Koba, Babel (Antaranews Babel) - Warga keturunan Tionghoa di Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung melengkapi perayaan Imlek tahun ini dengan kegiatan bertandang dari rumah ke rumah.
"Kegiatan bertandang dengan bertamu ke rumah sesama warga keturunan sudah menjadi tradisi usai acara puncak Imlek," ujar Akiew, seorang warga keturunan di Koba, Rabu.
Ia menjelaskan, kegiatan bertandang dari rumah ke rumah ini biasanya berlangsung selama beberapa hari usai acara puncak Imlek dan warga keturunan membuka pintu bagi siapa saja yang datang.
"Saling kunjung ke rumah warga Tionghoa dalam mementum Imlek ini kami maknai pembuka pintu rezeki dan momentum yang tepat untuk bersua dengan sesama etnis karena selama ini sibuk dengan rutinitas masing-masing," ujarnya.
Sementara Jony, warga yang lainnya mengatakan setiap rumah warga keturunan wajib membuka pintu di hari Imlek dan rumah mereka dihiasi dengan aksesoris Imlek.
"Ini sudah menjadi tradisi temurun yang masih terjaga hingga sekarang karena bermakna untuk hidup dan kehidupan kami," ujarnya.
Kegiatan saling bertandang itu tidak hanya mereka warga keturunan saja, tetapi warga Melayu juga turut bertandang sebagai bentuk menghormati dan menjaga kerukunan hidup beragama.
Warga etnis Tionghoa dan Melayu selama ini sudah hidup rukun dan damai berdampingan dalam bingkai persatuan.
Bahkan mereka sudah membaur dan ada sebagian warga Melayu menikah dengan warga keturunan, demikian pula sebaliknya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2019
"Kegiatan bertandang dengan bertamu ke rumah sesama warga keturunan sudah menjadi tradisi usai acara puncak Imlek," ujar Akiew, seorang warga keturunan di Koba, Rabu.
Ia menjelaskan, kegiatan bertandang dari rumah ke rumah ini biasanya berlangsung selama beberapa hari usai acara puncak Imlek dan warga keturunan membuka pintu bagi siapa saja yang datang.
"Saling kunjung ke rumah warga Tionghoa dalam mementum Imlek ini kami maknai pembuka pintu rezeki dan momentum yang tepat untuk bersua dengan sesama etnis karena selama ini sibuk dengan rutinitas masing-masing," ujarnya.
Sementara Jony, warga yang lainnya mengatakan setiap rumah warga keturunan wajib membuka pintu di hari Imlek dan rumah mereka dihiasi dengan aksesoris Imlek.
"Ini sudah menjadi tradisi temurun yang masih terjaga hingga sekarang karena bermakna untuk hidup dan kehidupan kami," ujarnya.
Kegiatan saling bertandang itu tidak hanya mereka warga keturunan saja, tetapi warga Melayu juga turut bertandang sebagai bentuk menghormati dan menjaga kerukunan hidup beragama.
Warga etnis Tionghoa dan Melayu selama ini sudah hidup rukun dan damai berdampingan dalam bingkai persatuan.
Bahkan mereka sudah membaur dan ada sebagian warga Melayu menikah dengan warga keturunan, demikian pula sebaliknya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2019