Pangkalpinang (ANTARA) - Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Inarno Djajadi mengakui tahun 2021 merupakan tahun penuh dengan harapan untuk pemulihan ekonomi dan peningkatan transaksi ETF. Hal ini tercermin dari tingginya aktivitas perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam tiga bulan terakhir.
"Kami mencatat tingginya aktivitas transaksi dan merupakan rekor baru sejak swastanisasi bursa efek di tahun 1992, diantaranya yaitu rata-rata nilai perdagangan harian yang mencapai lebih dari Rp13 triliun per hari atau melonjak 2 kali lipat dalam lima tahun terakhir," katanya saat menghadiri pembukaan ETFest 2021 secara virtual, di Jakarta, Jumat.
Selain itu, terdapat juga lonjakan frekuensi transaksi yang mencapai rata-rata 1,2 juta transaksi per hari dan merupakan yang tertinggi di kawasan ASEAN dalam tiga tahun terakhir. Hal ini turut diikuti dengan lonjakan volume perdagangan yang mencapai lebih dari 18 miliar lembar saham per hari.
"Lonjakan transaksi perdagangan sepanjang tahun 2021 dipengaruhi oleh tren positif pertumbuhan investor pasar modal. Kami melihat bahwa pesatnya pemanfaatan teknologi di masa new normal telah memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan investor dalam setahun terakhir," katanya.
Dalam hal peningkatan jumlah investor, hingga akhir Mei 2021 jumlah investor telah mencapai lebih dari 2,4 juta Investor saham dan 5,37 juta investor Pasar Modal. Dengan kata lain, terdapat peningkatan sebesar 42 persen untuk investor saham dan 38 peraen untuk Investor Pasar Modal dari angka akhir tahun 2020.
Rata-rata jumlah investor yang aktif bertransaksi hingga akhir Mei mencapai 203 ribu investor per hari, atau tumbuh 113 persen dari rata-rata tahun sebelumnya.
Kemudian, jika dilihat dari jumlah kepemilikan investor, tahun 2020 menjadi tahun kebangkitan investor domestik, terutama investor ritel. Investor ritel membukukan aktivitas transaksi yang besar yakni mencapai 48,4 persen dari total rata-rata nilai transaksi harian sebesar Rp 9,2 triliun.
Persentase ini melonjak untuk pertama kalinya di atas 40 persen dalam 5 tahun terakhir dan ini berlanjut di tahun 2021 dimana dominasi investor ritel semakin terlihat dengan porsi mencapai hampir 60 persen per akhir Mei 2021.
Untuk terus meningkatkan pendalaman pasar modal dan memperluas layanan produk kebursaan, BEI bersama SRO dan OJK terus melakukan pengembangan produk baru serta penyempurnaan produk yang dapat ditawarkan kepada masyarakat pemodal.
Hingga hari ini terdapat berbagai macam produk pasar modal yang dapat dijadikan sumber investasi masyarakat dan salah satunya adalah produk ETF atau Exchange Traded Fund.
"Singkat kata, ETF adalah reksa dana yang diperdagangkan di bursa, dengan salah satu keunggulan utama adalah settlement T+2, jauh lebih cepat dari durasi subscription/redemption reksa dana produk konvensional," terangnya.
Melalui serangkaian inisiatif dan dukungan pelaku pasar dan OJK, produk ETF telah mengalami perkembangan yang pesat hingga tahun 2021 ini. Sejak tahun 2011, jumlah produk ETF yang terdapat di BEI terus mengalami peningkatan dan hingga awal Juni 2021 telah terdapat 47 ETF yang terdapat pada BEI.
Untuk terus memperkuat layanan dan menjaga momentum pertumbuhan pasar modal Indonesia, BEI bersama OJK dan SRO, telah meluncurkan serangkaian inisiatif strategis di tahun 2020, salah satu inisiatif tersebut termasuk dengan revitalisasi perdagangan di pasar ETF.
"Semoga kegiatan webinar ETFest 2021 selama 3 hari kedepan dapat memberikan insight positif bagi kita semua dan kedepannya mampu memberikan kontribusi dalam memajukan pasar modal dan perekonomian Indonesia," pungkasnya.
Dirut BEI: 2021 tahun penuh harapan dan peningkatan transaksi ETF
Sabtu, 12 Juni 2021 10:38 WIB