Jakarta (Antara Babel) - WWF Indonesia menyebut upaya melipatgandakan
populasi harimau sumatera (panthera tigris sumatrae) terkendala akibat
keberadaan "kantung-kantung" kawasan hutan yang menjadi habitat satwa
langka ini semakin terancam.
Direktur Kebijakan, Keberlanjutan, dan Transformasi WWF Indonesia Aditya Bayunanda pada peluncuran kampanye #30Claps di Jakarta, Jumat, mengatakan pencapaian target program "double tiger" (TX2) masih terus diupayakan di Indonesia.
Menurut dia, penambahan populasi harimau sumatera bisa cepat terjadi mengingat cara satwa ini berkembang biak sama dengan kucing peliharaan di rumah. "Cuma persoalannya bagaimana memastikan agar habitatnya tidak berkurang dan satwa ini tidak diburu dan tidak dibunuh akibat konflik. Itu saja kuncinya kalau untuk harimau".
Pemerintah, menurut dia, harus lebih tegas menetapkan mana daerah hutan yang harus dilindungi dan tidak boleh ada kompromi sebagai habitat satwa langka ini. Perlindungan habitat untuk harimau sumatera harus benar-benar kuat pelaksanaannya, mengingat pembalakan liar, perburuan dan alih fungsi lahan masih terjadi.
"Kantung-kantung kawasan hutan yang tersisa di Sumatera harus benar-benar dijaga, apalagi daya jelajah harimau luas hingga keluar dari kawasan hutan. Para pemegang konsesi yang di wilayahnya ada harimau harus proaktif menjaga, karena masih banyak ditemukan jebakan yang sebenarnya mungkin bukan untuk harimau tapi kena ke harimau," lanjutnya.
Perburuan harimau juga masih ada, dan kasus terakhir terjadi di kawasan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh. Meski penegakan hukum semakin diperkuat, menurut dia, belum akan memberi efek jera karena hukuman yang diberikan masih tergolong ringan.
Jika memang harimau sumatera menjadi ikon Indonesia sudah seharusnya hukuman untuk pelaku kejahatan ini dihukum lebih berat. Karena selama ini, menurut dia, perburuan itu masih dilihat biasa bukan sebuah tindak kejahatan.
"Terus terang untuk Indonesia tren (populasi harimau) menurun. Jadi, beberapa tahun lalu populasinya mencapai 400 sekarang malah di bawah itu, 371 individu," ujar Aditya.
Data WWF menyebutkan total harimau dari 11 negara yang masih memiliki satwa langka ini mencapai 3.890 individu. Dari sejumlah negara hanya India dan Nepal yang sejauh ini berhasil menaikkan populasi harimau.
"Penurunan populasi terjadi di Indonesia, Malaysia, China, sedangkan di Rusia angka populasi harimau mulai stagnan," lanjutnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2017
Direktur Kebijakan, Keberlanjutan, dan Transformasi WWF Indonesia Aditya Bayunanda pada peluncuran kampanye #30Claps di Jakarta, Jumat, mengatakan pencapaian target program "double tiger" (TX2) masih terus diupayakan di Indonesia.
Menurut dia, penambahan populasi harimau sumatera bisa cepat terjadi mengingat cara satwa ini berkembang biak sama dengan kucing peliharaan di rumah. "Cuma persoalannya bagaimana memastikan agar habitatnya tidak berkurang dan satwa ini tidak diburu dan tidak dibunuh akibat konflik. Itu saja kuncinya kalau untuk harimau".
Pemerintah, menurut dia, harus lebih tegas menetapkan mana daerah hutan yang harus dilindungi dan tidak boleh ada kompromi sebagai habitat satwa langka ini. Perlindungan habitat untuk harimau sumatera harus benar-benar kuat pelaksanaannya, mengingat pembalakan liar, perburuan dan alih fungsi lahan masih terjadi.
"Kantung-kantung kawasan hutan yang tersisa di Sumatera harus benar-benar dijaga, apalagi daya jelajah harimau luas hingga keluar dari kawasan hutan. Para pemegang konsesi yang di wilayahnya ada harimau harus proaktif menjaga, karena masih banyak ditemukan jebakan yang sebenarnya mungkin bukan untuk harimau tapi kena ke harimau," lanjutnya.
Perburuan harimau juga masih ada, dan kasus terakhir terjadi di kawasan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh. Meski penegakan hukum semakin diperkuat, menurut dia, belum akan memberi efek jera karena hukuman yang diberikan masih tergolong ringan.
Jika memang harimau sumatera menjadi ikon Indonesia sudah seharusnya hukuman untuk pelaku kejahatan ini dihukum lebih berat. Karena selama ini, menurut dia, perburuan itu masih dilihat biasa bukan sebuah tindak kejahatan.
"Terus terang untuk Indonesia tren (populasi harimau) menurun. Jadi, beberapa tahun lalu populasinya mencapai 400 sekarang malah di bawah itu, 371 individu," ujar Aditya.
Data WWF menyebutkan total harimau dari 11 negara yang masih memiliki satwa langka ini mencapai 3.890 individu. Dari sejumlah negara hanya India dan Nepal yang sejauh ini berhasil menaikkan populasi harimau.
"Penurunan populasi terjadi di Indonesia, Malaysia, China, sedangkan di Rusia angka populasi harimau mulai stagnan," lanjutnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2017