Siapa yang tidak mengenal Santa Claus? Sosok kakek berjanggut putih dengan kostum merah ini hampir selalu hadir dalam perayaan Natal setiap bulan Desember.

Bagi banyak orang, Santa Claus menjadi simbol keajaiban Natal yang identik dengan tawa, hadiah, dan kebahagiaan anak-anak di seluruh dunia.

Namun, di balik figur populer tersebut, tersimpan sejarah panjang yang berakar dari kisah nyata seorang tokoh religius yang hidup ribuan tahun lalu.

Berawal dari sosok Santo Nicholas

Mengutip laman The Conversation, asal-usul Santa Claus dapat ditelusuri dari Santo Nicholas, seorang tokoh yang hidup pada abad ke-4, di masa pemerintahan Kaisar Konstantinus Agung.

Meski catatan sejarah tentang kehidupannya terbatas, tradisi menyebutkan bahwa Nicholas lahir di Patara, wilayah yang kini termasuk Turki.

Santo Nicholas dikenal sebagai Uskup Myra yang beragama Kristen kuat dan memiliki jiwa sosial yang tinggi. Ia menjadi yatim piatu sejak kecil dan mewarisi harta yang cukup besar.

Seluruh kekayaannya pun ia gunakan untuk menolong orang miskin dan mereka yang membutuhkan. Karena kedermawanannya, ia dihormati sebagai pelindung anak-anak dan kaum kurang beruntung.

Kemudian sepanjang hidupnya, Santo Nicholas diyakini melakukan berbagai mukjizat yang diakui oleh gereja.

Beberapa di antaranya menyembuhkan orang sakit, menenangkan badai demi menyelamatkan kapal, hingga menghidupkan kembali tiga anak laki-laki yang menjadi korban pembunuhan.

Salah satu kisah yang paling dikenal adalah ketika ia secara diam-diam memberikan uang mahar kepada tiga saudari miskin, dengan cara memasukkannya ke dalam kaus kaki yang sedang dijemur.

Kisah inilah yang dipercaya menjadi cikal bakal tradisi menggantungkan kaus kaki saat Natal.

Warisan Santo Nicholas juga melahirkan beragam tradisi di Eropa. Setiap tanggal 6 Desember, yang bertepatan dengan hari wafatnya pada tahun 343 M, peringatannya dirayakan di berbagai negara.

Di Prancis, khususnya wilayah Alsace dan Lorraine, anak-anak biasa meletakkan sepatu di luar rumah dengan harapan akan diisi cokelat atau permen.

Transformasi Santo Nicholas menjadi Santa Claus berlangsung secara bertahap, dipengaruhi oleh perubahan budaya dan agama.

Pada abad ke-17, tradisi pemberian hadiah atas nama Santo Nicholas berkembang di Jerman dan Belanda. Masyarakat Belanda menyebutnya Sinterklaas, yang kemudian diserap ke dalam bahasa Inggris menjadi Santa Claus.

Tradisi ini dibawa ke Amerika Utara dan semakin populer. Pada awal abad ke-19, sosok Santa mulai muncul dalam karya sastra Amerika, salah satunya tulisan "Washington Irving" pada 1809 yang menggambarkan Nicholas dengan kereta terbang.

Selanjutnya, menurut Britannica, visual Santa Claus yang dikenal saat ini merupakan hasil karya para seniman.

Pada 1863, kartunis Thomas Nast menggambar Santa Claus untuk majalah Harper’s Weekly, terinspirasi dari puisi terkenal ‘Twas the Night Before Christmas (1823).

Kemudian, penggambaran tersebut diperkuat oleh ilustrator Haddon Sundblom melalui iklan Natal Coca-Cola yang dimulai pada 1931.

Sundblom menampilkan Santa sebagai pria gemuk berjanggut putih dengan setelan merah, ikat pinggang hitam, sepatu bot, dan topi lembut. Visual inilah yang akhirnya melekat kuat di benak masyarakat dunia.

Santa Claus dalam budaya populer

Dalam cerita populer, Santa Claus digambarkan tinggal di Kutub Utara dan bekerja bersama para peri untuk membuat mainan.

Ia menerima surat dari anak-anak dan pada malam Natal berkeliling dunia dengan kereta salju yang ditarik rusa kutub.

Santa diyakini masuk ke rumah melalui cerobong asap untuk meletakkan hadiah di bawah pohon Natal. Sebagai balasannya, anak-anak biasanya menyiapkan susu dan kue kering untuknya.

Pewarta: Putri Atika Chairulia

Editor : Bima Agustian


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2025