Jakarta (Antaranews Babel) - Pemerintah membuka peluang untuk meningkatkan ekspor pesawat terbang untuk menambah devisa, salah satunya ke Nigeria, tujuan ekspor nontradisional di kawasan Afrika.
Dalam pertemuan teknis dengan tema "Peluang dan Potensi Ekspor Pesawat Udara Indonesia", Direktur Kerja Sama Pengembangan Ekspor Kementerian Perdagangan Marolop Nainggolan mengatakan masih ada hambatan untuk melakukan ekspor pesawat ke Nigeria.
"Melalui pertemuan ini diharapkan diperoleh informasi mengenai hambatan, tantangan, serta masukan terkait peluang ekspor pesawat terbang Indonesia," kata Marolop dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis.
Dalam pertemuan itu mengemuka beberapa hambatan yang ditemui negara calon pembeli, seperti tidak cukupnya dana buyer untuk melakukan pembayaran dan peraturan yang mengharuskan pembelian dilakukan melalui agen setempat.
Selain itu, adanya negara yang terkena sanksi PBB dan permintaan calon pembeli mendapatkan fasilitas pembiayaan.
Sementara itu, PT Dirgantara Indonesia (Persero) sebagai pabrikan pesawat milik negara menyampaikan adanya rencana pembelian dari Nigeria.
Namun realisasinya terkendala sistem pembayaran dimana pembeli menginginkan dilakukan melalui "counter purchase" yakni pembayaran melalui pihak kedua yang dilakukan rekanan Indonesia.
"Pesawat terbang buatan Indonesia sudah banyak diekspor ke mancanegara dan masih bisa terus ditingkatkan ," ujarnya.
Dalam pertemuan teknis ini disampaikan bahwa sampai tahun 2017 PT Dirgantara Indonesia (Persero) telah membuat sebanyak 431 unit pesawat terbang.
Tipe yang paling banyak dipesan antara lain NC212i sebanyak 110 unit, helikopter NBO105 sebanyak 122 unit, selanjutnya sedang mengembangkan jenis CN 235 pesawat terbang kecil dengan kapasitas 40 penumpang.
Pertemuan teknis tersebut menghadirkan narasumber dari Dirgantara Indonesia, Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan, Kementerian Perhubungan, Kementerian Pertahanan, dan Kementerian BUMN.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2018
Dalam pertemuan teknis dengan tema "Peluang dan Potensi Ekspor Pesawat Udara Indonesia", Direktur Kerja Sama Pengembangan Ekspor Kementerian Perdagangan Marolop Nainggolan mengatakan masih ada hambatan untuk melakukan ekspor pesawat ke Nigeria.
"Melalui pertemuan ini diharapkan diperoleh informasi mengenai hambatan, tantangan, serta masukan terkait peluang ekspor pesawat terbang Indonesia," kata Marolop dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis.
Dalam pertemuan itu mengemuka beberapa hambatan yang ditemui negara calon pembeli, seperti tidak cukupnya dana buyer untuk melakukan pembayaran dan peraturan yang mengharuskan pembelian dilakukan melalui agen setempat.
Selain itu, adanya negara yang terkena sanksi PBB dan permintaan calon pembeli mendapatkan fasilitas pembiayaan.
Sementara itu, PT Dirgantara Indonesia (Persero) sebagai pabrikan pesawat milik negara menyampaikan adanya rencana pembelian dari Nigeria.
Namun realisasinya terkendala sistem pembayaran dimana pembeli menginginkan dilakukan melalui "counter purchase" yakni pembayaran melalui pihak kedua yang dilakukan rekanan Indonesia.
"Pesawat terbang buatan Indonesia sudah banyak diekspor ke mancanegara dan masih bisa terus ditingkatkan ," ujarnya.
Dalam pertemuan teknis ini disampaikan bahwa sampai tahun 2017 PT Dirgantara Indonesia (Persero) telah membuat sebanyak 431 unit pesawat terbang.
Tipe yang paling banyak dipesan antara lain NC212i sebanyak 110 unit, helikopter NBO105 sebanyak 122 unit, selanjutnya sedang mengembangkan jenis CN 235 pesawat terbang kecil dengan kapasitas 40 penumpang.
Pertemuan teknis tersebut menghadirkan narasumber dari Dirgantara Indonesia, Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan, Kementerian Perhubungan, Kementerian Pertahanan, dan Kementerian BUMN.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2018