Nusa Dua (Antaranews Babel) - Pemerintah Indonesia dan Australia membahas dukungan untuk pembangunan di Rakhine State, Myanmar, melalui Pusat Koordinasi Penanganan Bencana ASEAN (AHA Centre).
Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne dalam pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi di sela-sela Bali Democracy Forum ke-11 di Nusa Dua, Kamis, menyatakan keinginan Australia untuk membantu kerja AHA Centre di Rakhine State.
"Saya senang bisa terus bekerjasama dengan Menteri Marsudi dalam keterlibatan di AHA Centre," ujar Payne.
Selain membangun Rakhine State yang terdampak konflik kemanusiaan sejak pertengahan tahun lalu, Payne juga memandang perlunya perhatian kepada ratusan ribu pengungsi Rohingya di kamp-kamp penampungan di Cox's Bazar, Bangladesh.
"Mereka adalah masalah nyata di kawasan kita. Australia akan bekerjasama dengan Indonesia dan AHA Centre untuk menghadapi tantangan ini," kata Payne menegaskan.
Sebelumnya dalam Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN ke-33 di Singapura, November lalu, Presiden Joko Widodo mengajak negara-negara ASEAN bersama-sama menyelesaikan krisis kemanusiaan di Rakhine State.
Krisis tersebut, menurut Jokowi, telah menyebabkan kekhawatiran masyarakat global sehingga Indonesia mengharapkan langkah maju penyelesaian krisis untuk menciptakan situasi yang kondusif di Rakhine State.
Rencananya, AHA Centre akan diberi mandat untuk membantu penyelesaian krisis kemanusiaan di Rakhine State, sesuai hasil pembicaraan tingkat menteri negara-negara ASEAN.
AHA Centre telah mendapat permintaan memberikan bantuan kemanusiaan di Rakhine sejak tahun lalu, berdasarkan kesepakatan tingkat tinggi yang dikeluarkan oleh Ketua ASEAN yang pada saat itu dijabat oleh Filipina.
Keputusan politik ini lahir karena adanya kepercayaan terhadap AHA Centre, dan hubungan yang terjalin baik antara lembaga tersebut dengan pemerintah Myanmar.
Sejak Oktober 2017, AHA Centre sudah memfasilitasi sejumlah bantuan seperti tenda keluarga, peralatan kebersihan, generator, kapal, peralatan dapur, serta tim penilai tanggap darurat untuk dikirim ke Rakhine State.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2018
Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne dalam pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi di sela-sela Bali Democracy Forum ke-11 di Nusa Dua, Kamis, menyatakan keinginan Australia untuk membantu kerja AHA Centre di Rakhine State.
"Saya senang bisa terus bekerjasama dengan Menteri Marsudi dalam keterlibatan di AHA Centre," ujar Payne.
Selain membangun Rakhine State yang terdampak konflik kemanusiaan sejak pertengahan tahun lalu, Payne juga memandang perlunya perhatian kepada ratusan ribu pengungsi Rohingya di kamp-kamp penampungan di Cox's Bazar, Bangladesh.
"Mereka adalah masalah nyata di kawasan kita. Australia akan bekerjasama dengan Indonesia dan AHA Centre untuk menghadapi tantangan ini," kata Payne menegaskan.
Sebelumnya dalam Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN ke-33 di Singapura, November lalu, Presiden Joko Widodo mengajak negara-negara ASEAN bersama-sama menyelesaikan krisis kemanusiaan di Rakhine State.
Krisis tersebut, menurut Jokowi, telah menyebabkan kekhawatiran masyarakat global sehingga Indonesia mengharapkan langkah maju penyelesaian krisis untuk menciptakan situasi yang kondusif di Rakhine State.
Rencananya, AHA Centre akan diberi mandat untuk membantu penyelesaian krisis kemanusiaan di Rakhine State, sesuai hasil pembicaraan tingkat menteri negara-negara ASEAN.
AHA Centre telah mendapat permintaan memberikan bantuan kemanusiaan di Rakhine sejak tahun lalu, berdasarkan kesepakatan tingkat tinggi yang dikeluarkan oleh Ketua ASEAN yang pada saat itu dijabat oleh Filipina.
Keputusan politik ini lahir karena adanya kepercayaan terhadap AHA Centre, dan hubungan yang terjalin baik antara lembaga tersebut dengan pemerintah Myanmar.
Sejak Oktober 2017, AHA Centre sudah memfasilitasi sejumlah bantuan seperti tenda keluarga, peralatan kebersihan, generator, kapal, peralatan dapur, serta tim penilai tanggap darurat untuk dikirim ke Rakhine State.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2018