Merawang (Antaranews Babel) -  Universitas Bangka Belitung  (UBB) menetapkan 13-15 September 2018 sebagai jadwal pelaksanaan konferensi internasional yang mengupas topik maritim dan kepulauan (The International Conference on Maritime and Archipelago).

Jadwal tersebut diambil setelah mempertimbangkan waktu libur di Eropa (Jerman) dan Jepang, mengingat sejumlah profesor dari sejumlah bidang ilmu di kedua negara itu akan menjadi pembicara utama dalam konferensi yang rencananya akan dibuka Menristek Dikti  Prof Dr Mohammad Nasir PhD itu.

"Awal Oktober, baik di Jerman maupun Jepang sebagaimana diketahui awal  dimulainya perkuliahan di semua universitas di sana. Sehingga kita perlu  menetapkan  jadwal konferensi pada 13 hingga 15 September 2018," ujar Wakil Rektor II UBB Prof Dr Ir Agus Hartoko, MSc melalui keterangan tertulis Humas UBB Eddy Jajang Jaya Atmaja di Merawang, Kamis (18/1).

Keputusan menetapkan jadwal konferensi tersebut diambil dalam rapat persiapan konferensi di ruang rapat kecil Rektorat UBB di Balunijuk, Merawang. Rapat dipimpin Prof Agus Hartoko dan dihadiri Prof Dr Ir Budiyono, MSi (Dekan Sekolah Vokasi Undip) dan Dr Agus Purwanto, MSi (Wadek Bidang Ekonomi dan Bisnis Sekolah Vokasi Undip).

UBB menghadirkan Budiyono dan Agus karena selain Sekolah Vokasi Undip pada 2017 sukses menggelar konferensi internasioal di bidang studi vokasional padariset terapan (International Conference of Vocational Studies on Applied Research 2017), konferensi internasional di bidang maritim dan kepulauan itu juga akan digelar secara bersama antara UBB dengan Undip.

"Benar, kita akan menggelar konferensi internasional itu secara organisasi bersama atau joint organize conference antara UBB dengan Undip. Setidaknya pada konferensi yang akan  menghadirkan Menteri Kelautan dan Perikanan Ibu Susi Pudjiastuti itu akan menampilkan lima pembicara kunci di antaranya dari Jerman, Jepang, Swiss, Inggris, Singapura dan  Malaysia," ujar Agus Hartoko.

UBB-Undip menargetkan 140 peserta yang akan ikut konferensi internasional mengupas topik maritim dan kepulauan ini, 40 orang di antaranya masing-masing berasal dari kalangan dosen UBB sendiri dan sisanya dari luar UBB terdiri atas akademisi dan peneliti universitas dan lembaga penelitian lainnya dari dalam dan luar negeri.

Prof Budiyono menyebutkan, syarat minimal suatu konferensi yang  dikategorikan sebagai konferensi berskala internasional adalah pesertanya paling tidak berasal dari lima negara.  

Untuk itu Dekan Sekolah Vokasi Undip ini minta kepada panitia pelaksana agar segera membangun situs (website) konferensi untuk memberikan informasi tentang konferensi.

"Agar konferensi internasional ini menarik, hemat saya perlu dibuat dua website. Satu website memuat informasi tentang teknis konferensi, seperti jadwal memasukkan abstrak dan makalah secara penuh, lokasi konferensi dan lain-lain. Website lainnya berisi informasi, foto, video dan lain-lain tentang Bangka Belitung sebagai destinasi wisata," ujarnya.

Informasi dari dua website itu diharapkan dapat menjadi daya tarik calon peserta konferensi, baik dari dalam maupun luar negeri dan kemudian ikut mendaftarkan diri menjadi peserta dan memasukkan karya ilmiahnya kepada panitia pelaksana konferensi.

Prof Agus menegaskan, meski target peserta konferensi di atas 150 peneliti atau akademisi, akan tetapi sisi kelayakan karya ilmiah yang diajukan calon peserta konferensi tetap menjadi sesuatu yang mutlak. Layak atau tidaknya karya ilmiah itu ikut "dibentangkan" dalam konferensi akan ditentukan oleh tim "editorial board".

Anggota editorial board berasal kalangan akademisi yang sudah berpengalaman, baik dari sisi keilmuan maupun dari sisi publikasi ilmiahnya di jurnal atau prosiding internasional.

Budiyono menambahkan, seluruh kertas kerja ilmiah yang masuk ke panitia dan kemudian lolos seleksi dari editorial board selanjutnya akan diperiksa oleh pemeriksa dari lembaga pengindeks (publiser) artikel. Jika lolos maka artikel ilmiah itu akan diterbitkan di media  prosiding konferensi internasional  yang terindeks  Scopus.

"Kemenristek Dikti mendorong seluruh dosen untuk memublikasi penelitian atau artikel ilmiahnya ke jurnal atau prosiding konferensi internasional yang terindeks Scopus. Semua universitas masing-masing sudah mentargetkan berapa jumlah artikel ilmiah akademisinya masuk ke jurnal atau prosiding internasional.  Undip misalnya, pada 2017 menargetkan 300 tapi kenyatannya bisa lebih dari seribu," ujarnya.

Agus Hartoko menilai walaupun  target peserta konferensi 150 orang, namun mutu tetap menjadi hal utama dan tidak bisa ditawar-tawar. Untuk itu, baik UBB maupun  Undip telah sepakat menunjuk ASL (American Sign Language) sebagai lembaga pengindeks (indexing) atau publisher bagi seluruh artikel ilmiah konferensi internasional maritim dan kepulauan.

"Berdasarkan template yang sudah ada, jumlah halaman artikel maksimal lima halaman. Tiap halaman dikenakan biaya 50 dolar AS, sehingga biaya pendaftarkan menjadi peserta konferensi ini kita tetapkan 250 dolar AS per perserta," ujar Agus Hartoko.

Sementara itu Agus Purwanto menyarankan jadwal memasukkan abstrak artikel ilmiah bagi calon peserta  konferensi sudah dimulai Mei 2018. Hal ini agar memudahkan tim editorial board menilai kelayakan artikel ilmiah tersebut diterima atau tidak untuk dibentangkan di dalam konferensi.

"Untuk itu perlu segera dibentuk editorial board, executive board dan organizing committee," ujarnya.

Rapat kemudian dilanjutkan dengan pembentukan panitia pelaksana (organizing committee/OC) yang dipimpin Warek I UBB Dr Ir Ismed Inonu. Terpilih sebagai ketua OC Dr Reniati (Dekan Fakultas Ekonomi).

Pewarta:

Editor : Riza Mulyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2018