Jakarta (Antara Babel) - Mamalia darat besar seperti gajah, rusa besar
dan hewan besar pemakan tumbuhan lainnya patut dilestarikan antara lain
karena ketiadaan mereka berdampak permanen terhadap tumbuhan dan
binatang yang hidup bersama mereka menurut hasil analisis dampak
kepunahan mamalia besar di Amerika Utara dan Selatan pada masa lalu.
Ahli
paleontologi dari University of California (UC) Berkeley, Stanford
University, University of Chile dan California State University
Sacramento meneliti dampak kepunahan binatang-binatang besar atau
megafauna terhadap ekosistem di Amerika sejak manusia masuk sekitar
15.000 tahun lalu.
Mereka menemukan perubahan yang bertahan lama
pada bentang alam lokal setelah binatang-binatang darat terbesar,
termasuk di antaranya mammoth dan mastodon, menghilang.
Studi
terkini, misalnya, menunjukkan bahwa hilangnya mammoth, kuda liar dan
binatang besar lain di Alaska dan Yukon merupakan penyebab hutan-hutan
dan padang rumput produktif berubah menjadi tundra tidak produktif yang
mendominasi kawasan itu sekarang.
Punahnya mammoth dan mastodon
di Pasifik Barat Laut dan bagian timur laut Amerika Serikat telah
mengubah vegetasi dan di bagian barat Amerika Serikat menurunkan
keragaman mamalia kecil, kata pemimpin studi itu, Anthony Barnosky,
profesor biologi terpadu di UC Berkeley.
"Studi ekologi
menunjukkan bahwa kalau kau mengeluarkan predator tertinggi atau
herbivora kunci sekarang, kau akan mendapati perubahan dramatis
ekosistem," katanya.
"Studi kami membuat jelas bahwa di masa lalu
perubahan semacam itu berlangsung selama ribuan tahun. Kepunahan ini
benar-benar secara permanen mengubah dinamika. Kau tidak bisa balik ke
belakang."
Namun menurut para peneliti tidak semua kepunahan mengakibatkan perubahan besar dalam ekosistem.
Sebagai contoh, kepunahan kukang dan Gglyptodon di Amerika Selatan dampaknya tidak terlihat pada vegetasi Patagonia dan Pampas.
Di Pampas, Argentina, hilangnya mastodon dari Amerika
Selatan tidak membawa dampak yang terlihat pada flora dan fauna, mungkin
karena cuaca dan hujannya tidak kondusif untuk hutan.
"Ini bukan
cerita sederhana, di mana kau mengeluarkan binatang besar kau akan
melihat perubahan besar di bentang alam," kata Barnosky.
"Ini
sesungguhnya tergantung pada sebesar apa binatang yang kau tarik keluar,
dan juga bagaimana binatang itu berinteraksi dengan tumbuhan dan
binatang lain di area itu, serta tumbuhan dan hewan lain apa yang ada di
sana. Ini tergantung pada apa yang dilakukan binatang itu untuk hidup."
Gajah perambah
Perambah
besar seperti mammoth, mastodon dan gajah makan pohon-pohon kecil dan
semak-semak dan mencerabut atau menumbangkan pohon, juga menginjak-injak
dan mengaduk tanah.
Herbivora besar lain seperti bison dan jenis
rusa besar juga memeriksa semak-semak serta mengubah struktur dan
nutrisi tanah saat makan, berak dan kencing.
Alhasil, pemakan
tumbuhan berbadan besar semacam itu berperan penting dalam menjaga hutan
dari serbuan padang rumput seperti yang terjadi di Amerika Utara.
"Kau
lihat dampak defaunasi sekarang di Afrika, tempat pemindahan populasi
gajah meninggalkan bentang alam savana penuh dengan semak akasia kurus,"
kata penulis lain studi itu, Charles Marshall, profesor biologi terpadu
dan direktur Museum Paleontologi University of California.
Barnosky
dan rekan-rekannya menyimpulkan bahwa hilangnya binatang-binatang besar
itu menimbulkan perubahan permanen pada ekosistem.
"Fakta yang
kami lihat, dampak yang kami lihat, adalah kesimpulan kuat bahwa
ekosistem ini berubah selamanya karena hilangnya binatang-binatang ini,"
katanya.
"Setiap kali kau tarik mamalia besar keluar dari satu
ekosistem, ada efek yang sangat besar, seperti yang terlihat pada
ekologi sekarang. Tapi mereka mungkin tidak dikenali dalam rekaman
fosil."
Invasi manusia
Barnosky mengatakan
studi terkini muncul setelah studi ekologi mengenai pengaruh penambahan
atau pengurangan mamalia besar seperti kijang dan rusa besar dari
bentang alam Amerika, atau pemindahan jenis rusa besar dan gajah di
Afrika.
Dia dan koleganya melihat jejak perubahan ekosistem
akibat hilangnya sekitar tiga perempat dari seluruh mamalia darat yang
berkeliaran di Amerika Utara dan Selatan setelah manusia datang dari
Siberia sekitar 15.000 tahun lalu.
Sekitar 60 mamalia besar mati di Amerika Utara 12.000 tahun lalu, kemungkinan karena perburuan dan perubahan iklim.
Mammoth dan mastodon, juga kuda, rusa, rusa besar dan karnivora seperti kucing bergigi mandau dan serigala, menghilang.
Ketika binatang-binatang ini punah, populasi vegetasi dan mamalia kecil mengalami perubahan radikal.
Butuh
waktu lebih lama bagi spesies-spesies Amerika Utara untuk punah, tapi
pada akhirnya benua itu kehilangan sekitar 99 spesies, termasuk armadilo
raksasa, kucing bergigi mandau, kerabat mastodon yang disebut
gomphothere dan dua ordo Ungulata endemik Amerika Utara.
Yang terakhir termasuk Toxodon yang serupa kuda nil dalam ordo Notoungulata dan Macrauchenia yang mirip unta dalam ordo Litopterna.
Di
tiga area Amerika Utara, Amerika barat laut dan timur laut serta
Alaska/Yukon, fosil-fosil tidak hanya menunjukkan perubahan komunitas
tumbuhan, tapi juga penurunan keragaman mamalia kecil.
Profesor
Elizabeth Hadly dari Stanford University misalnya, mendokumentasikan
penurunan keragaman binatang pengerat di California setelah kepunahan
ini, yang menyebabkan spesies tikus menyebar dan mendominasi bentang
alam.
"Pelajaran yang bisa dibawa pulang dari bagian barat
Amerika Utara adalah bahwa kegiatan merambah dan merumput megafauna yang
telah punah seperti proboscidea membutuhkan mosaik habitat terbuka," kata Hadly.
Dia
mengatakan bahwa ketika para perekayasa ekosistem ini punah di akhir
Pleistosen, hutan yang lebih padat terbentuk. Hilangnya mosaik habitat
Pleistosen di bagian barat Amerika Utara menyebabkan penurunan keragaman
mamalia kecil.
"Kalau kita kehilangan beberapa dari binatang
bertubuh besar yang sekarang terancam punah, kita akan kehilangan lebih
banyak hewan-hewan itu, kita kehilangan seluruh ekosistem dimana mereka
bagiannya," kata Barnosky.
"Kita bergerak ke wilayah baru dalam
konteks seperti apa planet ini akan terlihat," katanya seperti dilansir
laman resmi UC Berkeley.
Para peneliti, yang hasil studinya terbit di jurnal daring Proceedings of the National Academy of Sciences
pekan ini, menyatakan pemahaman mengenai hubungan ini penting dalam
upaya konservasi, membantu para ahli konservasi biologi menentukan tipe
ekosistem yang terpengaruh perubahan iklim global dan yang paling
responsif terhadap konservasi dan restorasi.
Kehilangan Mamalia Besar Bisa Mengubah Bentang Alam
Selasa, 27 Oktober 2015 12:44 WIB