Jakarta (ANTARA) - PT Pertamina Patra Niaga bekerja sama dengan PT Putra Perkasa Abadi (PPA) memenuhi kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk seluruh kegiatan operasional kontraktor pertambangan tersebut.
“Untuk mewujudkan visi dan misi perusahaan dengan tagline Safe and Strong Operational Performance, PPA akan mencari mitra strategis yang dapat mendukung kegiatan operasionalnya,” kata Presiden Direktur PPA Christianto Setyo dalam keterangan tertulis yang dikutip di Jakarta, Rabu.
Kedua perusahaan menandatangani kerja sama dalam bentuk Head of Agreement (HoA) tersebut di sela-sela kegiatan Coaltrans Asia 2022 di Bali pada Selasa (20/9). Penandatanganan ini dilakukan oleh Christianto Setyo bersama Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga Alfian Nasution.
PPA menilai Pertamina Patra Niaga sebagai mitra yang tepat untuk memenuhi kebutuhan BBM di semua wilayah operasi perusahaan. Melalui Program Pertamina One Solution, subholding Commercial & Trading PT Pertamina (Persero) ini juga berkomitmen dari sisi lingkungan, sosial dan tata kelola perusahaan (ESG) yang sudah menjadi kebutuhan global, termasuk soal emisi karbon yang sejalan dengan strategi ESG PPA.
“Bahan bakar merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam kegiatan operasional perusahaan sebagai kontraktor tambang. Oleh karenanya dibutuhkan jaminan pasokan BBM dan PT Pertamina Patra Niaga dianggap sebagai mitra yang tepat. Lewat konsep green fuel project, yang sesuai dengan misi PPA juga berkontribusi dalam gerakan global dalam pengurangan emisi,” ujar Alfian Nasution.
Selain itu PT Pertamina Patra Niaga merupakan anak usaha PT Pertamina yang merupakan BUMN, sehingga sesuai dengan komitmen PPA dalam pemanfaatan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN).
Dalam kesepakatan ini, Pertamina Patra Niaga akan menyediakan BBM biodiesel untuk memenuhi kebutuhan seluruh operasional perusahaan. Pertamina juga akan memberikan jasa pengangkutan BBM dari fuel terminal atau ship to ship menuju storage PPA dengan skema suplai franco dan VHS. Pihak Pertamina Patra Niaga juga akan memberikan layanan ESG partnership berupa carbon trading. Kesepakatan ini akan berlaku sampai Desember 2024.
Seiring dengan industri batu bara yang terus tumbuh, PPA dalam beberapa tahun terakhir mencatat pertumbuhan kinerja, diantaranya kenaikan volume nisbah kupas (overburden) yang tahun ini mencapai 267 juta BCM (Bank Cubic Metre). Tahun depan akan ada tambahan sekitar 150 juta ton sehingga menyentuh 417 juta BCM.