Beijing (Antara Babel) - Presiden keenam Indonesia, Susilo Yudhoyono,
mengatakan, Asia telah menjadi poros kekuatan ekonomi dunia, namun masih
banyak tantangan global yang harus dihadapi.
"Kita harus mampu
membangun komunitas Asia agar tumbuh menjadi mesin penggerak ekonomi
dunia yang kokoh," katanya, sebagai pembicara kunci pada Forum Shanghai,
Sabtu.
Forum Shanghai yang diselenggarakan tiap tahun sejak 2005 merupakan
ajang diskusi tentang berbagai topik aktual, dengan mengundang para
pemimpin atau mantan pemimpin dunia, akademisi, pelaku usaha, pemerhati
dan pakar berbagai displin ilmu.
Pada penyelenggaraan tahun ini Forum Shanghai mengusung tema Economic
Globalization and Asia's Choice Interconnectivity, Integration and
Innovation: Building Community of Common Destiny in Asia.
Yudhoyono memaparkan situasi geopolitik dunia masih diselimuti
ketidakpastian antara lain hubungan negara-negara besar yang relatif
dinamis, karena kurangnya kepercayaan strategis di antara mereka.
"Arsitektur keamanan regional, utamanya Asia Pasifik juga semakin
dinamis dan sulit ditebak," tuturnya.
"Terkait itu, kami berharap
hasil pemilihan politik di Fillipina, Jepang, Korea Selatan, dan
Australia mampu memberikan energi segar guna memperkuat kerja sama
regional demi kemakmuran bersama," kata Yudhoyono.
Situasi ekonomi global yang masih melambat menjadi tantangan yang harus
dihadapi negara-negara Asia. Bahkan IMF memprediksi pertumbuhan ekonomi
global pada 2016 hanya sekitar 3,2 persen dari sebelumnya 3,4 persen.
Perlambatan ekonomi di China, tindak kejahatan terorisme yang masih
merajela, proses pemilu Amerika Serikat yang masih berlangsung, menjadi
tantangan lain yang dihadapi Asia untuk mampu menjadi poros ekonomi
dunia, kata Yudhoyono.
"Saya yakin Abad Asia akan mampu tampil.
Karena beberapa potensi kekuatan yang dimilikinya, seperti jumlah kelas
menengah yang terus tumbuh, yang memberikan dampak positif bagi
pertumbuhan ekonomi, pendapatan pajak, pertumbuhan kota dan lainnya,"
katanya.
Bank Pembangunan Asia memprediksikan terdapat tiga miliar kelas
menengah akan tumbuh di Asia, pada 2050. Jumlah tersebut berlipat-lipat
lebih besar dibandingkan jumlah populasi AS, Kanada dan Amerika Latin.
"Keberadaan
para kelas menengah juga akan menumbuhkan kewirausahaan lebih cepat di
Asia. Kewirausahaan menandakan adanya kepercayaan diri dan kemandirian,
dan berani mengambil resiko dan semuanya bermuara pada inovasi. Inovasi
hal penting memenangkan persaingan," kata Yudhoyono.
Selain itu, kekuatan lain untuk mendukung abad Asia adalah
konektivitas, baik fisik maupun non fisik atau dalam jaringan, semisal
media sosial. Konektivitas dalam berbagai dimensinya menjadi kekuatan
pendorong bagi perubahan di Asia untuk tumbuh dan berkembang lebih baik,
serta menjadi bagian penting evolusi abad Asia.
"Hal lain yang
perlu dibangun adalah regionalisasi. ASEAN dapat menjadi contoh yang
baik, meski terdapat perbedaan kepentingan nasionalisme di antara
anggotanya, namun mampu bersatu menjadi kekuatan regional yang
diperhitungkan. Asia harus benar-benar bersatu dan kuat untuk menjadi
kekuatan yang diperhitungkan," kata Yudhoyono.
Susilo Yudhoyono Bicara Kebangkitan Asia di Shanghai
Sabtu, 28 Mei 2016 22:33 WIB