Jakarta (Antaranews Babel) - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyatakan kepada para generasi muda yang menginginkan untuk menjadi konglomerat, maka seharusnya menekuni bidang pertanian dan menjadi petani.
"Anak muda kalau mau jadi konglomerat, jadilah milenial," kata Amran Sulaiman dalam acara Peluncuran Inovasi Teknologi Mekanisasi Pertanian Modern Mendukung Revolusi Industri 4.0 di Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Jumat.
Menurut dia, dari sekitar 10 konglomerat yang ada di Indonesia, maka sekitar delapan orang mendapatkan kekayaannya terkait dengan sektor pertanian.
Mentan juga berpendapat bahwa setelah pihaknya memberikan banyak bantuan alat, sarana dan prasarana sektor pertanian, maka saat ini semakin banyak pemuda dan pemudi yang turun ke sawah untuk mengelola lahan pertanian.
Selain itu, ujar dia, terjadi juga lonjakan minat dari generasi muda untuk belajar dan menekuni sektor pertanian, yang ditandai denganpeningkatan mereka yang ingin belajar di lembaga pendidikan pertanian.
Misalnya pada hari ini dirinya mendapatkan info bahwa yang mau mendaftar di sekolah pertanian ada sekitar 16.000 orang, padahal pihaknya hanya bisa menerima sekitar 1.000 orang.
Sebelumnya, Mentan mengatakan teknologi berupa alat dan mesin pertanian yang modern menjadi salah satu kunci untuk menggaet generasi muda tertarik terjun ke sawah dan menjadi petani.
"Strateginya adalah menggunakan teknologi modern. Kalau masih manual, pemuda tidak akan tertarik, tapi karena kita menggunakan teknologi modern, mereka tertarik," kata Amran usai melakukan tanam jagung di Desa Mekarmukti, Garut, Jawa Barat, Rabu (26/9).
Menurut Amran, pemberian alat dan mesin pertanian modern dari pemerintah telah mengubah paradigma lama bahwa petani menggunakan cangkul dan sekop untuk menanam jagung di sawah.
Namun, dengan bantuan traktor roda empat serta alat penanam benih (corn planter), petani masa kini bisa membajak sawah dan menanam benih lebih cepat.
"Paradigma baru adalah pertanian modern. Dengan menggunakan traktor, bisa telpon sambil tanam padi. Petani muda lebih tertarik daripada menggunakan cangkul," kata Amran.
Selain itu, modernisasi alsintan pertanian juga dapat menurunkan biaya produksi sekitar 40-50 persen sehingga petani dapat melakukan efisiensi.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2018
"Anak muda kalau mau jadi konglomerat, jadilah milenial," kata Amran Sulaiman dalam acara Peluncuran Inovasi Teknologi Mekanisasi Pertanian Modern Mendukung Revolusi Industri 4.0 di Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Jumat.
Menurut dia, dari sekitar 10 konglomerat yang ada di Indonesia, maka sekitar delapan orang mendapatkan kekayaannya terkait dengan sektor pertanian.
Mentan juga berpendapat bahwa setelah pihaknya memberikan banyak bantuan alat, sarana dan prasarana sektor pertanian, maka saat ini semakin banyak pemuda dan pemudi yang turun ke sawah untuk mengelola lahan pertanian.
Selain itu, ujar dia, terjadi juga lonjakan minat dari generasi muda untuk belajar dan menekuni sektor pertanian, yang ditandai denganpeningkatan mereka yang ingin belajar di lembaga pendidikan pertanian.
Misalnya pada hari ini dirinya mendapatkan info bahwa yang mau mendaftar di sekolah pertanian ada sekitar 16.000 orang, padahal pihaknya hanya bisa menerima sekitar 1.000 orang.
Sebelumnya, Mentan mengatakan teknologi berupa alat dan mesin pertanian yang modern menjadi salah satu kunci untuk menggaet generasi muda tertarik terjun ke sawah dan menjadi petani.
"Strateginya adalah menggunakan teknologi modern. Kalau masih manual, pemuda tidak akan tertarik, tapi karena kita menggunakan teknologi modern, mereka tertarik," kata Amran usai melakukan tanam jagung di Desa Mekarmukti, Garut, Jawa Barat, Rabu (26/9).
Menurut Amran, pemberian alat dan mesin pertanian modern dari pemerintah telah mengubah paradigma lama bahwa petani menggunakan cangkul dan sekop untuk menanam jagung di sawah.
Namun, dengan bantuan traktor roda empat serta alat penanam benih (corn planter), petani masa kini bisa membajak sawah dan menanam benih lebih cepat.
"Paradigma baru adalah pertanian modern. Dengan menggunakan traktor, bisa telpon sambil tanam padi. Petani muda lebih tertarik daripada menggunakan cangkul," kata Amran.
Selain itu, modernisasi alsintan pertanian juga dapat menurunkan biaya produksi sekitar 40-50 persen sehingga petani dapat melakukan efisiensi.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2018