Jakarta (Antaranews Babel) - Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto mengatakan, dalam rangka pemeliharaan dan pemantapan perdamaian serta stabilitas keamanan di kawasan ASEAN dari bahaya terorisme maka diperlukan kerja sama kokoh guna membangun ketahanan di kawasan secara berkelanjutan
"Terorisme merupakan ancaman yang bersifat dinamis dan adaptif dengan perkembangan lingkungan serta kemajuan/perubahan zaman," kata Panglima TNI dalam sambutannya pada acara Forum Asean Chiefs of Defense Forces Informal Meeting (ACDFIM) ke-15, di Singapura, Kamis (8/3).
Mantan kepala staf TNI Angkatan Udara (KSAU) ini dalam siaran persnya, di Jakarta, Jumat, menyebutkan, langkah dan tindakan yang dilakukan ke depan haruslah merupakan kesatuan upaya yang dinamis dan konsisten dalam kerangka multilateral strategic partnership yang didasari oleh semangat ASEAN, rasa saling percaya dan saling menghormati.
"Penguatan kerja sama sub-regional, latihan bersama, peningkatan kerja sama antar satuan siber angkatan bersenjata ASEAN dan peningkatan kerja sama antar Pusat Kesehatan (Puskes) Angkatan Bersenjata ASEAN merupakan beberapa upaya ke depan yang dapat di lakukan bersama-sama," katanya.
Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, mengatakan dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir ini, dunia secara masif mengalami berbagai aksi serangan terorisme global, khususnya yang dilakukan oleh ISIS beserta kelompok afiliasinya.
Menurut dia, aksi-aksi teror yang terjadi baik di Kawasan Timur Tengah, Afrika, Amerika dan Eropa serta Asia Pasifik menunjukkan bahwa tidak ada kawasan ataupun negara mana pun di dunia ini yang sepenuhnya aman dari aksi serangan teroris.
"Fenomena ancaman ini tentunya menjadi perhatian serius karena tidak hanya berpengaruh terhadap kedaulatan dan stabilitas keamanan nasional masing-masing, namun juga berpengaruh terhadap terpeliharanya konstelasi perdamaian dan stabilitas keamanan di Kawasan Asia Tenggara," ujarnya.
Hadi Tjahjanto juga berharap agar segenap angkatan bersenjata di ASEAN dapat meningkatkan dan menguatkan kemitraan komprehensif yang strategis dalam rangka mewujudkan kawasan ASEAN yang aman, damai, tenteram dan sejahtera, sehingga dapat memberikan kontribusi yang positif bagi ketertiban dunia.
Dalam kesempatan itu, Panglima TNI, menyebutkan, forum itu merupakan fondasi yang kokoh bagi terciptanya hubungan kerja sama yang kuat diantara negara ASEAN serta dapat meningkatkan persahabatan yang tulus dan didasari rasa saling menghormati serta saling menghargai.
Keberadaan forum ACDFIM ini merupakan sarana untuk bertatap muka, saling bertukar pandangan dan berbagi pengalaman mengenai isu-isu strategis yang menjadi tantangan dan ancaman nyata yang sama-sama dihadapi di kawasan ASEAN.
Pertemuan itu juga dihadiri oleh Pangab Brunei Mayjen Pengiran Dato Seri Pahlawan Aminah bin Pengiran Haji Mahmud, Pangab Kamboja Jenderal Pol Saroeun, Pangab Laos Letjen Souvone Leuangbounmy, Pangab Malaysia Jenderal Tan Sri Raja Mohamed Affandi bin Raja Mohamed Noor, Pangab Myanmar Jenderal MN Aung Hlaing, Pangab Filipina Jenderal Ray Leonardo Guerrero, Pangab Thailand Jenderal Tarnchaiyan Srisuwan, Pangab Vietnam Letjen Phan Van Giang, dan tuan rumah Pangab Singapura Letjen Perry Lim.
Sementara itu, Pangab Singapura Letjen Perry Lim menyebutkan bahwa upaya menghadapi kelompok teroris juga dilakukan pada bidang sosial media yang banyak digunakan dewasa ini serta tidak kalah pentingnya adalah melakukan upaya bersama dalam mendapatkan simpati warga dengan memahami kearifan lokal masing-masing negara.
Pada kesempatan tersebut Letjen Perry Lim juga menyampaikan bahwa diperlukan kewaspadaan terhadap penggunaan bahan-bahan kimia, biologi, dan radio aktif (CBR) oleh kelompok teroris yang ditengarai sudah mengadopsi teknologi canggih dalam menjalankan aksinya seperti pesawat drone dan jaringan internet.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2018
"Terorisme merupakan ancaman yang bersifat dinamis dan adaptif dengan perkembangan lingkungan serta kemajuan/perubahan zaman," kata Panglima TNI dalam sambutannya pada acara Forum Asean Chiefs of Defense Forces Informal Meeting (ACDFIM) ke-15, di Singapura, Kamis (8/3).
Mantan kepala staf TNI Angkatan Udara (KSAU) ini dalam siaran persnya, di Jakarta, Jumat, menyebutkan, langkah dan tindakan yang dilakukan ke depan haruslah merupakan kesatuan upaya yang dinamis dan konsisten dalam kerangka multilateral strategic partnership yang didasari oleh semangat ASEAN, rasa saling percaya dan saling menghormati.
"Penguatan kerja sama sub-regional, latihan bersama, peningkatan kerja sama antar satuan siber angkatan bersenjata ASEAN dan peningkatan kerja sama antar Pusat Kesehatan (Puskes) Angkatan Bersenjata ASEAN merupakan beberapa upaya ke depan yang dapat di lakukan bersama-sama," katanya.
Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, mengatakan dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir ini, dunia secara masif mengalami berbagai aksi serangan terorisme global, khususnya yang dilakukan oleh ISIS beserta kelompok afiliasinya.
Menurut dia, aksi-aksi teror yang terjadi baik di Kawasan Timur Tengah, Afrika, Amerika dan Eropa serta Asia Pasifik menunjukkan bahwa tidak ada kawasan ataupun negara mana pun di dunia ini yang sepenuhnya aman dari aksi serangan teroris.
"Fenomena ancaman ini tentunya menjadi perhatian serius karena tidak hanya berpengaruh terhadap kedaulatan dan stabilitas keamanan nasional masing-masing, namun juga berpengaruh terhadap terpeliharanya konstelasi perdamaian dan stabilitas keamanan di Kawasan Asia Tenggara," ujarnya.
Hadi Tjahjanto juga berharap agar segenap angkatan bersenjata di ASEAN dapat meningkatkan dan menguatkan kemitraan komprehensif yang strategis dalam rangka mewujudkan kawasan ASEAN yang aman, damai, tenteram dan sejahtera, sehingga dapat memberikan kontribusi yang positif bagi ketertiban dunia.
Dalam kesempatan itu, Panglima TNI, menyebutkan, forum itu merupakan fondasi yang kokoh bagi terciptanya hubungan kerja sama yang kuat diantara negara ASEAN serta dapat meningkatkan persahabatan yang tulus dan didasari rasa saling menghormati serta saling menghargai.
Keberadaan forum ACDFIM ini merupakan sarana untuk bertatap muka, saling bertukar pandangan dan berbagi pengalaman mengenai isu-isu strategis yang menjadi tantangan dan ancaman nyata yang sama-sama dihadapi di kawasan ASEAN.
Pertemuan itu juga dihadiri oleh Pangab Brunei Mayjen Pengiran Dato Seri Pahlawan Aminah bin Pengiran Haji Mahmud, Pangab Kamboja Jenderal Pol Saroeun, Pangab Laos Letjen Souvone Leuangbounmy, Pangab Malaysia Jenderal Tan Sri Raja Mohamed Affandi bin Raja Mohamed Noor, Pangab Myanmar Jenderal MN Aung Hlaing, Pangab Filipina Jenderal Ray Leonardo Guerrero, Pangab Thailand Jenderal Tarnchaiyan Srisuwan, Pangab Vietnam Letjen Phan Van Giang, dan tuan rumah Pangab Singapura Letjen Perry Lim.
Sementara itu, Pangab Singapura Letjen Perry Lim menyebutkan bahwa upaya menghadapi kelompok teroris juga dilakukan pada bidang sosial media yang banyak digunakan dewasa ini serta tidak kalah pentingnya adalah melakukan upaya bersama dalam mendapatkan simpati warga dengan memahami kearifan lokal masing-masing negara.
Pada kesempatan tersebut Letjen Perry Lim juga menyampaikan bahwa diperlukan kewaspadaan terhadap penggunaan bahan-bahan kimia, biologi, dan radio aktif (CBR) oleh kelompok teroris yang ditengarai sudah mengadopsi teknologi canggih dalam menjalankan aksinya seperti pesawat drone dan jaringan internet.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2018