Pangkalpinang (Antara Babel) -  Direktur Eksekutif Walhi Provinsi Bangka Belitung, Ratno Budi menyatakan, angka anak putus sekolah di daerah penambangan tinggi karena mereka ikut dalam kegiatan penambangan timah.


"Angka putus sekolah usia 13 sampai 15 tahun tertinggi di Bangka Belitung diantara provinsi lainnya di Indonesia yaitu mencapai 43,4 persen," ujarnya di Pangkalpinang, Selasa.


Sementara itu, angka putus sekolah usia 7 sampai 12 tahun urutan ketiga tertinggi di Indonesia yaitu mencapai 1,79 persen.


"Sampai saat ini, anak putus sekolah ini masih menjadi persoalan dan diperkirakan angka putus sekolah ini akan terus meningkat karena timah masih menjadi primadona masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan keluarganya," ujarnya.


Ia mengatakan, angka putus sekolah itu sebagian besar berasal dari daerah-daerah pertambangan, dimana para pekerja tambang bijih timah selalu berpindah tempat mencari kandungan bijih timah yang terpaksa membawa serta keluarganya.


Menurut dia, digalakkannya operasi penertiban pertambangan liar di beberapa aliran sungai dan pantai oleh Pemkab dan Polres Bangka Barat belakangan ini juga memicu terjadinya putus sekolah.


"Kami perkirakan dalam bulan ini dan bulan depan akan terjadi putus sekolah cukup banyak seiring operasi besar-besaran penertiban tambang liar di beberapa lokasi daerah penambangan timah," kata dia.


Selain itu, kata dia, kasus putus sekolah di daerah itu juga dipengaruhi pernikahan usia muda terutama di daerah pelosok dan meningkatnya kasus seks bebas di kalangan pelajar.


"Tingginya angka putus sekolah ini karena kurangnya perhatian dan upaya pemerintah daerah untuk menekan angka putus sekolah ini, misalnya melalui sosialisasi pentingnya menuntut ilmu di sekolah untuk meningkatkan kesejahteraan yang lebih baik," ujarnya.

Pewarta: pewarta: aprionis

Editor : Rustam Effendi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2013