Saat berkunjung ke Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, jangan lupa mengunjungi Pantai Karang Song yang terletak di tepi Laut Jawa untuk menikmati keindaham alam dan ekowisata.

Kabupaten Indramayu terletak di pesisir utara Pulau Jawa, dengan panjang garis pantai 114,1 kilometer. Pantai di Indramayu terdiri dari dua jenis yaitu pantai berpasir sepanjang 64,68 kilometer dan pantai berlumpur sepanjang 44,91 kilometer dengan kedalaman lumpur bervariasi antara 10-70 sentimeter.

Di wilayah tersebut mata pencaharian penduduk sebagian besar menjadi nelayan, sehingga sepanjang pesisir pantai juga menjadi tempat pemukiman nelayan.

Hamparan hutan bakau (mangrove) yang hijau di sepanjang Pantai Karang Song akan memberikan suasana segar jauh dari hiruk-pikuk kehidupan di kota besar yang bising.

Pantai tersebut saat ini banyak dikunjungi oleh wisatawan hanya untuk menikmati keindahan hutan bakau, sembari melihat deburan ombak air laut. Di pantai itu juga disediakan sejumlah lokasi seperti saung untuk istirahat atau berteduh saat hujan, sehingga layak menjadi tujuan wisata bagi siapapun yang berkunjung ke Indramayu.

Tapi siapa sangka kalau taman tersebut 10-15 tahun yang lalu merupakan pantai yang gersang dan banyak pohon bakau ytang rusak akibat ulah masyarakat yang mengubah menjadi tambak, sehingga tak ada lagi penghijauan.

Saat itu pantai tersebut boleh dibilang tak lagi nyaman untuk dikunjungi apalagi dilirik oleh wisatawan untuk menikmati keindahan alam pantai Pulau Jawa.

Pada 10-15 tahun yang lalu seiring dengan perubahan alam, perkembangan penduduk dan pertumbuhan ekonomi, banyak wilayah pantai yang rusak.

Lebih dari 2.153 hektare wilayah pesisir hilang karena abrasi, juga adanya reklamasi pantai untuk perluasan lahan pemukiman serta budi daya perikanan juga turut menyebabkan kerusakan pantai.

Kerusakan lingkungan karena pembabatan hutan bakau selain menyebabkan abrasi juga berakibat pada kerusakan ekosistem.

Padahal ekosistem di wilayah laut, khususnya ekosistem hutan bakau, berfungsi untuk menahan panas, sebagai paru-paru dunia, dan juga menjadi penyangga kehidupan habitat di hutan itu.

Melihat kerusakan yang sedemikian parah dan sebagai upaya agar penghijauan hutan bakau tumbuh lagi, PT Pertamina (Persero) Refinery Unit VI Balongan setidaknya sudah menanam 16 ribu bibit bakau di sekitar Pantai Karangsong, Indramayu, Jawa Barat, untuk mendukung rehabilitasi dan konservasi kawasan yang sempat mengalami abrasi.

"Kegiatan rehabilitasi dimulai 2010, saat hasil survei lapangan menemukan adanya kerusakan pantai akibat abrasi," kata Head of Communication and Relation Refinery Unit VI Balongan PT Pertamina Rustam Aji.

Pertamina juga memberikan pengetahun soal mangrove di sekolah dasar setempat yang merupakan salah satu tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) kepada masyarakat yang tinggal di sekitar kilang minyak tersebut.

Hutan Mangrove Karang Song sebenarnya mulai dirawat sejak 2008 dan berbenah menjadi ekowisata melalui program CSR PT Pertamina Refinery Unit VI Balongan mulai 2010 hingga 2014, serta dikelola masyarakat lokal melalui Kelompok Tani Lestari.

Lokasi itu telah dicanangkan sebagai pusat mangrove untuk wilayah barat Indonesia oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya saat membuka Karang Song Mangrove Festival tahun 2015 di Pantai Karang Song, Indramayu.

"Diperkirakan saat ini sudah ada lebih dari 50 ribu pohon mangrove di kawasan itu dengan bibit yang tumbuh dengan sendirinya di lahan itu," katanya lagi.

Sejak ditetapkan Kabupaten Indramayu sebagai pusat mangrove bagian barat Indonesia pada 2015, kawasan ekowisata mangrove berkembang jadi pusat pendidikan lingkungan dan laboratorium mangrove di kabupaten itu.

Guna mendukung itu, Pertamina Refinery Unit VI Balongan bekerja sama dengan kelompok masyarakat Desa Karong Song dan Desa Pabean Udik mendirikan sebuah kawasan dengan berbagai jenis tanaman mangrove dan vegetasi pantai (arboretum).

Tujuan besar pengembangan arboretum untuk memberikan pemahaman mengenai persebaran mangrove di Indonesia berikut fungsi dan manfaatnya kepada masyarakat luas khususnya pelajar dan akademikus untuk penelitian.

Hutan mangrove di Karong Song masih dalam tahap pertumbuhan dari 2008, sehingga daya serapan karbon masih tergolong sedang, yaitu sebesar 19,818 ton C per hektare. Berbeda dengan mangrove yang sudah ditanam selama 25 tahun yang memiliki rata-rata kandungan karbon sebesar 182,5 ton C per hektare.

Hutan mangrove Indonesia termasuk dalam salah satu paling luas di dunia, yaitu sekitar 47,8 persen (8,6 juta hektare) dari 18 juta hektare mangrove di dunia.

    
Tujuan Wisata

Saat ini Pantai Karang Song sudah hijau dan menjadi salah satu tujuan wisata bagi pelancong domestik maupun mancanegara yang berkunjung ke Indramayu.

Untuk menuju ke Pantai Karang Song dan menikmati penghijauan hutan bakau, pengunjung harus naik kapal motor Rp15.000 per orang pergi-pulang dari lokasi keberangkatan di kampung nelayan. Hanya membutuhkan waktu sekitar 10-15 menit untuk bisa tiba di pantai tersebut.

Saat naik kapal motor menelusuri sungai yang membelah hutan bakau tersebut, pelancong bisa menikmati keindahan hutan bakau mulai dari yang masih kecil baru ditanam) hingga yang besar sehingga akarnya melebar dari pohon induknya.

Tidak usah takut dan khawatir saat naik kapal, karena ombak tak besar tapi justru menikmati kesegaran alam di pantai itu.

Di lokasi itu, pengunjung bisa menikmati lebatnya hutan baku di Track Ekowisata Mangrove Karang Song, Di situ pengunjung berjalan menelusuri jalan yang terbuat dari anyaman bambu menembus hutan bakau yang tinggi sehingga jika siang hari sangat rimbun.

Ada sejumlah ketentuan yang harus dipatuhi oleh pengunjung yang berkunjung ke HUtan Bakau Pantai Karang Song, yaitu dilarang merusak dan atau memotong dahan, membakar pohon, memasak makanan atau air serta menyalakan api, menangkap dan atau memancing hewan, serta berburu hewan.

Barangsiapa dengan sengaja melakukan pelanggaran akan dipidana penjara paling lama 10 tahun dan denda paling banyak Rp200 juta.

Lokasi itu selain bisa menjadi objek wisata juga bisa menjadi lokasi sarana edukasi yang ingin mempelajari pohon bakau mengingat di situ ada berbagai jenis pohon bakau yang ditanam dan tumbuh.

Sejumlah pohon bakau yang ada di situ adalah Bakau Hitam, Bakau Kecil, Bakau Minyak, Api-Api, serta Pidada yang masing-masing memiliki karakteristik tersendiri.

Selain itu terdapat juga puluhan jenis burung yang hidup dan beterbangan secara liar, yang pada umumnya burung tersebut sudah mulai langka ditemui.

Burung tersebut antara lain Bambangan Merah, Blekok Sawah, Bondol Jawa, Bondol Taruk, Cangak Merah, Cekakak Cina, Kokokan Laut, Kacamata Laut, Kowa Melayu, Kuntul Besar, Pentis Pelangi, serta Rajaudang Kalungbiru.

Dengan mengunjungi Hutan Bakau Pantai Karang Song maka pengunjung akan memahami betapa pentingnya penghijauan serta melestarikan alam, sehingga bersama-sama ikut menjaga alam dari kerusakan.

Pewarta: Ahmad Wijaya

Editor : Rustam Effendi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2017