jika saya melihat ada diskriminasi sistematis yang diratifikasi dengan cara apapun. Juga hambatan-hambatan nyata maupun fungsional bagi orang-orang untuk menyampaikan suaranya, merasakan haknya," ujar dia menambahkan.

"Termasuk di dalamnya, upaya-upaya institusional untuk membungkam perbedaan pendapat atau kebebasan pers. Termasuk di dalamnya, setidaknya bagi saya, upaya untuk mengirimkan anak-anak yang tumbuh besar di negeri ini, yang secara praktis adalah anak-anak Amerika, ke tempat lain, padahal mereka mencintai negeri ini," kata Obama.

Pada Senin (30/1) setempat, Lewis mengungkapkan bahwa Obama "sedikit lega" dengan banyaknya keterlibatan massa di seluruh negeri, kemungkinan merujuk pada serangkaian aksi protes sepanjang akhir pekan menolak kebijakan Trump tersebut. (Baca juga: Puluhan ribu warga AS protes kebijakan imigrasi Trump)

"Dalam pidato terakhirnya sebagai Presiden AS, ia berbicara tentang betapa pentingnya peran seluruh masyarakat sipil dan bagaimana seluruh masyarakat Amerika bertanggung jawab sebagai penjaga demokrasi  - bukan hanya pada saat pemiihan umum, namun setiap hari," kata Lewis.

"Masyarakat sipil meninjau hak konstitusional mereka untuk berkumpul, berorganisasi dan menyampaikan suara mereka agar didengar pejabat-pejabat yang mereka pilih adalah hal yang kami harapkan terjadi ketika nilai-nilai Amerika dipertaruhkan," ujarnya menambahkan.

Obama juga menolak perbandingan yang disampaikan pemerintahan Trump terkait kebijakan larangan imigran tersebut dengan kebijakannya meningkatkan pengawasan terhadap pengungsi dari Irak pada 2011 silam setelah dua imigran Irak terlibat serangan teror di Kentukcy.

Pasalnya, tidak seperti kebijakan Trump yang melarang total, kebijakan Obama kala itu hanya berlaku bagi pengungsi Irak dan tidak pernah secara spesifik melarang penuh masuknya imigran dari negara Timur Tengah tersebut, demikian seturut Associated Press.

(Baca juga: Ini pembelaan Trump soal larangan imigran)

Penerjemah: Gilang Galiartha

Pewarta:

Editor : Mulki


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2017