Tripoli, Libya (Antaranews Babel) - Seorang pejabat militer di Libya Timur mengatakan ranjau darat yang dipasang oleh gerilyawan di Kota Benghazi di Libya Timur telah menewaskan 197 prajurit dan warga sipil sepanjang 2017, kata Libyan Press Agency.
Sebanyak 27 insinyur militer tewas dan tujuh lagi cedera pada 2017, saat mereka berusaha membersihkan ranjau di beberapa derah bentrokan antara militer dan gerilyawan, kata Abdussalam Al-Musmari, Komandan Unit Zeni Militer.
Al-Musmari menambahkan ranjau darat tersebut juga menewaskan 170 warga sipil pada 2017, dan kebanyakan korban meninggal di Benghazi Tengah.
Al-Mismari mengatakan komando umum militer mengeluarkan instruksi untuk melancarkan upaya kesadaran mengenai ranjau darat dengan menggunakan poster di berbagai daerah tempat sisa gerilyawan masih ada.
Seorang pejabat militer mengatakan kepada Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Senin malam-- militer telah mengakhiri semua operasi militer di Benghazi terhadap kelompok garis keras.
Benghazi, kota terbesar kedua di Libya dan tempat kelahiran aksi perlawanan 2011 --yang menggulingkan presiden Libya Muammar Gaddafi-- telah menyaksikan perang tiga-tahun antara militer yang dipimpin oleh Jenderal Khalifa Haftar dan gerilyawan garis keras.
Pada Juni, Haftar mengumumkan pengambil-alihan seluruh Kota Benghazi dan kekalahan kelompok bersenjata saingannya. Namun, sebagian gerilyawan masih berada di kota itu, dan menggunakan ranjau darat terhadap personel militer Haftar.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2018
Sebanyak 27 insinyur militer tewas dan tujuh lagi cedera pada 2017, saat mereka berusaha membersihkan ranjau di beberapa derah bentrokan antara militer dan gerilyawan, kata Abdussalam Al-Musmari, Komandan Unit Zeni Militer.
Al-Musmari menambahkan ranjau darat tersebut juga menewaskan 170 warga sipil pada 2017, dan kebanyakan korban meninggal di Benghazi Tengah.
Al-Mismari mengatakan komando umum militer mengeluarkan instruksi untuk melancarkan upaya kesadaran mengenai ranjau darat dengan menggunakan poster di berbagai daerah tempat sisa gerilyawan masih ada.
Seorang pejabat militer mengatakan kepada Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Senin malam-- militer telah mengakhiri semua operasi militer di Benghazi terhadap kelompok garis keras.
Benghazi, kota terbesar kedua di Libya dan tempat kelahiran aksi perlawanan 2011 --yang menggulingkan presiden Libya Muammar Gaddafi-- telah menyaksikan perang tiga-tahun antara militer yang dipimpin oleh Jenderal Khalifa Haftar dan gerilyawan garis keras.
Pada Juni, Haftar mengumumkan pengambil-alihan seluruh Kota Benghazi dan kekalahan kelompok bersenjata saingannya. Namun, sebagian gerilyawan masih berada di kota itu, dan menggunakan ranjau darat terhadap personel militer Haftar.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2018