Tanjungpandan (Antaranews Babel) - Pemerintah Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mendorong peternak ayam petelur untuk meningkatkan produksi dan mengendalikan kenaikan harga telur ayam di daerah itu.
"Pekerjaan rumah bagi kita adalah bagaimana mendorong masyarakat untuk memiliki kemandirian usaha dan meningkatkan produksi, misalnya memenuhi kebutuhan daerah sendiri seperti telur ayam ini," kata Bupati Belitung, Sahani Saleh di Tanjung Pandan, Selasa.
Menurut dia beberapa kebutuhan pokok daerah itu masih didatangkan dari daerah luar. Kondisi itu membuat daerah tersebut masuk dalam indikasi daerah rawan ketahanan pangan.
"Seperti yang saya gambarkan tadi telur ayam juga masih didatangkan dari daerah luar, daging ayam, bumbu-bumbu dapur juga dari luar," ujarnya.
Dia sangat menyayangkan kondisi tersebut, padahal daerah itu memiliki potensi dan kekayaan alam yang berlimpah.
"Sekali lagi ini adalah pekerjaan rumah. Makanya kami akan selesaikan. Padahal potensi dan kekayaan alam daerah kita cukup berlimpah," katanya.
Kepala Bidang Usaha Perdagangan, Dinas Koperasi, UMKM, Perdagangan dan Tenaga Kerja Kabupaten Belitung, Jontiar Hutapea mengatakan produksi telur ayam di daerah itu masih belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat.
"Produksi telur ayam dari peternak lokal hanya 40.000 ribu butir per minggu, padahal kebutuhan kita 100.000 nutir per minggu. Makanya banyak kita datangkan dari daerah luar seperti Palembang dan Bangka," katanya.
Harga telur ayam tercatat mengalami kenaikan di sejumlah pasar tradisional di Tanjung Pandan, dari Rp1.500 menjadi Rp2.000 per butir. Penyebab kenaikan harga tersebut diantaranya adalah kurangnya pasokan serta adanya kenaikan terhadap harga pakan ayam.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2018
"Pekerjaan rumah bagi kita adalah bagaimana mendorong masyarakat untuk memiliki kemandirian usaha dan meningkatkan produksi, misalnya memenuhi kebutuhan daerah sendiri seperti telur ayam ini," kata Bupati Belitung, Sahani Saleh di Tanjung Pandan, Selasa.
Menurut dia beberapa kebutuhan pokok daerah itu masih didatangkan dari daerah luar. Kondisi itu membuat daerah tersebut masuk dalam indikasi daerah rawan ketahanan pangan.
"Seperti yang saya gambarkan tadi telur ayam juga masih didatangkan dari daerah luar, daging ayam, bumbu-bumbu dapur juga dari luar," ujarnya.
Dia sangat menyayangkan kondisi tersebut, padahal daerah itu memiliki potensi dan kekayaan alam yang berlimpah.
"Sekali lagi ini adalah pekerjaan rumah. Makanya kami akan selesaikan. Padahal potensi dan kekayaan alam daerah kita cukup berlimpah," katanya.
Kepala Bidang Usaha Perdagangan, Dinas Koperasi, UMKM, Perdagangan dan Tenaga Kerja Kabupaten Belitung, Jontiar Hutapea mengatakan produksi telur ayam di daerah itu masih belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat.
"Produksi telur ayam dari peternak lokal hanya 40.000 ribu butir per minggu, padahal kebutuhan kita 100.000 nutir per minggu. Makanya banyak kita datangkan dari daerah luar seperti Palembang dan Bangka," katanya.
Harga telur ayam tercatat mengalami kenaikan di sejumlah pasar tradisional di Tanjung Pandan, dari Rp1.500 menjadi Rp2.000 per butir. Penyebab kenaikan harga tersebut diantaranya adalah kurangnya pasokan serta adanya kenaikan terhadap harga pakan ayam.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2018