Jakarta (Antara Babel) - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi meminta agar lulusan sekolah pelayaran, dalam hal ini Balai Besar Pendidikan Penyegaran dan Peningkatan Ilmu Pelayaran (BP3IP) Jakarta untuk mengurangi potensi kecelakaan karena faktor manusia itu sendiri atau "human error".

"Saya berharap sebagai nakhoda kapal niaga agar selalu peduli keselamatan keamanan pelayaran. Pelaut adalah pekerjaan saudara di atas kapal penuh dengan segala risiko yang berbahaya, karena itu dibutuhkan keahlian dan keterampilan, yang dibuktikan dengan Sertifikat Kompetensi (Certificate of Competency) dan Sertifikat Keterampilan (Certificate of Proficiency)," kata Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi.

Menhub mengemukakan itu dalam sambutannya yang dibacakan oleh Kepala Badan Pengembangan dan Penelitian Sumber Daya Manusia Perhubungan Kementerian Perhubungan Djoko Sasono saat Wisuda Bon Voyage XXXVIII di Jakarta, Rabu.

Budi menyebutkan berdasarkan data Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) tingkat kecelakaan kapal dalam kurun waktu enam tahun terakhir mengalami peningkatan, dari tahun 2010 terjadi lima kecelakaan dan tahun 2016 terjadi 15 (lima belas) kecelakaan, yang memakan korban jiwa meninggal 337 orang dan luka-luka 474 orang.

Berdasarkan jenis kecelakaan, tertinggi adalah kapal tenggelam/terbalik dan meledak, masing-masing 27 persen, tabrakan 20 persen, kandas 13 persen dan lain-lain 13 persen.

"Hal ini dipertegas oleh data KNKT bahwa 41 persen kecelakaan kapal disebabkan oleh 'human error' dan sisanya faktor teknis, sehingga dapat disimpulkan bahwa manusia menjadi faktor yang paling dominan dalam kecelakaan kapal," ujarnya.

"Karena itu, dalam wisuda ini saya berharap bisa menghasilkan insan kompeten dan profesional," ucapnya, berharap.

Dalam kesempatan sama, Kepala BPSDM Perhubungan Kemenhub Djoko Sasono menyebutkan terdapat 178 wisudawan, 78 di antaranya bidang nautika dan 39 teknisi kapal.

"Mereka sudah mencapai tingkat tertinggi dalam tingkatan sekolah pelayaran, dan saat ini mereka sudah memiliki sertifikat yang sudah sesuai dengan standar IMO (Organisasi Maritim Internasional) dan bisa bekerja di manapun," tuturnya.

Namun, dia mengatakan jumlah pelaut di Indonesia dari segala jenjang berjumlah 10.000 orang dan jumlah tersebut masih kurang jika dibandingkan dengan kebutuhan serta ke depannya dengan Program Tol Laut.

Artinya, hanya sekitar 0,5 persen pelaut dari seluruh penduduk Indonesia, sementara di Singapura jumlah pelaut sudah 30.000 pelaut dan di negara-negara Eropa 60.000 pelaut.

Terkait faktor manusia, Djoko mengatakan dengan dengan bertambahnya kompetensi, diharapkan bisa meminimalisasi potensi kecelakaan.

Selain itu,  dia mengatakan pihaknya telah mendidik sebanyak 16.000 orang untuk pelayaran rakyat di 11 lokasi di seluruh nusantara.

"Kami sebagai yang diberikan mandat oleh Presiden Joko Widodo untuk menyiapkan pelaut-pelaut ini dalam visi dan misi poros maritim dunia," katanya.

Pewarta: Juwita Trisna Rahayu

Editor : Rustam Effendi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2017