Karakas/Washington (Antara Babel/Reuters) - Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengolok-olok sanksi, yang dijatuhkan Washington, pada Senin setelah pemilihan badan baru legislatif, yang mendorong Gedung Putih menyebutnya diktator karena "memiliki kekuasaan mutlak".

Venezuela, yang kaya minyak tapi perekonomiannya sedang menurun, tengah menanti gelombang unjuk rasa terhadap Maduro, yang tidak disukai, yang pendukung setianya di Mahkamah Agung meniadakan kongres, yang dikendalikan oposisi, saat negara tersebut menunggu tindakan majelis konstituen, yang baru dibentuk.

Sedikit-dikitnya 10 orang tewas dalam kerusuhan saat pemungutan suara pada Minggu, yang menjadikan jumlah korban tewas akibat unjuk rasa menentang pemerintah dalam empat bulan belakangan menjadi lebih dari 120 orang.

Pemerintah mulai dari Spanyol ke Kanada ke Argentina dan Peru bergabung dengan Washington dalam mengecam pemilihan umum itu, yang diboikot oposisi dan secara luas dipandang sebagai penghinaan terhadap demokrasi.

Maduro, yang pada Senin pagi dijatuhi sanksi langsung, mencaci Presiden Amerika Serikat Donald Trump karena telah memenangkan kursi kepresidenan melalui lembaga pemilihan umum setelah kalah dalam pemungutan suara pada pemilihan November.

"Saya tidak menerima perintah dari kekaisaran," teriaknya pada sebuah pertemuan dengan pendukungnya di televisi. "Ambil sanksimu Donald Trump!"

"Di Amerika Serikat, mungkin bisa menjadi presiden dengan suara 3 juta lebih sedikit dari lawan Anda. Betapa demokrasi yang luar biasa!" kata Maduro kepada penonton yang bersorak dan bertepuk tangan.

Calon presiden Partai Demokrat Hillary Clinton melampaui Trump dengan hampir 2,9 juta suara, menurut hasil pemilihan resmi Amerika Serikat.

Maduro mengatakan bahwa sanksi tersebut mencerminkan "keputusasaan" Trump dan "kebencian" terhadap pemerintahan sosialis Venezuela.

Di bawah sanksi tersebut, semua aset Maduro yang tunduk pada yurisdiksi Amerika Serikat dibekukan, dan orang Amerika dilarang melakukan bisnis dengannya, kata Kantor Pengawasan Aset Luar Negeri Departemen Luar Negeri Amerika Serikat dalam sebuah pernyataan.

"Maduro bukan hanya pemimpin yang buruk. Dia sekarang seorang diktator," Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih H.R. McMaster mengatakan dalam sebuah konferensi pers.

"Tindakan terakhir yang berpuncak pada penyitaan kekuatan absolut kemarin melalui pemilihan cepat Majelis Konstituante Nasional merupakan pukulan yang sangat serius terhadap demokrasi di belahan bumi kita."

Maduro, seperti pendahulunya dan mentornya, mendiang Hugo Chavez, secara teratur menertawakan kritik dari Washington.

Namun, Amerika Serikat adalah pengimpor minyak mentah nomor satu Venezuela, dan setiap sanksi yang ditujukan untuk sektor energi vital Venezuela dapat memberikan lebih banyak kerugian pada ekonomi yang telah mengalami resesi yang dalam dan tingkat inflasi tertinggi di dunia.

Sanksi Amerika Serikat terhadap Maduro dapat diikuti oleh "proses eskalasi" untuk memasukkan transaksi terkait minyak tergantung pada seberapa jauh pemerintah Venezuela menerapkan kongres baru, menurut seseorang yang dekat dengan pertimbangan Gedung Putih.

Pasar minyak Amerika Serikat memiliki reaksi yang tenang terhadap sanksi Maduro, meskipun para ahli mengatakan sanksi keuangan mungkin satu-satunya cara untuk mempengaruhi Maduro. Obligasi dolar Venezuela sedikit lebih rendah pada Senin.

Pemerintah Maduro mengklaim bahwa 8 juta orang pada Minggu mengikuti pemilihan umum. Klaim itu memicu tuduhan kecurangan dan peluang aksi kekerasan baru. Koalisi oposisi memperkirakan hanya 2,5 juta suara yang dikeluarkan pada Minggu.

Pada minggu lalu, Washington memberi sanksi kepada 13 pejabat tinggi Venezuela setelah melakukan hal sama kepada wakil presiden pada Februari.

Pewarta:

Editor : Rustam Effendi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2017