Bogor (Antara Babel) - Presiden Joko Widodo menyebut negara lain merasa iri terhadap Indonesia karena dianggap beragam dari berbagai segi namun tetap rukun, penuh toleransi, penuh persaudaraan, dan persatuan.

Hal itu disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat pertemuan dengan tokoh lintas agama yang tergabung dalam Asosiasi Forum Kerukunan Umat Beragama Indonesia di Istana Kepresidenan Bogor, Selasa.

"Saya ingin bercerita sedikit mengenai kekaguman dan keirian negara-negara lain terhadap kita. Selalu setiap bertemu dengan kepala negara, kepala pemerintahan, perdana menteri maupun presiden selalu saya sampaikan Indonesia ini ada 17.000 pulau, 516 kabupaten-kota, dan 34 provinsi ada lebih dari 700 suku, 1100 lebih bahasa lokal. Tidak ada di negara mana pun di dunia ini yang sebegitu ragamnya seperti Indonesia dengan juga beragam agama, enggak ada, di dunia maupun enggak ada," kata Presiden.

Ia mengatakan, kekaguman mereka terhadap Indonesia adalah soal betapa rukunnya bangsa Indonesia yang selama 72 tahun merdeka tidak pernah menghadapi persoalan terkait keberagaman.

Presiden menambahkan bahwa kekaguman yang diberikan negara lain terhadap Indonesia itulah yang banyak disampaikan kepada Presiden Jokowi secara langsung.

"Bahkan yang saya ingat dulu presiden Palestina Mahmoud Abbas dan terakhir Presiden Afghanistan Asraf Ghani menceritakan sedikit mengenai keadaan negara mereka," katanya.

Afghanistan sebagaimana diceritakan oleh Presiden Ghani merupakan negara kaya sumber daya alam dengan tambang emas terbesar di dunia tapi belum tereksplorasi, memiliki tambang migas yang juga termasuk terbesar, tapi terus berada dalam pertikaian besar.

    
Pesan khusus Afghanistan

Pada kesempatan itu Presiden Ghani bahkan menyampaikan pesan khusus kepada Presiden Jokowi.

"Presiden Jokowi, negaramu ini sangat beragam, sukunya banyak sekali, agamanya banyak, bahasa lokal juga banyak. Jaga betul yang namanya kerukunan dan persatuan itu," begitu pesan Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani, sebagaimana ditirukan Presiden siang ini.

Di hadapan para tokoh daerah itu, Presiden Joko Widodo menyampaikan pesan dari Presiden Afghanistan saat berkunjung ke Indonesia pada 5 April 2017 lalu. Saat kunjungan tersebut, Presiden Ghani juga sempat menceritakan kondisi terkini di negaranya.

Karena pertikaian tersebut, berdasarkan penuturan Presiden Ghani, selama 24 tahun sudah Presiden Ghani berada di luar Afghanistan.

Di mana saat ini terdapat sekitar 40 faksi yang sudah sangat sulit untuk dirukunkan.

Sedangkan Indonesia, kata Presiden Jokowi, dalam dinamika kehidupan bermasyarakat, pastilah sesekali mengalami sedikit gesekan.

Untuk itulah, Presiden berpesan agar gesekan yang terjadi itu dapat segera diselesaikan dan menjadikan hal tersebut sebagai sebuah pembelajaran yang mampu mendewasakan masyarakat.

"Jadi kalau kita ini ada gesekan-gesekan kecil ya wajar, tapi segera selesaikan. Jangan sampai dibawa berbulan-bulan persoalan yang sebetulnya bisa diselesaikan dengan cepat," ucapnya.

Menurut dia, kerukunan dan stabilitas memang diperlukan untuk membangun sebuah negara, apalagi di era kompetisi global sekarang ini, persatuan dan soliditas bangsa Indonesia akan diuji dalam kancah persaingan dunia.

"Menurut saya, ada sebuah etos kerja kedisiplinan nasional yang memang harus kita bangun mulai sekarang ini dalam rangka kompetisi dengan negara-negara lain. Sekali lagi, jangan habiskan pikiran kita untuk hal-hal yang menyebabkan iri, dengki, saling hujat, menjelekkan, dan menyalahkan," katanya.

Maka dari itu, ia mengajak seluruh pihak, utamanya para tokoh dan pemuka di daerahnya masing-masing untuk bersama-sama mewujudkan kerukunan nasional.

Perbedaan yang ada hendaknya diselesaikan dalam kerangka persaudaraan sebangsa dan se-Tanah Air.

"Saya titip agar kalau ada percikan sekecil apa pun untuk segera diselesaikan. Jangan tunggu esok hari, selesaikan pada saat api itu masih sangat kecil. Segera padamkan. Ingatkan kepada yang akan bergesekan, kita ini bersaudara. Bahwa kita ini berbeda-beda iya, tapi kita tetap saudara sebangsa dan se-Tanah Air," katanya.

Pewarta: Hanni Sofia Soepardi

Editor : Rustam Effendi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2017