Jakarta (Antara Babel) - Di Kabul, Ibu Kota Afghanistan pada 26 Maret lalu, Duta Besar RI untuk Republik Islam Afghanistan Arief Rachman menyampaikan surat kepercayaan (credential letter atau lettre de credence) dari Presiden RI Joko Widodo kepada Presiden Afghanistan Mohammad Ashraf Ghani Ahmadzai sebagai tanda Arief memulai tugas di negara itu.

Ashraf Ghani menerima Arief Rachman dan melakukan pembicaraan. Foto dan isi pembicaraan keduanya tersiar dalam laman resmi "Office of The President Islamic Republik of Afghanistan" pada www.president.gov.af.

Selain mengucapkan selamat atas penugasannya sebagai duta besar, Presiden Afghanistan juga menggambarkan bahwa Indonesia adalah saudara dan sahabat bagi Indonesia. Kedua negara bersaudara dan bersahabat.

Ashraf Ghani saat itu juga menyampaikan segera berkunjung ke Indonesia untuk peningkatan hubungan bilateral kedua negara.

Kurang dari dua minggu kemudian, Presiden Afghanistan melakukan kunjungan kenegaraan ke Indonesia pada 5-6 April 2017, dalam rangkaian perjalanannya ke Australia, Indonesia, dan Singapura, yang berlangsung sekitar sepekan sejak 1 April 2017.

Dalam lawatannya ini, Presiden Ashraf Ghani didampingi oleh Menteri Perekonomian Abdul Satar Murad, Menteri Pertambangan dan Perminyakan Nargis Nehan, Menteri Air dan Energi Amanullah Ghalib, Kepala Penasihat Presiden Bidang Kehumasan dan Urusan Strategis Shah Zaman Maiwandi, dan Kepala Penasihat Presiden Abdul Hameed Helmandi, serta Dubes Afghanistan untuk Indonesia Roya Rahmani.

Dalam pernyataan bersama seusai pembicaraan bilateral antara Presiden RI Jokowi dan Presiden Aghanistan Ashraf Ghani di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (5/4), Presiden Afghanistan antara lain mengatakan bahwa merupakan sebuah kehormatan bagi dirinya berada di Indonesia.

Indonesia adalah simbol dari harapan. Indonesia adalah simbol keberhasilan dan kisah dari pemimpin yang baik dan kisah yang baik dalam kepemimpinan politik, budaya, dan global.

Ashraf Ghani Ahmadzai juga mengemukakan bahwa Indonesia memberikan tempat yang spesial di hatinya. Terlebih sudah 62 tahun kedua negara menjalin hubungan, dan ini baru pertama kali Presiden Afghanistan berkunjung ke Indonesia. Dia bahkan mengakui bahwa sejak remaja telah mengetahui budaya Indonesia.

Presiden Afghanistan menyampaikan penghargaan kepada Indonesia yang mampu mengelola kemajemukan sehingga tetap dapat menjaga stabilitas politik dan ekonomi sehingga tercipta kedamaian.

Meskipun ada sekitar 17 ribu pulau, banyak suku, bahasa, tetapi tetap dalam posisi persatuan yang baik.

Menurut Presiden Jokowi, negara lain juga memberi penghargaan kepada Indonesia karena sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar, Islam dan demokrasi dapat berjalan beriringan. "Itu yang juga diberi penghargaan yaitu adanya toleransi dan pengakuan pluralitas," ujarnya.

Ia menyebutkan kondisi tersebut mendorong banyak negara lain meminta bantuan kepada Indonesia. "Kita banyak diminta membantu rekonsiliasi dan mendamaikan seperti Afghanistan yang minta kita mengirim delegasi ke sana," kata Jokowi.

Negara lain melihat stabilitas politik dan ekonomi Indonesia selama ini dapat terjaga dengan baik. Itulah mengapa banyak pemimpin negara lain berkunjung ke Indonesia.

    
Berbagi pengalaman

Seperti layaknya saudara dan sahabat yang kerap berbagi, Indonesia dengan senang hati berbagi pengalaman kepada Afghanistan.

Dalam pertemuan Presiden Ashraf Ghani dan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla pada Kamis (6/4) di Hotel Shangri-La yang menjadi kediaman Ashraf Ghani selama berkunjung di Indonesia, misalnya, Jusuf Kalla berbagi pengalaman dengan Presiden Afghanistan Mohammad Ashraf Ghani dalam mengatasi konflik horizontal yang terjadi di Indonesia.

Kedua tokoh itu saling bertukar pikiran tentang apa yang terjadi di Indonesia dan apa yang terjadi di Afghanistan.

Afghanistan ingin belajar dari Indonesia dalam hal perdamaian dan kekompakan persatuan nasional, antara lain melalui pertukaran pengiriman ulama dan staf ahli pemerintah untuk membantu proses perdamaian di Afghanistan.

Wapres membagikan pengalamannya saat menjadi mediator untuk mendamaikan konflik, antara lain di Ambon, Maluku, Poso, Sulawesi Tengah, dan Aceh.

Presiden Afghanistan juga melakukan kunjungan ke Gedung MPR RI untuk melakukan pembicaraan dengan Ketua MPR Zulkifli Hasan beserta para wakil ketua, Oesman Sapta, Hidayat Nur Wahid, Mahyudin, dan EE Mangindaan, dan pimpinan fraksi MPR.

Ketua MPR menjelaskan kepada Presiden Afghanistan bahwa demokrasi bisa berjalan dengan baik meskipun di Indonesia mayoritas penduduknya beragama Islam sehingga kehidupan demokratis bisa terwujud.

Dalam pertemuan tersebut, Zulkifli juga mengundang parlemen Afghanistan bisa berkunjung ke Indonesia untuk berbagi pengalaman dalam menjalankan prinsip-prinsip demokrasi dalam berbangsa dan bernegara.

Indonesia siap berbagi pengalaman terkait bagaimana membangun pola relasi antarpartai politik yang baik dan hubungan antara parlemen dengan pemerintah yang berjalan seimbang dalam konteks mekanisme "check and balances".

Dalam pertemuan itu juga disampaikan pengalaman Indonesia dalam menjaga perdamaian meskipun memiliki keragaman suku, agama, dan budaya. Indonesia memiliki Pancasila yang membuat keberagaman itu menjadi kekuatan dan masyarakat Indonesia bersatu.

Sementara pada Kamis siang hingga sore, dijadwalkan dialog bisnis antara Presiden Afghanistan dan sejumlah pengusaha negeri itu, bersama Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, pengurus Kamar Dagang dan Industri Indonesia, serta kalangan pengusaha Indonesia.

Pemerintah Afghanistan menawarkan investasi di sektor minyak dan gas, pertambangan tembaga serta aneka batu mulia.

Selain dialog bisnis, dilakukan pula pertemuan bisnis untuk membicarakan peningkatan kerja sama perekonomian dan perdagangan antarkedua negara.

Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan investasi Indonesia di Afghanistan masih terhalang faktor keamanan. "Pengusaha itu jarang yang mau investasi di daerah-daerah yang keamanannya sulit 'kan," kata Wapres. Pernyataan tersebut disampaikan Wapres untuk menanggapi tawaran pemerintah Afghanistan kepada Indonesia untuk berinvestasi di negara tersebut.

Terkait faktor keamanan tersebut, Wapres mengatakan Presiden Ghani ingin belajar dari Indonesia dalam menyelesaikan konflik dalam negeri.

Pada Kamis petang hingga malam, Presiden Aghanistan juga dijadwalkan berkunjung ke Masjid Istiqlal dan melakukan pertemuan dengan berbagai kalangan ulama serta Imam Besar Masjid Istiqlal Nazaruddin Umar, sebelum meninggalkan Indonesia menuju Singapura pada Kamis malam sekitar pukul 20.00 WIB dari Bandara Halim Perdanakusumah.

Kunjungan Presiden Afghanistan ke Indonesia menjadi momentum yang sangat tepat untuk bertemu dengan saudara dan sahabatnya dalam bertukar pengalaman yang baik untuk meningkatkan kerja sama kedua negara.

Pewarta: Budi Setiawanto

Editor : Rustam Effendi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2017