Jakarta (Antaranews Babel) - Panitia Pelaksana Asian Para Games 2018 (INAPGOC) fokus tiga hal dalam turnamen uji coba (test event) Asian Para Games 2018 yakni keolahragaan, wisma atlet dan transportasi.
"Ini yang menjadi concern utama kita untuk dievaluasi dalam test event ini, mulai dari keolahragaan, pelayanan dalam para village dan transportasi mulai dari kedatangan hingga kepulangan," kata Ketua Umum INAPGOC Raja Sapta Oktohari di Jakarta, Selasa malam (26/6).
Soal keolahragaan yakni sistem yang digunakan, game operation dan venue, Okto mengatakan dirinya lebih berfokus pada aksesibilitas arena pertandingan agar menjadi ramah pada kaum difabel termasuk pengadaan toiletnya yang saat ini masih agak menyulitkan bagi kaum difabel di bagian kaki karena sistem penyiraman yang harus diaktifkan dengan cara diinjak.
"Kami terus koordinasikan dengan Kementerian PU-PR soal masalah ini, selain itu kami juga menyediakan toilet portabel ukuran besar. Intinya kami ingin arena pertandingan jadi ramah difabel baik atletnya, maupun penontonnya," kata Okto.
Soal transportasi, lanjut Okto, pihaknya secara intensif melakukan koordinasi dengan Pemda DKI Jakarta, Angkasa Pura, Dinas Perhubungan serta Pemda lainnya, untuk mempersiapkan sistem transportasi mulai dari kedatangan, antar-jemput atlet dan ofisial selama gelaran hingga kepulangan kontingen.
Sementara itu, dari aspek kenyamanan kontingen di wisma atlet yang berada di Kemayoran, Jakarta, dalam turnamen uji coba ini, INAPGOC fokus pada pelayanan di wisma, termasuk oleh sukarelawan, selain terus mengawal peningkatan wisma atlet agar lebih ramah pada difabel.
"Di wisma juga jadi perhatian kami di sini khususnya pelayanan oleh sukarelawan, termasuk kami kawal pengadaan enam lift untuk difabel pada enam tower yang ada. Karenanya setelah dari test event ini kami harapkan ada data sebagai bahan evaluasi terhadap semua hal sebagai modal dalam main games nanti," ucapnya.
Dalam turnamen uji coba Asian Para Games 27 Juni-5 Juli ini sendiri, ada tiga jenis turnamen yakni kejuaraan internasional terbuka (tenis meja), turnamen invitasi (basket kursi roda) dan turnamen nasional (atletik, bulu tangkis dan renang)?yang diikuti 13 negara peserta yakni Indonesia, Hong Kong, India, Singapura, Korea Selatan, Taiwan, Thailand, Kazakhstan, Iran, Malaysia serta dua negara dari Eropa, Jerman dan Belanda.
Keikutsertaan Jerman dan Belanda ini, untuk turut serta dalam turnamen tenis meja yang bersifat terbuka sebagai salah satu kualifikasi untuk menuju Paralimpiade Tokyo 2020.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2018
"Ini yang menjadi concern utama kita untuk dievaluasi dalam test event ini, mulai dari keolahragaan, pelayanan dalam para village dan transportasi mulai dari kedatangan hingga kepulangan," kata Ketua Umum INAPGOC Raja Sapta Oktohari di Jakarta, Selasa malam (26/6).
Soal keolahragaan yakni sistem yang digunakan, game operation dan venue, Okto mengatakan dirinya lebih berfokus pada aksesibilitas arena pertandingan agar menjadi ramah pada kaum difabel termasuk pengadaan toiletnya yang saat ini masih agak menyulitkan bagi kaum difabel di bagian kaki karena sistem penyiraman yang harus diaktifkan dengan cara diinjak.
"Kami terus koordinasikan dengan Kementerian PU-PR soal masalah ini, selain itu kami juga menyediakan toilet portabel ukuran besar. Intinya kami ingin arena pertandingan jadi ramah difabel baik atletnya, maupun penontonnya," kata Okto.
Soal transportasi, lanjut Okto, pihaknya secara intensif melakukan koordinasi dengan Pemda DKI Jakarta, Angkasa Pura, Dinas Perhubungan serta Pemda lainnya, untuk mempersiapkan sistem transportasi mulai dari kedatangan, antar-jemput atlet dan ofisial selama gelaran hingga kepulangan kontingen.
Sementara itu, dari aspek kenyamanan kontingen di wisma atlet yang berada di Kemayoran, Jakarta, dalam turnamen uji coba ini, INAPGOC fokus pada pelayanan di wisma, termasuk oleh sukarelawan, selain terus mengawal peningkatan wisma atlet agar lebih ramah pada difabel.
"Di wisma juga jadi perhatian kami di sini khususnya pelayanan oleh sukarelawan, termasuk kami kawal pengadaan enam lift untuk difabel pada enam tower yang ada. Karenanya setelah dari test event ini kami harapkan ada data sebagai bahan evaluasi terhadap semua hal sebagai modal dalam main games nanti," ucapnya.
Dalam turnamen uji coba Asian Para Games 27 Juni-5 Juli ini sendiri, ada tiga jenis turnamen yakni kejuaraan internasional terbuka (tenis meja), turnamen invitasi (basket kursi roda) dan turnamen nasional (atletik, bulu tangkis dan renang)?yang diikuti 13 negara peserta yakni Indonesia, Hong Kong, India, Singapura, Korea Selatan, Taiwan, Thailand, Kazakhstan, Iran, Malaysia serta dua negara dari Eropa, Jerman dan Belanda.
Keikutsertaan Jerman dan Belanda ini, untuk turut serta dalam turnamen tenis meja yang bersifat terbuka sebagai salah satu kualifikasi untuk menuju Paralimpiade Tokyo 2020.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2018